Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.


Byasa (ˈvjɑːsə/; Sanskrit, व्यास; Vyāsa) (dalam pewayangan disebut Resi Abiyasa) adalah figur penting dalam agama Hindu. Ia juga bergelar Weda Wyasa (orang yang mengumpulkan berbagai karya para resi dari masa sebelumnya, membukukannya, dan dikenal sebagai Weda). Ia juga dikenal dengan nama Krishna Dvaipāyana (merujuk pada kulit gelap dan tempat kelahirannya).

Ada dua pandangan berbeda tentang tempat kelahirannya. Salah satu pandangan menunjukkan bahwa ia dilahirkan di distrik Tanahun di Nepal barat, di kotamadya Vyas zona Gandaki distrik Tanahun dan namanya, Ved Vyas, menamai tempat kelahirannya.

Pandangan lain menunjukkan bahwa ia dilahirkan di sebuah pulau di Sungai Yamuna dekat Kalpi , Uttar Pradesh, India.  Rsi Byasa  berkulit gelap dan karenanya dapat disebut dengan nama Krishna , dan juga nama Dwaipayana , yang berarti 'kelahiran di pulau'.

Rsi Byasa juga dianggap sebagai salah satu dari tujuh Chiranjivins (berumur panjang, atau abadi), yang masih ada menurut kepercayaan Hindu.

Rsi Byasa adalah filsuf, sastrawan India yang menulis epos terbesar di dunia, yaitu Mahabharata.

Baca Juga :




Umat Hindu memandang Krishna Dwaipayana sebagai tokoh yang membagi Weda menjadi empat bagian (Caturweda), dan oleh karena itu ia juga memiliki nama Weda Wyasa yang artinya "Pembagi Weda". Kata Wyasa berarti "membelah", "memecah", "membedakan". Dalam proses pengkodifikasian Weda, Wyasa dibantu oleh empat muridnya, yaitu Pulaha, Jaimini, Samantu, dan Wesampayana.

Menurut Wisnu Purana , "Veda Vyasa" adalah gelar yang diterapkan pada penyusun Veda yang merupakan avatar Wisnu; 28 orang dengan gelar ini telah muncul sejauh ini. Alasan untuk 28 orang ini adalah bahwa di setiap Yuga di Dwapara dari Manvantara diberikan dalam Kalpa diberikan (hari Brahma).

Veda Vyasa yang juga inkarnasi Dewa. Saat ini, kami berada di Sveta varaha kalpa Manu ke-7 yang disebut Vaivaswata Manu dan 27 Maha yuga telah selesai dan sedang dalam fase terakhir dari fase Yuga Kali Yuga ke-28.

Telah diperdebatkan apakah Wyasa adalah nama seseorang ataukah kelas para sarjana yang membagi Weda. Kitab Wisnupurana memiliki teori menarik mengenai Wyasa. Menurut pandangan Hindu, alam semesta adalah suatu siklus, ada dan tiada berulang kali. Setiap siklus dipimpin oleh beberapa Manu, satu untuk setiap Manwantara, yang memiliki empat zaman, disebut Caturyuga (empat Yuga). Dwaparayuga adalah Yuga yang ketiga. Kitab Purana (Buku 3, Chanto 3) berkata:

Dalam setiap zaman ketiga (Dwapara), Wisnu, dalam diri Wyasa, untuk menjaga kualitas umat manusia, membagi Weda, yang seharusnya satu, menjadi beberapa bagian. Mengamati terbatasnya ketekunan, energi, dan dengan wujud yang tak kekal, ia membuat Weda empat bagian, sesuai kapasitasnya; dan raga yang dipakainya, dalam menjalankan tugas untuk mengklasifikasi, dikenal dengan nama Wedawyasa."

Pada suatu ketika, timbul keinginan Resi Byasa untuk menyusun riwayat keluarga Bharata. Atas persetujuan Dewa Brahma, Hyang Ganapati (Ganesa) datang membantu Byasa. Ganapati meminta Wyasa agar ia menceritakan Mahabharata tanpa berhenti, sedangkan Ganapati yang akan mencatatnya.


