Benarkah Suhu Dingin di Bumi 6 Juli 2018 Akibat Bumi Berada Di Titik Terjauhnya Dari Matahari (Aphelion)?
Jumat hari ini, 6 Juli 2018, Bumi berada di titik terjauhnya dengan Matahari dibandingkan dengan waktu lainnya selama satu tahun, atau disebut Aphelion. Kejadian ini tepatnya akan terjadi sekitar pukul 23.45 jelang tengah malam.
Namun, di mata pengamat astronomi, Avivah Yamani, kejadian ini merupakan hal biasa yang selalu dialami Bumi setiap tahunnya. Karena, Orbit Bumi saat mengelilingi Matahari berbentuk lonjong bukan bulat sempurna. Selain itu, akan ada periode di mana Bumi berada di titik terjauh (Aphelion) dan terdekat (Perihelion).
Apa Itu Aphelion?
Dalam bidang astronomi, ada sebuah istilah bernama aphelion.
Aphelion (æpˈhiːliən) berarti jarak terjauh yang dicapai Bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Sedangkan kebalikannya adalah perihelion (ˌpɛrɪˈhiːliən), yaitu jarak terdekat Bumi dengan Matahari
Apa Itu Aphelion?
Dalam bidang astronomi, ada sebuah istilah bernama aphelion.
Aphelion (æpˈhiːliən) berarti jarak terjauh yang dicapai Bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Sedangkan kebalikannya adalah perihelion (ˌpɛrɪˈhiːliən), yaitu jarak terdekat Bumi dengan Matahari
Dilansir Nytimes, Jumat (6/7/2018), pada posisi Aphelion, Bumi akan berada tiga juta mil lebih jauh dari matahari. Perubahan ini terjadi karena orbit planet Bumi tidak melingkar secara sempurna, sehingga ada kalanya Bumi menempati posisi terdekat atau terjauhnya dengan matahari. Umumnya Aphelion terjadi pada saat Juli, sedangkan lawannya Perihelion, berada setiap Januari.
Titik terjauh Bumi dengan matahari menjadikan jumlah sinar matahari yang diterima oleh planet turun hingga 7 persen dibandingkan dengan Januari. Adanya perubahan dalam orbit planet ini tidak mempengaruhi fenomena musim di Bumi.
Wikipedia menerangkan bahwa Bumi berada pada jarak 147,1 juta kilometer dari Matahari saat perihelion, sementara pada aphelion Bumi berada sejauh 152,1 juta kilometer.
Artinya, terdapat perbedaan 2,5 juta kilometer dari jarak rata-rata biasanya Bumi, yaitu 150 juta kilometer. Meski begitu, baik Aphelion dan Perihelion, tidak memiliki banyak perbedaan dengan rata-rata jarak Bumi-Matahari seperti biasanya, namun hanya memiliki perbedaan dua persen.
Aphelion tahun ini terjadi 6 Juli 2018 pukul 23.48 WIB, karena fenomena ini terjadi pada malam hari, maka kita di Indonesia dan negara-negara sekitarnya tidak dapat melihat peristiwa ini. Akan tetapi, mereka yang tinggal di Amerika Serikat akan dapat menyaksikannya.
Saat Aphelion, oleh karena Bumi berada pada jarak terjauhnya dengan Matahari, maka Matahari akan tampak lebih kecil. Meskipun demikian, perbedaan ini tidak akan terlalu terlihat, karena jarak Bumi dengan matahari ketika Aphelion berubah sekira 3 persen.
Dan yang terpenting, peristiwa aphelion ini nggak berbahaya bagi kehidupan di Bumi.
Aphelion menjadikan Bumi lebih dingin ?
Walaupun berada pada titik terjauh dari Matahari, bukan berarti Bumi akan mengalami suhu yang lebih dingin. Dalam postingan di akun Facebooknya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, justru membantah ada hubungan suhu dingin di Indonesia dengan peristiwa Aphelion.
Beberapa waktu belakangan ini wilayah di Indonesia terasa lebih dingin dari hari biasanya. Dikabarkan wilayah Bandung, perbatasan Wonosobo dan Banjarnegara serta pegunungan Dieng turun salju.
Apakah suhu dingin ini terkait dengan fenomena aphelion atau kondisi di mana Bumi berada di titik terjauh dengan matahari?
Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, tidak ada kaitan antara suhu dingin di beberapa wilayah di Indonesia dengan fenomena Aphelion.
Beberapa waktu belakangan ini wilayah di Indonesia terasa lebih dingin dari hari biasanya. Dikabarkan wilayah Bandung, perbatasan Wonosobo dan Banjarnegara serta pegunungan Dieng turun salju.
