Mengenal Disfungsi ereksi (DE), Kenapa "Burung Lelaki" Tidak Mampu Berdiri.
Disfungsi ereksi (DE) menjadi salah satu sumber masalah yang tak terungkap dalam hubungan pasangan suami istri (pasutri), dan bisa memicu perceraian akibat tidak terpenuhinya kepuasan seksual pasangan menikah. Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia, Wimpie Pangkahila, mengatakan bahwa pasutri bisa meraih keharmonisan dan kebahagiaan lebih optimal, dengan pemahaman seksual yang tepat.
Apakah ereksi itu ?
Ereksi adalah reaksi pada kepala (gland) penis akibat berbagai rangsang yang diterima baik penglihatan, penciuman, dan sentuhan. Kondisi ini terjadi karena adanya krause finger corpuscle pada kepala penis, yang memiliki banyak sel saraf.
Berbagai rangsang tersebut ditangkap krause finger corpuscle, yang kemudian dikirim ke otak. Dari otak, rangsang tersebut diterjemahkan dan dikirim kembali menjadi reaksi ereksi. Saat ereksi, pembuluh darah pada penis melebar dan berisi penuh darah. Untuk mencapai ereksi, pembuluh darah harus dalam keadaan rileks.
Ada empat tipe ereksi yang wajib diketahui oleh setiap pria. Penting artinya mengenal jenis ereksi karena hal ini menentukan tingkat kepuasan dan keberhasilan mencapai orgasme pada hubungan suami istri. Tipe ereksi dikenal sebagai erection hardness score (EHS), yang menentukan tingkat kekerasan atau kekakuan penis. "Nilai EHS menentukan kepuasan saat berhubungan seksual. Pemeriksaan EHS juga biasa dilakukan pada pengobatan disfungsi ereksi," kata urolog Rumah Sakit Asri, Dr dr Nur Rasyid, SpU, pada seminar "Pasien Disfungsi Ereksi (DE) Kini Memiliki Harapan Sembuh Tanpa Obat" di Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Berikut empat tipe ereksi seperti dijelaskan Nur Rasyid:
- Tipe 1 : Menurut Nur, tipe ini biasa dianalogikan sebagai hidangan agar-agar. Pada kondisi ini penis sudah membesar, tetapi tidak cukup keras.
- Tipe 2 : Tipe ini memiliki analogi yang sama dengan tipe sebelumnya. Namun, pada kondisi ini penis sudah cukup besar dan keras. "Tipe satu dan dua tidak cukup untuk penetrasi. Biasanya bukan tipe ini yang digunakan dalam hubungan suami istri," kata Nur.
- Tipe 3 : Buah pisang biasa dianalogikan untuk tipe 3. Pada kondisi ini, penis sudah dapat digunakan untuk penetrasi.
- Tipe 4 : "Pada kondisi ini penis benar-benar siap digunakan untuk penetrasi. Beberapa pasangan memilih tipe ini dibandingkan tipe 3," kata Nur. Tipe 4 biasa dianalogikan sebagai buah ketimun.
Memahami disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi atau dalam bahasa inggris erectile dysfunction atau kita lebih mengenalnya dengan istilah impoten, menggambarkan ketidakmampuan pria untuk mencapai dan / atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan sebagai bagian dari hubungan seksual yang normal.
Bagaimana kondisi disfungsi ereksi?
Disfungsi ereksi adalah suatu kondisi yang sangat umum dialami lebih dari 50% dari laki-laki. Setengah dari pria berusia 40-70 telah mengalami kondisi ini dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda satu sama lain, namun hanya sejumlah kecil yang mencari bantuan dari dokter terkait penanganan dan pengobatan impotensi yang benar dan tidak membahayakan.
Apakah Disfungsi Ereksi sama dengan impotensi?
Kebanyakan ahli percaya bahwa kata-kata impotensi seharusnya sudah semestinya tidak digunakan karena merupakan kata yang merendahkan, dan penggunaannya dapat membantu untuk meningkatkan gejala tekanan psikologis pada laki-laki dengan disfungsi ereksi. Jadi walaupun disfungsi ereksi dan impotensi merujuk pada kondisi yang sama tetapi mempunyai tekanan psikologis yang berbeda.
