Ingin Jadi Ayah? Pertimbangkan Berapa Usia Anda Sekarang !
ARTIKEL KESEHATAN
Dibandingkan dengan wanita yang kurva kesuburannya mulai menurun di usia 35-an, penurunan tingkat kesuburan pria memang lebih lambat. Tetapi meski sel sperma terus dihasilkan, pertambahan usia akan membuat kualitasnya terus menurun.
Menurut Dr.Philip Werthman, direktur Center for Male Reproductive Medicine di Los Angeles, organ reproduksi pria memang akan terus menghasilkan sperma seumur hidup mereka. "Sementara itu wanita punya periode reproduksi yang akan berhenti di masa menopause," katanya.
Akan tetapi para pria seharusnya juga mempertimbangkan faktor usia jika ingin menjadi ayah karena makin tua kualitas sperma mereka semakin buruk. "Bahkan meski sel spermanya sehat namun kondisi kesehatan pria lanjut usia bisa memengaruhi kemampuan mereka untuk memiliki anak," jelas Werthman.
Kualitas sperma sendiri memiliki peran penting dalam kondisi kesehatan calon bayi. Penelitian belakangan ini terus melihat kaitan antara faktor usia ayah dengan kondisi genetik bayi. Kendati kaitannya masih samar namun ada tren kelainan bawaan pada bayi yang lahir dari ayah berusia tua.
Dalam satu dekade terakhir beberapa penelitian menunjukkan ayah yang berusia tua beresiko besar memiliki anak yang mengalami kelainan kromosom. Penelitian di tahun 2006 juga menunjukkan bayi yang lahir dari ayah berusia di atas 40 tahun beresiko besar menderita autisme.
Walaupun saat ini kaitan antara usia dan kondisi bayi hanya dibuktikan lewat data statistik namun para pria sebaiknya juga waspada. "Pria juga memberikan bibit gen pada anaknya," kata Dr.Rebecca Sokol, presiden Society for Male Reproduction and Urology.
Selain faktor mutasi genetik yang terjadi pada sel sperma pria berusia lanjut, di sisi lain pria yang berusia di atas 50 tahun juga beresiko tinggi menderita pembesaran prostat sehingga kemampuannya untuk memiliki anak bisa terganggu.
"Terapi untuk pembesaran prostat biasanya akan mengurangi kemampuan ejakulasi pria. Selain itu kegemukan juga akan meningkatkan hormon estrogen dalam darah sehingga sel spermanya berkurang," kata Sokol.
Penulis: Lusia Kus Anna | Editor: Lusia Kus Anna
Sumber :http://health.kompas.com, Senin, 11 April 2011 | 10:42 WIB, diakses : Senin, 11 April, 15:35 WIB
Komentar
Posting Komentar