Hati-hati, Salah Memberi Hukuman Membuat Anak Jadi Pendendam !


Belajar dari kasus dugaan penelantaran anak di Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, orangtua sebaiknya tidak memberi hukuman berat kepada anak. Sebelumnya, orangtua dari lima anak, T (45) dan N (42), mengaku tega melakukan hal tersebut, sebagai bentuk didikan agar anaknya tidak manja, terutama bagi anak laki-lakinya, AD (8).

Menurut Sani Budiantini Hermawan, S.Psi., M.Si., Direktur & Psikolog Lembaga Konsultasi Daya Insani, sekarang ini, dalam mendidik anak, tak ada lagi hukuman melainkan konsekuensi. Anak harus belajar konsekuensi positif dan negatif. Anak perlu tahu bahwa setiap hal yang dilakukan ada konsekuensinya, baik atau buruk.

“Misalnya, kalau  nilai ulangan anak bagus, konsekuensinya boleh membeli buku bacaan baru favoritnya. Tapi, kalau nilai ulangan anak jelek, konsekuensinya orangtua bisa mengurangi kesenangan anak, seperti waktu bermain sepeda yang biasanya satu jam dikurangi 30 menit. Ini akan membuat anak lebih bertanggungjawab,” ujar Sani, Jumat (15/5/2015)

Menurut Sani, setiap orangtua tentu punya cara sendiri mendidik anak. Namun, pola asuh salah, seperti memberi hukuman, baik secara fisik, verbal, ataupun mental justru akan menimbulkan luka batin pada anak. Bahayanya lagi, luka batin ini tak hanya berefek buruk jangka pendek, juga jangka panjang. Meski, tujuan orangtuanya adalah mendidik agar anak tidak tumbuh menjadi anak manja, memberi hukuman berat pada anak tidak membuat tujuan tersebut tercapai.

Seperti diberitakan, AD ditelantarkan kedua orangtuanya dengan cara dibiarkan berada di luar rumah. Bahkan, kejadian ini berlangsung selama satu bulan belakangan. Hal itu dilaporkan oleh tetangga T dan N yang berada di Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat. Dari laporan tersebut, KPAI bersama Kementerian Sosial dan polisi pun mendatangi rumah T dan N.

T dan N membantah tuduhan bahwa mereka telah menelantarkan anak, dan melakukan kekerasan fisik, serta psikis terhadap anak-anaknya. Menurut T, ia memberi hukuman pada AD, karena kesal anaknya nakal.


“Pemberian hukuman secara fisik atau psikologis, seperti mengusir atau menelantarkan anak, tidak bisa membentuk sikap anak jadi positif. Hukuman semacam ini pada anak, justru bisa menimbulkan rasa marah dan benci pada orangtuanya. Bahkan, bukan tak mungkin timbul rasa dendam dalam diri anak. Ke depannya, bisa jadi anak tumbuh menjadi pemarah dan pendendam. Ini tentu tak baik untuk kesehatan jiwanya, termasuk bagaimana ia menguasai emosinya,” papar Sani.

Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : health.kompas.com, Jumat, 15 Mei 2015 | 15:14 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Prosedur dan Persyaratan Pengajuan Kredit Bank.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Inilah : Satyrichthys welchi, Ikan Asal Aceh Yang Bentuknya Seperti Pesawat Tempur Siluman !

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?