Ada Potensi Gempa di Surabaya dan Madura, BMKG Beri Klarifikasi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di kantor BMKG Yogyakarta, Jumat (28/09/2018) malam
Pasca terjadinya beberapa gempa di Indonesia beberapa waktu yang lalu, banyak masyarakat yang mulai resah terkait fenomena alam ini. Terlebih, beberapa pihak tak bertanggung jawab membuat dan menyebarkan hoaks tentang potensi gempa di Indonesia.
Salah satu yang terbaru adalah kabar mengenai potensi gempa di Surabaya - Madura. Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (21/10/2018), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Dwikorita Karnawati tidak menyangkal hal itu. Namun, dia mengatakan bahwa potensi gempa tidak hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura tapi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Menurut Dwikorita, hal ini karena Indonesia berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang terbentuk oleh gerak lempeng tektonik aktif. "Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, negara lain seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam cincin api pasifik tersebut," kata Dwikorita di Kantor BMKG Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Untuk itu, Dwikorita mengimbau masyarakat bersama pemerintah dan stakeholder lain lebih proaktif mempersiapkan upaya mitigasi bencana dibanding meributkan ramalan dan prediksi gempa.
"Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan terpengaruh oleh isu-isu yang dihembuskan oleh pihak yang ingin membuat kegaduhan dan kecemasan," ujarnya. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu menegaskan ada banyak mitigasi bencana yang bisa dilakukan.
- Pertama, edukasi masyarakat tentang perlindungan dan keselamatan sebelum, saat, dan setelah gempa bumi.
- Kedua, membangun bangunan dan infrastruktur yang sesuai "building code".
- Ketiga, menetapkan tata ruang wilayah berbasis peta rawan bencana.
- Keempat menyiapkan jalur evakuasi.
- Terakhir, membangun shelter untuk evakuasi vertikal dari ancaman tsunami di daerah pantai.
Selain itu, Dwikorta juga menegaskan bahwa saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi datangnya gempa bumi. "Hingga saat ini belum ada satupun negara dan tekhnologi yang mampu meramalkan dan memprediksi gempa bumi," ucap Dwikorita.
Terkait potensi gempa di wilayah Surabaya dan Madura, Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly menjelaskan tentang peta sumber dan bahaya gempa bumi di Indonesia 2017. Menurutnya, secara geologis dan tektonik wilayah Kota Surabaya dan Madura memang berada pada jalur zona sesar aktif.
Dalam hal ini, wilayah Surabaya berada pada jalur zona Sesar Kendeng. Sedangkan Madura berada pada jalur zona Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangean, dan Sakala).
Sadly menyebut, berdasarkan catatan sejarah kegempaan (Visser 1922), jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempabumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867). Di luar itu, Sesar RMKS juga pernah memicu terjadinya gempabumi merusak di Rembang-Tuban (1836), Sedayu (1902), Lamongan (1939), Sumenep (13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018).
Meski menurut sejarahnya terjadi beberapa aktivitas kegempaan di Surabaya dan Madura, Sadly meminta masyarakat tetap tenang tapi waspada.
Video : "Tanggap , Tangkas , Tangguh Menghadapi Bencana "Gempa Bumi"
Video : "Lagu Mitigasi Gempa Bumi"
"Saya berharap masyarakat tetap tenang namun waspada. Pemerintah melalui BMKG terus memantau gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia selama 24 Jam penuh setiap harinya," tegas Sadly.
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Resa Eka Ayu Sartika
Sumber : sains.kompas.com, 21/10/2018, 15:30 WIB.
Komentar
Posting Komentar