Setelah dua setengah tahun, Mahabharata berhasil disusun. Murid-murid Resi Byasa yang terkemuka seperti Pulaha, Jaimini, Sumantu, dan Wesampayana menuturkannya berulang-ulang dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Dalam kitab Mahabharata diketahui bahwa orang tua Byasa adalah Resi Parasara dan Satyawati (alias Durgandini atau Gandawati).

Rsi Byasa juga menulis :
  • Delapan belas Purāṇa utama. Putranya, Shuka, adalah narator dari Purāṇa Bhagavat-Purāṇa utama.
  • Yoga Bhashya , sebuah komentar tentang Yoga Sutra Patanjali , dikaitkan dengan Rsi Byasa.
  • Sutra Brahma dikaitkan dengan Badarayana - yang membuatnya menjadi pendukung aliran permata dari filsafat Hindu, yaitu, Vedanta . Vaishnava mengacaukan riwayat Rsi Byasa dengan Badarayana karena pulau tempat Vyasa dilahirkan dikatakan telah ditutupi dengan pohon badara (jujube India / Ber / Ziziphus mauritiana ). Beberapa sejarawan modern, Namun, sarankan bahwa Rsi Byasa dan  Badarayana adalah dua kepribadian yang berbeda.

Mungkin ada lebih dari satu Rsi Byasa, atau nama Vyasa (Byasa) mungkin telah digunakan pada waktu-waktu tertentu untuk memberikan kredibilitas kepada sejumlah teks kuno.

Banyak literatur India kuno adalah hasil dari tradisi lisan yang panjang dengan signifikansi budaya yang luas daripada hasil dari seorang penulis tunggal. Namun, Rsi Byasa diangap berjasa dalam mendokumentasikan, menyusun, mengelompokkan, dan menulis komentar pada banyak literatur ini.


Kelahiran Rsi Byasa .

Menurut Wisnu Purana bahwa Shri Vyasa Deva (Krishna Dwaipayana Vyasa) atau Ved Vyasa, putra Parashara dan Satyavati dan penulis Mahabharata lahir di sebuah pulau di Yamuna di Kalpi .

Menurut legenda, dalam kehidupan sebelumnya, Rsi Byasa  adalah Sage Apantaratamas, yang lahir ketika Dewa Wisnu mengucapkan suku kata "Bhu". Dia adalah pemuja Dewa Wisnu. Sejak lahir, ia sudah memiliki pengetahuan tentang Veda, Dharmashastras dan Upanishad. Atas perintah Wisnu , ia dilahirkan kembali sebagai Vyasa (Rsi Byasa ).

Sage Parashara adalah ayah dari Vyasa dan cucu dari Sage Vashistha . Sebelum kelahiran Byasa, Parashara telah melakukan silih berat kepada Dewa Siwa . Shiva memberi berkah bahwa putra Parashara akan menjadi seorang Brahmarshi yang setara dengan Vashistha dan akan terkenal karena pengetahuannya.

Parashara memperanakkan Byasa  dengan Satyavati . Dia mengandung dan segera melahirkan Byasa. Byasa berubah menjadi orang dewasa dan pergi, menjanjikan ibunya bahwa dia akan datang padanya ketika dibutuhkan. Byasa  memperoleh ilmunya dari empat Kumara, Narada dan Dewa Brahma sendiri.



Diceritakan bahwa pada suatu hari, Resi Parasara berdiri di tepi Sungai Yamuna, minta diseberangkan dengan perahu. Satyawati, putri angkat dari nelayan Dusharaj menghampirinya lalu mengantarkannya ke seberang dengan perahu.

Di tengah sungai, Resi Parasara terpikat oleh kecantikan Satyawati. Satyawati kemudian bercakap-cakap dengan Resi Parasara, sambil menceritakan bahwa ia terkena penyakit yang menyebabkan badannya berbau busuk. Ayah Satyawati berpesan, bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya boleh dijadikan suami. Mendengar hal itu, Resi Parasara berkata bahwa ia bersedia menyembuhkan penyakit Satyawati. Karena kesaktiannya sebagai seorang resi, Parasara menyembuhkan Satyawati dalam sekejap.

