Gunung Sadahurip dari Lava, Bukan Piramida !


Gunung Sadahurip di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, merupakan tumpukan lava yang mengeras. Dengan demikian, secara ilmiah gunung ini tidak bisa disebut sebagai peninggalan bersejarah berupa piramida.
Photo IFSAR resolusi tinggi Gunung Sadahurip



Geo Listrik Gunung Sadahurip
Sumber : http://harunjaya33.wordpress.com/

"Ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya batu-batuan dari lava yang mengeras dan menjadi fosil di gunung itu," kata Pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, dalam seminar "Tidak Ada Piramida di Gunung Sadahurip" di Gedung Korpri, Garut, Selasa (14/2/2012).

Sujatmiko menyarankan agar pemerintah tidak meneruskan penelitian di Gunung Sadahurip yang berbentuk seperti piramida itu karena berdasarkan kajian tidak ada kaitan nilai sejarah peradaban manusia. Ia menjelaskan, gunung tersebut seperti gunung api purba yang sudah menjadi fosil sehingga tidak bisa disebut sebagai gunung yang terbentuk oleh manusia dengan peninggalan piramida bersejarah.

Gunung Sadahurip yang diperkirakan berusia dua hingga lima juta tahun, kata Sujatmiko, terbentuk akibat adanya magma yang tidak meletus. Magma itu mendorong perut bumi, selanjutnya lava yang keluar membentuk permukaan bumi menyerupai gunung. "Tidak ada kaitan dengan peradaban prasejarah, tetapi kalau penasaran, silakan lanjutkan penelitian," katanya.

Pendapat yang sama disampaikan anggota staf Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Binarko, yang menjadi peserta dalam seminar itu. Ia menyatakan bahwa Gunung Sadahurip merupakan gunung biasa yang terbentuk secara alami dari lava yang menumpuk menyerupai gunung.

Menurut dia, setiap kali magma keluar dari perut bumi terdapat berbagai kandungan, seperti logam berharga dan kandungan emas di kawasan Gunung Sadahurip. Adanya kandungan yang berharga itu membuat Binarko khawatir bahwa penyebaran isu soal adanya piramida justru dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang ingin mengambil keuntungan. "Lebih baik distop, tetapi kalau memang merasa penasaran, silakan saja lakukan penelitian yang sesuai prosedur dan mengantongi izin," katanya.

Budayawan Usep Romli yang menjadi pembicara dalam seminar itu berharap pemerintah tidak terbuai isu peninggalan bersejarah sehingga meninggalkan tugas pokok sebagai pelayan masyarakat. "Kalau terus-terusan konsentrasi dengan isu gunung piramid, saya khawatir tugas pokok dan fungsi pemerintah sebagai pelayan masyarakat terlupakan," katanya.

Berkembangnya informasi adanya peninggalan bersejarah di Gunung Sadahurip berasal dari Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief, yang kemudian membentuk Tim Bencana Katastropik Purba. Tim ini menduga ada bangunan berbentuk piramida yang usianya lebih tua dari Piramida Giza di Mesir.

Penulis : Laksono Hari W
Sumber : http://regional.kompas.com/, Selasa, 14 Februari 2012,21:41 WIB 

Sekilas Tentang Gunung Sadahurip
Gunung Sadahurip terletak di sebelah utara gunung Telaga Bodas dan gunung Galunggung. Galunggung merupakan gunung berapi aktif, terakhir meletus pada 1982-1983 dan tercatat sebagai letusan terbesar di Indonesia dalam 30 tahun terakhir. Sayangnya, citra Google Earth dalam cahaya visual untuk kawasan Gunung Sadahurip ditutupi oleh awan relatif tebal, sehingga gunung yang diklaim sebagai piramida ini tidak nampak. Namun beruntung terdapat citra kontur elevasi yang mampu memperlihatkan bentuk gunung Sadahurip dengan jelas.
Citra kontur Google Map untuk kawasan gunung Telagabodas – Galunggung dans ekitarnya. Gunung Sadahurip dinyatakan dalam tanda panah.
Kita batasi gunung Sadahurip pada kontur elevasi 1.320 m di atas permukaan laut ke atas hingga puncaknya, mengingat dari kontur tersebut sifatnya tertutup. Nampak jelas bahwa gunung Sadahurip memiliki dasar berupa segilima tak simetris sehingga sis-sisinya pun tak sama luasnya. Dasar berbentuk segilima ini amat berbeda dengan piramida Mesir, yang segiempat. Pun demikian dasar berupa segilima tak simetris ini pun mengherankan, karena meski piramida dapat saja memiliki dasar berbentuk segilima (meski tak ada contohnya) namun seharusnya berbentuk simetris.