Apakah suhu dingin ini terkait dengan fenomena aphelion atau kondisi di mana Bumi berada di titik terjauh dengan matahari?
Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, tidak ada kaitan antara suhu dingin di beberapa wilayah di Indonesia dengan fenomena Aphelion.
"Itu siklus yang rutin terjadi, sedangkan suhu permukaan, itu disebabkan karena distribusi panas di permukaan Bumi," kata Thomas kepada Okezone, Jumat (6/7/2018).
Thomas menjelaskan, pada Juli, matahari berada di belahan utara, sehingga belahan selatan sedang musim dingin. Pada saat posisi matahari di utara, di selatan dingin, maka tekanan udara lebih besar di selatan.
"Angin bertiup selatan ke utara. Pada saat kemarau ini, khususnya Jawa, angin bertiup dari Tenggara, Australia, sedang musim dingin. Sehingga, wilayah Jawa akan terasa lebih dingin dari rata-rata," terang Thomas.
Melihat pada data temperatur, pada saat kemarau ini, suhu memang relatif paling dingin. Efek pendinginan datang dari wilayah Australia. "Jadi, kondisi dingin pada saat ini, beberapa wilayah di Jawa, tidak ada kaitan dengan Aphelion," tuturnya.
Thomas mengatakan bahwa fenomena ini biasa terjadi setiap tahun.
Seseorang bisa merasakan suhu dingin saat ini disebabkan karena dua faktor. Ketika musim hujan, di mana orang menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan ketika kondisi kemarau.
Khususnya ketika kemarau yang relatif panas, tetapi ternyata suhu dingin karena angin bertiup dari selatan.
"Selama kemarau, suhu relatif lebih dingin, tetapi tentu saja, dipengaruhi kondisi awan. Siangnya masih terik panas, itu mungkin tidak terlalu terasa. Kalau siang agak mendung lebih terasa dingin," imbuhnya.
Thomas menjelaskan, pada Juli, matahari berada di belahan utara, sehingga belahan selatan sedang musim dingin. Pada saat posisi matahari di utara, di selatan dingin, maka tekanan udara lebih besar di selatan.
"Saat ini matahari berada di sebelah utara, sehingga belahan selatan mengalami musim dingin. Tekanan udara di belahan selatan juga lebih tinggi dari utara. Akibatnya, angin bertiup dari selatan ke utara," demikian kata Thomas dalam tulisannya.
Di Indonesia, ia melanjutkan, tiupan angin dari arah selatan ke utara mendorong awan dan mengakibatkan musim kemarau. Angin yang bertiup dari Australia yang sedang mengalami musim dingin mengakibatkan Pulau Jawa mengalami suhu udara yang dingin.
"Angin bertiup selatan ke utara. Pada saat kemarau ini, khususnya Jawa, angin bertiup dari Tenggara, Australia, sedang musim dingin. Sehingga, wilayah Jawa akan terasa lebih dingin dari rata-rata," terang Thomas.
Melihat pada data temperatur, pada saat kemarau ini, suhu memang relatif paling dingin. Efek pendinginan datang dari wilayah Australia. "Jadi, kondisi dingin pada saat ini, beberapa wilayah di Jawa, tidak ada kaitan dengan Aphelion," tuturnya.
Seseorang bisa merasakan suhu dingin saat ini disebabkan karena dua faktor. Ketika musim hujan, di mana orang menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan ketika kondisi kemarau.
Khususnya ketika kemarau yang relatif panas, tetapi ternyata suhu dingin karena angin bertiup dari selatan.
"Selama kemarau, suhu relatif lebih dingin, tetapi tentu saja, dipengaruhi kondisi awan. Siangnya masih terik panas, itu mungkin tidak terlalu terasa. Kalau siang agak mendung lebih terasa dingin," imbuhnya.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
Sumber :
- https://en.wikipedia.org/wiki/Perihelion_and_aphelion
- https://techno.okezone.com/read/2018/07/06/56/1918950/suhu-dingin-di-indonesia-bukan-karena-aphelion-ini-penjelasan-lapan
- https://www.viva.co.id/digital/digilife/1051621-benarkah-suhu-dingin-di-bumi-akibat-aphelion
- http://www.tribunnews.com/sains/2018/07/06/bumi-berada-di-titik-aphelion-di-hari-ini-apakah-itu?page=2
- https://techno.okezone.com/read/2018/07/06/56/1918922/bumi-berada-di-titik-terjauh-dengan-matahari-apa-dampaknya
Komentar
Posting Komentar