Setelah lamaran disetujui oleh orang tua Satyawati, Parasara dan Satyawati melangsungkan pernikahan. Kedua mempelai menikmati malam pertamanya di sebuah pulau di tengah sungai Yamuna, konon terletak di dekat kota Kalpi di distrik Jalaun di Uttar Pradesh, India. Di sana Resi Parasara menciptakan kabut gelap nan tebal agar pulau tersebut tidak dapat dilihat orang. Dari hasil hubungannya, lahirlah seorang anak yang sangat luar biasa. Ia diberi nama Krishna Dwaipayana, karena kulitnya hitam (krishna) dan lahir di tengah pulau (dwaipayana). Anak tersebut tumbuh menjadi dewasa dengan cepat dan mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang resi.


Rsi Byasa, Penutur Kisah Mahabarata.

Dikatakan bahwa Rsi Byasa adalah titisan Dewa Wisnu yang datang di Dwaparayuga untuk membuat semua pengetahuan Veda tersedia dalam bentuk tertulis yang tersedia dalam bentuk lisan pada waktu itu.

Selain dikenal sebagai tokoh yang membagi Weda menjadi empat bagian, Byasa juga dikenal sebagai penulis (pencatat) sejarah dalam Mahabharata, namun ia juga merupakan tokoh penting dalam riwayat yang disusunnya itu.

Video : "Mahabharata Show FULL ANTV ( 3 Oktober 2014 )"

Mahabharata (Sanskerta: महाभारत; Mahābhārata) adalah sebuah karya sastra kuno yang berasal dari India. Secara tradisional, penulis Mahabharata adalah Begawan Byasa atau Vyasa. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Ibunya (Satyawati) menikah dengan Santanu, Raja Hastinapura. Dari perkawinannya lahirlah Citrānggada dan Wicitrawirya. Citrānggada gugur dalam suatu pertempuran, sedangkan Wicitrawirya wafat karena sakit. Karena kedua pangeran itu wafat tanpa memiliki keturunan, Satyawati menanggil Byasa agar melangsungkan suatu yadnya (upacara suci) untuk memperoleh keturunan. Kedua janda Wicitrawirya yaitu Ambika dan Ambalika diminta menghadap Byasa sendirian untuk diupacarai.


Sesuai dengan aturan upacara, pertama Ambika menghadap Byasa. Karena ia takut melihat wajah Byasa yang sangat hebat, maka ia menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, Byasa berkata bahwa anak Ambika akan terlahir buta. Kemudian Ambalika menghadap Byasa. Sebelumnya Satyawati mengingatkan agar Ambalika tidak menutup mata supaya anaknya tidak terlahir buta seperti yang terjadi pada Ambika. Ketika Ambalika memandang wajah Byasa, ia menjadi takut namun tidak mau menutup mata sehingga wajahnya menjadi pucat. Byasa berkata bahwa anak Ambalika akan terlahir pucat. Anak Ambika yang buta bernama Dretarastra, sedangkan anak Ambalika yang pucat bernama Pandu. Karena kedua anak tersebut tidak sehat jasmani, maka Satyawati memohon agar Byasa melakukan upacara sekali lagi. Kali ini, Ambika dan Ambalika tidak mau menghadap Byasa, namun mereka menyuruh seorang dayang-dayang untuk mewakilinya. Dayang-dayang itu bersikap tenang selama upacara, maka anaknya terlahir sehat, dan diberi nama Widura.

Ketika Gandari kesal karena belum melahirkan, sementara Kunti sudah memberikan keturunan kepada Pandu, maka kandungannya dipukul. Kemudian, seonggok daging dilahirkan oleh Gandari. Atas pertolongan Byasa, daging tersebut dipotong menjadi seratus bagian. Lalu setiap bagian dimasukkan ke dalam sebuah kendi dan ditanam di dalam tanah. Setahun kemudian, kendi tersebut diambil kembali. Dari dalamnya munculah bayi yang kemudian diasuh sebagai para putera Dretarastra.