Apa yang menyebabkan disfungsi ereksi?
Bertambahnya usia, terganggunya kondisi medis baik fisik dan psikologis, ditambah sejumlah besar obat-obatan yang dikonsumsi, dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Kondisi lain seperti diabetes, prostat dll operasi, juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi dan Anda sangat disarankan untuk melakukani check up dengan dokter Anda untuk mendapatkan treatment khusus terkait pengobatan impotensi di satu sisi dan pengobatan penyakit Anda di sisi lain. Agar tidak terjadi pengobatan yang salah.
Ketidakmampuan ereksi atau biasa disebut disfungsi ereksi (DE) bukan cuma disebabkan karena tidak adanya libido saja. Gangguan penyakit sampai masalah psikologis dengan pasangan bisa membuat penis menjadi tak bertenaga.
Seseorang disebut menderita DE jika ia tidak mampu melakukan ereksi selama lebih kurang tiga bulan. "Ketidakmampuan ini berjalan terus-menerus, bukan selang-seling terkadang bisa terkadang tidak. Kondisi itu juga tetap berlangsung meski dengan partner yang berbeda," papar Dr Ponco Birowo, dokter spesialis urologi dari RS Asri Jakarta.
Ponco menjelaskan, secara umum ada dua penyebab utama disfungsi ereksi, yakni faktor psikogenik dan organik.
- Faktor psikogenik adalah semua hal yang berkaitan kondisi kejiwaan. "Penyebabnya bisa karena komunikasi yang kurang baik dengan pasangan. Penyebab lain adalah merasa tidak berdaya karena tidak mampu membuat pasangan orgasme," katanya. Rasa rendah diri karena tidak berhasil menuntun pasangan mencapai orgasme ternyata bisa membuat seorang pria merasa stres, depresi, merasa bersalah, sampai takut akan keintiman.
- Sementara itu, yang dimaksud dengan penyebab organik adalah gangguan penyakit. "Hampir dua pertiga disfungsi ereksi disebabkan karena faktor ini," katanya.
- Selain diabetes yang tidak terkontrol, penyakit yang bisa menyebabkan impotensi adalah kolesterol tinggi, hipertensi, atau memiliki riwayat kecanduan. Penyakit-penyakit tersebut dapat merusak saraf dan pembuluh darah sehingga aliran darah ke organ penis yang diperlukan untuk terjadinya ereksi menjadi terhambat.
Ponco menambahkan, ada beberapa gejala yang menyertai penyebab organik, yakni hilangnya minat pada aktivitas sosial, ukuran testis yang mengecil, serta penurunan pada penanda seksual sekunder, misalnya melemahnya kekuatan otot.
Ukur Kepuasan Seksual dari Skala Ereksi.
Untuk bisa mencapai kepuasan seksual, DE perlu diatasi, diawali dengan memahami skala ereksi. Wimpie Pangkahila, Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia, mengatakan, angka perceraian di Jakarta cukup tinggi, karena masalah kepuasan seksual yang tidak terungkap seperti disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi (DE) adalah kondisi saat pria tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang optimal untuk mencapai kepuasan seksual. Untuk mengukur DE, bisa dengan mengikuti tes Erection Hardness Score (EHS). Prof Wimpie menyebutkan empat skala ereksi, di antaranya:
- Skala 1 (Severe Erectile Dysfunction) : Penis membesar namun tidak mengeras, seperti tapai. DE skala ini termasuk derajat berat.
- Skala 2 (Moderate Erectile Dysfunction) : Penis keras namun tidak cukup keras untuk penetrasi, seperti pisang. DE skala ini terbilang moderat, penis membesar namun tidak cukup keras.
- Skala 3 (Suboptimal Erection) : Penis cukup keras untuk penetrasi namun tidak sepenuhnya keras, seperti sosis. Ereksi seperti ini tidak optimal walaupun masih bisa melakukan hubungan seks. DE skala ringan ini cenderung tidak disadari oleh lelaki. Kebanyakan lelaki di Indonesia berada pada skala ini, kata Prof Wimpie.
- Skala 4 (Optimal Erection) : Penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya, seperti timun.
