Tegar, Kisah Pengamen Cilik Jadi Artis.
Aku yang dulu, bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang aku disayang …
Namanya Tegar Septian. Dulu dia pengamen cilik yang wara wiri Subang-Kopo-Cikampek. Kini, dia sedang menikmati kemasyuran. Wajahnya bolak-balik tampil di televisi. Lagunya kadang terdengar di sela-sela acara di layar kaca.
Namanya meroket setelah video saat dia mengamen di-upload oleh seorang mahasiswa di jejaring sosial YouTube, tanggal 23 Mei 2012, namanya melambung. Fantastis, hingga kini video itu sudah ditonton lebih dari 6,6 juta kali
Belakangan dia memenangkan sebuah ajang pencarian bakat di daerahnya, di Subang, Jawa Barat. Sejak itu kehidupannya berubah total. Kini dia kerap menjadi bintang tamu sejumlah program televisi swasta. Ia pun bisa merasakan makanan enak dan berkeliling di beberapa tempat di Jakarta.
Sejak kecil, bocah itu keras hidupnya. Ia ditinggal begitu saja oleh ayahnya Ari, saat ia berumur setahun. Dalam keadaan serba kurang, ibunya Ratna Dwi Sasi merawatnya. Mungkin itu sebabnya nama bocah itu adalah Tegar.
Di Subang, Tegar dan ibunya tak punya rumah sendiri. Mereka kadang menunggu belas kasihan kerabat, tetangga dan sanak keluarga untuk mencukupi makan. Ratna, ibunya Tegar itu, juga seorang pengamen. Sejak dalam kandungan, Tegar sudah dibawa naik turun kereta Jawa-Jakarta. Si ibu berpikir bahwa janinnya bakal mewarisi profesinya. Jadi pengamen untuk menyambung hidup.
Sekarang Tegar sudah mulai tenar sebagai penyanyi. Hidupnya berubah. Ia sudah bisa membiayai sekolah dua adiknya yang tinggal di Subang. Padahal ia sendiri tak sekolah. Dia hanya mengenal papan tulis dan kapur hingga kelas dua Sekolah Dasar.
Tegar kini menjadi tiang keluarga. Meski kesannya dia memanggul tanggungjawab orang dewasa, tapi Tegar ya tetap saja seorang bocah. Kini dia tinggal di apartemen. Ia juga memboyong ibu dan satu adiknya yang berumur satu setengah tahun bernama Safa ke apartemennya itu. Ruang apartemen itu berukuran sekitar 5 x 5 meter, termasuk kamar mandi. Harga sewanya Rp22 juta per tahun.
Sampai di studio televisi itu, di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat, ia mengganti kaus abu-abu yang dipakai latihan tadi dengan kaus warna merah, dengan tulisan ‘Tegar’ di bagian dada. Dalam talkshow berdurasi satu jam itu, Tegar mengisahkan mimpinya menjadi artis dan pembalap motocross. Dua cita-cita yang dipendamnya sejak kecil. Pukul 10 malam talkshow selesai. Waktunya tidur untuk anak kecil seumurnya. Tegar bersama rombongan bertolak pulang ke apartemen di daerah Pluit.
Bocah ini sadar dirinya sudah bisa tampil di layar kaca. Impiannya tercapai, walau masih menganggap ini mimpi. Melayang mengikuti jadwal padat yang disusun manajernya. Kalau dulu ngamen sehari dapat Rp100 ribu, sekarang tarifnya sekali manggung berkisar Rp35- Rp40 juta.
Cita-cita Tegar pun kesampaian. Tegar pun menjalani hari-harinya kini bak artis tenar. Namun bayang-bayang kelam anak jalanan tak juga pupus dari ingatannya.
Lalu bagaimana kisah Tegar saat menjadi pengamen jalanan? Anak yang baru berumur 12 tahun ini pun menuturkannya pada VIVAnews.
Berikut wawancara Tegar dengan wartawan VIVAnews, yang saya kutip dari : http://sorot.news.viva.co.id/
Tegar, sejak kapan mulai mengamen?
Saya mengamen sejak umur 6 tahun. Saat masih di dalam kandungan, ibu saya sudah mengamen. Lalu umur empat tahun aku mulai juga sering ikut ibu ngamen.
Nah, umur enam tahun baru benar-benar ngamen, dilepas sendiri. Itu ngikutin teman-teman saja. Pertama ngamen sendiri ke Cikampek, di kereta. Sudah pamit, diizinkan. Enak ya, lumayan dapatnya banyak.
Boleh tahu berapa penghasilan dalam sehari?
Penghasilan pernah sampai seratus ribu rupiah dalam sehari. Pernah mengamen sampai Surabaya, naik kereta pulang-pergi sama teman-teman. Itu dapatnya juga sekitar tujuh puluh ribu atau seratus ribu rupiah. Lupa ya, sudah lama.
Biasanya Tegar mengamen di mana saja?
Di Subang, daerah Cikopo, Cikampek. Kalau ke Jakarta malah jarang. Kalau mengamen biasanya ikut mobil ke mana saja. Pernah sampai tiga bulan nggak pulang.