Byasa tinggal di sebuah hutan di wilayah Kurukshetra, dan sangat dekat dengan lokasi Bharatayuddha, sehingga ia tahu dengan detail bagaimana keadaan di medan perang Bharatayuddha, karena terjadi di depan matanya sendiri. Setelah pertempuran berakhir, Aswatama lari dan berlindung di asrama Byasa. Tak lama kemudian Arjuna beserta para Pandawa menyusulnya. Di tempat tersebut mereka berkelahi. Baik Arjuna maupun Aswatama mengeluarkan senjata sakti Brahmastra. Karena dicegah oleh Byasa, maka pertarungan mereka terhenti.


Rsi Byasa Versi Pewayangan Jawa, Indonesia.


Dalam pewayangan Jawa, tokoh Byasa disebut dengan nama "Abyasa", "Kresna Dipayana", "Sutiknaprawa", atau "Rancakaprawa". Kisah kehidupannya dikembangkan sedemikian rupa oleh para dalang sehingga cenderung berbeda dengan versi aslinya.

Abyasa merupakan putra pasangan Parasara dan Durgandini. Dikisahkan Durgandini menderita bau amis pada badannya semenjak lahir. Ia diobati Parasara seorang pendeta muda, di atas perahu sampai sembuh. Keduanya saling jatuh hati dan melakukan sanggama, sehingga lahir Abyasa.



Abyasa tidak lahir sendiri. Parasara juga mencipta perahu, penyakit, dan alat-alat pengobatannya menjadi manusia berjumlah enam, yaitu Setatama, Rekathawati, Bimakinca, Kincaka, Rupakinca, dan Rajamala. Semuanya dipersaudarakan dengan Abyasa.

Durgandini kemudian menjadi permaisuri Sentanu, raja Hastina. Ia melahirkan Citranggada dan Citrawirya. Masing-masing secara berturut-turut naik takhta menggantikan Sentanu. Namun, keduanya masih muda ketika meninggal. Citranggada meninggal saat belum menikah, sedangkan Citrawirya meninggal saat belum memiliki putra.

Durgandini kemudian memanggil Abyasa untuk menikahi kedua janda Citrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika. Saat itu ia baru saja bertapa sehingga keadaan tubuhnya sangat buruk dan mengerikan. Ambika ketakutan saat pertama kali bertemu sampai memejamkan mata. Abyasa meramalkan kalau Ambika kelak melahirkan putra buta. Sementara itu, Ambalika memalingkan muka karena takut. Abyasa meramalkan kelak Ambalika akan melahirkan bayi berleher cacad. Abyasa juga menikahi dayang Ambalika bernama Datri. Perempuan itu ketakutan dan mencoba lari. Ia pun diramal kelak akan melahirkan putra berkaki pincang.

Akhirnya, Ambika, Ambalika, dan Datri masing-masing melahirkan putra yang diberi nama Dretarastra, Pandu, dan Widura.


Rsi Byasa  Sebagai Raja dan Pendeta.

Pewaris sah takhta Hastina sesungguhnya adalah Bisma putra Sentanu dari istri pertama. Namun ia telah bersumpah tidak akan menjadi raja, sehingga sebagai pengganti Citrawirya, Abyasa pun naik takhta sampai kelak ketiga putranya dewasa. Setelah tiba saatnya, Abyasa pun turun takhta digantikan Pandu sebagai raja Hastina selanjutnya. Ia kembali menjadi pendeta di pertapaan Ratawu yang terletak di pegunungan Saptaarga. Abyasa merupakan pendeta agung yang sangat dihormati. Tidak hanya keluarga Hastina saja yeng menjadikannya tempat meminta nasihat, namunjuga dari negeri-negeri lainnya.

Versi pewayangan mengisahkan kematian Abyasa sesaat sesudah perang Baratayuda usai, yaitu ketika keturunannya yang bernama Parikesit cucu Arjuna dilahirkan. Konon, atas jasa-jasanya selama hidup di dunia, datang kereta emas dari kahyangan menjemput Abyasa. Ia pun naik ke surga bersama seluruh raganya.

Nama Dipayana kemudian diwarisi oleh Parikesit.

Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
  1. https://en.wikipedia.org/wiki/Vyasa
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Byasa
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Mahabharata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Prosedur dan Persyaratan Pengajuan Kredit Bank.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Inilah : Satyrichthys welchi, Ikan Asal Aceh Yang Bentuknya Seperti Pesawat Tempur Siluman !

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?