Dari penelitian Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness (APSHOW) 2008 di 13 negara, lelaki dengan EHS skala 4 lebih sering melakukan hubungan seksual dan lebih merasa puas. Dampaknya lebih memiliki pola pikir positif dalam hidupnya.
Prof Wimpie juga menjelaskan perbandingannya. Pria dengan EHS 4 lebih optimistis dengan hidupnya secara umum (38 persen) dibandingkan pria dengan EHS 3 (28 persen). Optimistis dengan hubungannya (45 persen : 34 persen), memiliki keseimbangan hidup (38 persen : 29 persen), dan memiliki kesempatan untuk maju dalam hidup (33 persen : 23 persen).
Faktanya, tak hanya lelaki yang menginginkan skala ereksi lebih optimal. Perempuan pasangannya tentu juga ingin meningkatkan kepuasan seksual, dengan ereksi suami yang lebih optimal. Bahkan 88 persen perempuan mengaku kurang puas dengan kekerasan ereksi pasangannya (APSHOW 2008).
Cara Mencegah Disfungsi Ereksi.
- Berat badan, jika Anda memiliki berat tubuh yang masuk kedalam kategori obesitas atau kelebihan berat badan maka membuat sistem kardiovaskular Anda di bawah tekanan. Segeralah turunkan berat badan anda dengan diet yang benar.
- Berhenti merokok, merokok akan berpengaruh kurang lancarnya aliran darah ke penis. Segeralah berhenti dari kebiasaan anda merokok.
- Jauhi alkohol, jika anda masih termasuk orang yang gemar konsumsi alkohol, berhentilah mulai saat ini juga.
- Diet, diet seimbang akan membuat tubuh tetap sehat karena kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi.
- Kontrol tekanan darah dan kolesterol, mengontrol tekanan darah membuat tubuh Anda selalu prima. Dengan demikian, aliran darah yang stabil pun membuat aliran ke penis ikut lancar.
- Aktif secara fisik, luangkan waktu minimal 30 menit per hari beraktifitas fisik atau berolahraga akan meningkatkan aliran darah, sehingga.
- Tidur cukup, Tidurlah minimal 7 jam di malam hari, sehingga tubuh tetap fresh dan kesehatan pun optimal.
Penanganan Perawatan " Si Burung".
Dalam hampir semua kasus disfungsi ereksi dapat disembuhkan dengan pengobatan. Ada beberapa perawatan yang tersedia saat ini, diantaranya pemberian obat anti impotensi tertentu, suntikan lokal ke penis, obat intrauteral, perangkat mekanik, misalnya, pompa vakum, dan implan bedah. Dukungan psikologis, misalnya, konseling, dan terapi alternatif, misalnya, hipnoterapi juga dapat membantu dalam pengobatan disfungsi ereksi.
Mengenali penyebab-penyebab disfungsi ereksi bisa membantu memilih terapi pengobatan yang paling tepat. Pengobatan DE sendiri terdiri dari tiga lini :
- Yang pertama adalah mengobati penyebabnya yang diikuti dengan melakukan perubahan gaya hidup dan mengonsumsi obat. Misalnya dengan obat golongan PDE-5 inhibitor.
- Jika pengobatan lini pertama tidak berhasil, pasien bisa melakukan terapi lini kedua berupa injeksi sildenafil ke badan penis serta injeksi sildenafil ke saluran kencing. "Tetapi, pengobatan ini mulai dibatasi karena minimnya penyerapan obat di uretra," kata Ponco.
- Sementara itu, pengobatan di lini terakhir adalah operasi atau terapi hormon yang diikuti dengan terapi seks.
"Kunci keberhasilan pengobatan adalah menjaga pola hidup sehat, dengan asupan bernutrisi seimbang dan olahraga. Kecuali karena kondisi genetik, disfungsi ereksi bisa diperbaiki dengan pola hidup sehat. Pola yang sama juga harus dijalani usai menjalani pengobatan," ujarnya.
Penyusun : Yohanes Gitoyo.
Sumber :
- http://health.kompas.com/.
- http://obatlemahsyahwat.net/
- http://sekedarcatatan.net/
Komentar
Posting Komentar