Sehari-hari waktu jadi pengamen ya begitu, jam satu siang bangunnya, terus ngamen.
Pernah mengalami kejahatan saat mengamen?
Pasti pernah. Dulu pernah habis dapat uang seratus ribu, dipalak sama preman. Ini beneran lho, Mbak. Ya gimana lagi, dikasih saja, daripada ditonjok. Tapi pernah juga sih sampai dipukul. Biasa lah itu, sesama teman biasanya ngajak berantem.
Pengalaman pahit apa saja yang dirasakan selama mengamen?
Ya itu tadi, dipalak preman, dipukuli orang, dikejar Satpol PP. Diajari teman-teman juga buat ngerokok, dari umur tujuh tahun Tegar sudah ngerokok.
Tegar juga pernah kecanduan ngelem karena teman-teman. Tapi sekarang sudah nggak lagi. Dulu waktu masih ngamen, sering diusir-usir. Pernah pengen numpang tidur di Taman Anggrek, tapi diusir sama sekuriti. Nggak boleh, katanya.
Sekolah sampai kelas berapa?
Kelas dua SD.
Kenapa berhenti sekolah?
Nggak ada biayanya, jadi nggak ngelanjutin.
Sekarang sudah punya uang, mau lanjut sekolah?
Iya, mau home schooling.
Akhirnya berhenti mengamen umur berapa?
Umur 11 sudah berhenti. Tegar ikut audisi pencarian bakat di Subang, menang.
Pernah menyangka kalau video kamu di YouTube bakal ditonton 6,5 juta orang?
Nggak nyangka ya. Tapi memang dari dulu pengen masuk televisi, pengen jadi artis.
Setelah terkenal, apa saja perbedaan yang dirasa?
Banyak. Sekarang apa yang di-pengenin sudah bisa dibeli. Blackberry, Ipad, sudah punya. Bajunya sudah bagus. Sudah bisa beli Motorcross sama bajunya juga.
Apa yang belum kesampaian?
Pengen banget beli arena Motorcross sama rumah dan mobil. Kalau bisa Ferrari. Tapi yang pertama sih uangnya ditabung untuk beli rumah, karena selama ini di Subang juga bukan rumah sendiri. Tapi nggak pengen di Jakarta, macet dan semua serba susah. Pengen-nya kalau sudah punya rumah di Cikampek saja.
Siapa sih artis idola kamu?
Dulu pengen kayak Om Ariel (Noah). Nggak pernah nyangka bisa ketemu dan nyanyi bareng. Waktu sudah ketemu ya deg-degan.
Tegar minta doakan supaya nggak sombong dan nggak di jalanan lagi. Sama Om Charlie (Setia Band) juga awalnya deg-degan, tapi akhirnya biasa saja. Malah bisa duet di acara-acara juga.
Ariel sudah, Charlie sudah. Sekarang ingin bertemu siapa lagi?
Hmm …. (Tegar berpikir sejenak)…. Justin Bieber! Ngefans ya, suaranya bagus, orangnya cakep, bisa dance juga.
Kamu rindu tidak untuk mengamen lagi?
Iya, kangen, sudah nggak bisa ngamen lagi. Tapi kadang masih bertemu teman-teman, bedanya sekarang nggak ngerokok lagi, nggak ngelem lagi. Sekarang kalau Tegar lihat pengamen di jalanan sampai nangis, ingat waktu dulu. Langsung Tegar pengen kasih uang, ya seikhlasnya aja.
Ada pesan untuk anak-anak yang belum seberuntung kamu?
Yang di rumah, harus rajin dan semangat, biar sukses. Semoga nggak di jalan lagi, nggak ngamen lagi.
Di satu studio musik di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat., hari itu Selasa, 11 Juni 2013, Tegar dengan group band dadakannya dengan personel Hari (bass), Popo (keyboard), Indra (gitar), dan Fle (drum) latihan untuk tampil keesokan harinya di Pekan Raya Jakarta (PRJ).
“Tegar akan nyanyi sembilan lagu, jadi opening konsernya Setia Band,” ujar Harpan Hendrawan, perwakilan label Harpa Records yang sore itu mendampingi Tegar.
Pukul 3 sore ia berangkat ke PRJ. Sesuai jadwal, ia tampil menjadi pembuka konser Setia Band di panggung utama, jam delapan malam. Ia muncul di panggung lima belas menit lewat jam delapan. Begitu nama bekennya, Tegar Pengamen Cilik disebut, penonton yang sejak tadi duduk lesehan, berdiri dan menyeruak ke depan panggung. Sibuk mengambil foto dan merekam.
Tegar muncul sambil mengacungkan tangan. Tubuhnya tampak kecil ditelan panggung PRJ yang luas. Ia tampil bersemangat, dan penonton yang telah hafal lagunya, ramai-ramai bernyanyi:
Aku yang dulu, bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang aku disayang …
Sumber (dengan proses editing) :
Komentar
Posting Komentar