Akibat ketidaksimetrisan dasarnya, maka arah hadap sisi-sisi gunung Sadahurip pun tidak simetris. Di awali dari utara, masing-masing sisi menghadap ke arah 68, arah 143, arah 220, arah 284 dan arah 344. Tak satupun yang berimpit dengan sumbu mataangin utama (utara-selatan timur-barat) atau sumbu mataangin sekunder. Dengan demikian selisih sudut antar sumbu tiap sisi bervariasi dari yang terkecil 60 derajat hingga yang terbesar 77 derajat. Bila dasarnya simetris, seharusnya selisih tersebut seragam pada nilai 72 derajat (yakni 360 dibagi 5).
 Citra kontur Google Map gunung Sadahurip, dilengkapi sumbu mata angin utama dan arah sisi-sisi gunung.

Benda langit apa yang dihadapi masing-masing sisi gunung Sadahurip, dengan posisi arah hadap demikian, menjadi tak jelas. Jika dibandingkan dengan candi Borobudur, tidak terlihat fungsi sisi-sisi gunung Sadahurip sebagai petunjuk posisi Matahari terkait siklus musim. Sisi yang menghadap ke arah 68 memang hampir sejajar dengan posisi Matahari terbit saat paling utara (summer solstice). Namun terbenamnya Matahari pada titik itu, yakni pada arah 294, ternyata berselisih besar dengan arah hadap 284. Demikian pula terbit dan terbenamnya Matahari pada saat paling selatan (winter solstice), masing-masing di arah 114 dan 245, ternyata tak berhadapan dengan satu sisi gunung Sadahurip sekalipun. Hal serupa juga terlihat pada saat Matahari berada di titik ekuinoks, sehingga terbit tepat di timur dan terbenam tepat di barat. Ternyata tak ada satupun sisi gunung Sadahurip yang menghadap ke timur (arah 90) maupun barat (arah 270).

Dengan gunung Sadahurip diklaim sebagai piramida dan manusia yang membangunnya diklaim hidup lebih awal dibanding bangsa Mesir Kuno maupun bangsa Jawa kuno, bahkan diklaim pula sebagai bangsa Atlantis nan cerdas yang menjadi leluhur bangsa-bangsa berperadaban tinggi lainnya di muka Bumi, maka dua fakta berbeda itu mengerucut pada dua kesimpulan. Pertama, para pembangun piramida Sadahurip tak paham geometri. Sehingga tak bisa merancang dasar piramida yang simetris. Ini bertolak-belakang dengan bangsa Mesir kuno dan Jawa kuno yang telah mengenal dan menerapkan geometri dalam pembangunan piramida dan candinya. Dan yang kedua, para pembangun piramida Sadahurip tak paham astronomi. Sehingga piramidanya tak bisa menjadi penanda peristiwa-peristiwa langit yang penting bagi kebudayaan bangsa-bangsa kuno.

Di atas semua itu, dapat ditarik satu kesimpulan yang lebih sederhana dan lebih solutif. Yakni, gunung Sadahurip bukanlah piramida dan juga bukan bangunan menyerupai piramida.

Penulis : Ma’rufin Sudibyo
Sumber : http://blog.fitb.itb.ac.id/, Rabu, 8 Pebruari 2012 12:46 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?

Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Segala Hal Tentang Punokawan Wayang.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?