Jangan Takut, Ebola Tak Menular di Pesawat
Mobilitas manusia lintas negara yang semakin mudah membuat penularan dan penyebaran penyakit ke seluruh belahan dunia semakin cepat. Tak terkecuali penyakit ebola yang sekarang sedang merebak.
Meski begitu, WHO menyebutkan penularan virus ebola dalam sebuah penerbangan kemungkinannya sangat kecil. Ini karena virus Ebola tidak seperti virus flu atau demam yang menyebar lewat udara.
"Penularannya membutuhkan kontak langsung dengan darah, produk sekresi, serta cairan tubuh dari penderita yang masih hidup atau sudah mati, termasuk hewan yang terinfeksi. Semua itu sangat jarang ada dalam sebuah penerbangan," kata WHO.
Lagipula, penderita ebola yang belum menunjukkan gejala berarti belum menularkan . Adapun pada mereka yang gejalanya sudah muncul, akan terlalu lemah untuk melakukan sebuah perjalanan.
WHO mencatat bahwa serangan Ebola sejak Desember 2013 ini telah menewaskan setidaknya 1.145 orang dan telah menular kepada lebih dari 2.100 orang di Guinea, Sierra Leona, dan Liberia.
Risiko seseorang yang bepergian ke negara-negara tersebut untuk tertular ebola dan mengalami gejala-gejala setelah kembali ke negara asalnya, juga dianggap rendah.
Kebanyakan penularan terjadi kepada anggota keluarga yang merawat penderita. Seseorang juga dapat tertular karena tidak mengikuti prosedur pencegahan saat proses pemakaman pasien yang meninggal. Para pekerja di bidang kesehatan yang melakukan kontak dengan penderita Ebola tanpa pengaman juga berisiko terinfeksi.
Negara yang terserang virus Ebola kini melakukan screening terhadap penumpang yang bepergian. Mereka memeriksa apakah para penumpang mengalami demam, yang merupakan salah satu gejala Ebola. Penderita tidak diperbolehkan melakukan perjalanan, kecuali untuk kepentingan pengobatan.
WHO pun tidak menyarankan adanya pelarangan penerbangan internasional. Selain itu, memeriksa penumpang yang tiba di bandara juga tidak direkomendasikan kepada negara yang tidak bertetangga dengan negara tertular.
Meski demikian, beberapa negara tetap telah menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan menuju Guinea, Liberia, dan Sierra Leona yang kurang penting.
Seberapa Mudah Penularan Ebola?
Wabah ebola yang saat ini menjangkiti Afrika Barat dilaporkan merupakan yang terburuk dalam sejarah. Sejak Maret tahun ini WHO menyebut sudah lebih dari 900 orang meninggal dunia akibat virus ebola. Meski begitu, penyebaran penyakit ini sebenarnya tidak mudah, sehingga berdekatan dengan orang yang terinfeksi saja belum tentu dapat tertular penyakit tersebut.
Dr William Schaffner, profesor pengobatan preventif dan penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville Tennessee mengatakan, ebola menular melalui cairan tubuh, termasuk darah, muntah, kotoran, keringat, liur, air mata, dan cairan mani. Sehingga secara teoritis, ebola dapat menular dari berhubungan seks.
"Namun mungkin itu bukan jalur penularan yang umum. Dari semua cara penularan, tertular ebola dari berhubungan seks merupakan cara yang paling terakhir," ujar Schaffner.
Tidak seperti flu atau HIV, orang yang terinfeksi ebola tidak akan menularkan penyakitnya hingga timbulnya gejala. Karena itu, berhubungan seks mungkin tidak akan dilakukan pasien yang sudah sakit. Tidak seperti penyakit virus lainnya, ebola tidak dapat menyebar melalui udara dari bersin atau batuk.
Namun meski Secara garis besar transmisi ebola sudah jelas, bagaimana perilaku virus dalam situasi-situasi khusus belum lah jelas. Misalnya, bagaimana virus masih dapat bertahan pada organisme yang sudah mati. Sebuah kasus menunjukkan, kera yang sudah mati masih berpotensi menularkan ebola selama tiga sampai empat hari setelah hari kematiannya.
Lantas penularan melalui virus dari cairan tubuh yang menempel pada benda seperti sprei tempat tidur atau kursi juga belum jelas. Berapa lama virus bertahan di luar sel tubuh organisme sehingga mampu menular ke orang lain masih harus terus diteliti.
Sebuah studi pada 2007 dalam Journal of Infectious Disease menemukan, hanya satu dari 33 benda yang pernah terkena darah dengan ebola yang masih mengandung virus hidup dan mampu menginfeksi.
Saat baru terinfeksi, jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh sangat rendah. Maka virus pun seringkali tidak terdeteksi pada cairan tubuh orang yang baru saja sakit. Orang yang ada di dalam tahap ini biasanya sudah mengalami gejala sehingga sulit untuk berhubungan seksual.
Saat ini, menurut Schaffner, kasus ebola masih terlalu sedikit untuk diketahui pola penyebarannya. Misalnya seseorang terinfeksi jam 1 siang, lalu sudah menunjukkan gejala jam 6 sore. Lantas belum diketahui apakah orang itu sudah dapat menularkan atau belum.
Infeksi ebola memang masih diliputi misteri, terlebih hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa melindungi seseorang terlindung dari penularannya.
Editor : Lusia Kus Anna
Sumber :www.livescience.com, dikutip dari : http://health.kompas.com/, Rabu, 20 Agustus 2014, 08:22 WIB.
Komentar
Posting Komentar