Segala Hal Tentang Kontroversi Seni Topeng Monyet
Topeng monyet adalah kesenian tradisional yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Pertunjukan topeng monyet juga dapat dijumpai di India, Pakistan, Thailand, Vietnam, Cina, Jepang, dan Korea. Pertunjukan topeng monyet di Indonesia khususnya di Jakarta sudah berlangsung lama bahkan sudah menjadi semacam kesenian tradisional yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia.
Pertunjukan "topeng monyet" di Jepang.
Jenis kesenian ini melibatkan seorang pawang yang melatih monyetnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang meniru tingkah laku manusia, misalnya mengenakan pakaian, berdandan dan pergi belanja. Monyet yang digunakan di Indonesia biasanya adalah spesies Macaca Fascicularis atau biasa disebut juga crab eating monkey atau long tailed monkey.
Topeng monyet mempertunjukan keterampilan meniru berbagai aktivitas manusia di depan umum.. Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan olah satu atau beberapa orang. Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan olah satu atau beberapa orang. Alat musik yang dimainkan biasanya berupa gendang kecil yang dimainkan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tali pengikat monyet. Pertunjukan ini dimainkan secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan permukiman. Salah satu pemukiman yang hampir setiap hari didatangi pawang monyet untuk mempertontonkan aktrasi topeng monyet adalah Komplek PTB Duren Sawit, Jakarta Timur.
Penontonnya kebanyakan anak-anak. Karena itu, kedatangan rombongan topeng monyet selalu disambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak ini menjadi rezeki bagi rombongan topeng monyet. Uang saweran dari warga merupakan sumber nafkah mereka menghidupi keluarga.
Sejarah.
Topeng monyet adalah kesenian tradisional yang sejak dahulu sangat dikenal di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kalau di Jakarta atraksi ini dikenal dengan nama topeng monyet, sedangkan di daerah Jawa dikenal sebagai ledhek kethek.
Menurut Matthew Isaac Cohen, seorang professor budaya teater Indonesia dari Royal Holoway University of London, pertunjukan yang menampilkan monyet dan anjing direproduksi di Indonesia. Miniatur sirkus ini merupakan salah satu hiburan mengamen paling umum di pasar, jalan-jalan pedesaan, dan perkotaan di seluruh barat Indonesia. Pertunjukan akrobatik ini menjadi umum pada awal 1890-an. Cohen juga menjelaskan bahwa atraksi monyet dan anjing terkait dengan perkembangan seni pertunjukan komersial di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Selain pertunjukan komersial berskala besar seperti sirkus, kelompok akrobatik Jepang, operet, dan burlesque (pertunjukan drama atau musik yang bertujuan membuat tertawa), ada juga hiburan berskala kecil: panggung pesulap Eropa, India dan Cina; balloonists (orang yang mengoperasikan wahana balon terbang), pertunjukan anjing dan monyet, serta seniman boneka.
Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam, Belanda tentang topeng monyet dibuat tahun 1900-1920.
Pertunjukan topeng monyet terutama dinikmati oleh anak-anak, baik pribumi maupun Belanda dan Eropa. Hal ini bisa dilihat dari foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam, Belanda. Foto yang bertarikh 1900-1920 ini memperlihatkan seorang dalang Arab dengan dua monyetnya yang dirantai. Foto diambil oleh Charles Breijer anggota de Ondergedoken Camera atau persatuan juru foto Amsterdam yang bekerja sebagai juru kamera di Indonesia dari 1947 sampai 1953. Dia kerap membuat foto kehidupan sehari-hari.
Topeng Monyet, Hiburan atau Siksaan ?
Dibalik pertunjukan topeng monyet yang menghibur, ada penyiksaan binatang yang dilakukan secara keji oleh sang pawang atau pemilik monyet.
Coba perhatikan video "The Topeng Monyet" yang dishare di Youtube, terlihat jelas bagaimana monyet-monyet itu disiksa oleh majikannya, seperti tangannya diikat ke belakang, digantung dan dipaksa duduk berjam-jam dijalan.
Monyet untuk atraksi topeng monyet biasanya berusia muda sekitar delapan atau sembilan bulan. Monyet muda ini dilatih dengan cara disiksa oleh pemilik dalam waktu yang lama.
Agar bisa berjalan tegak, tangan monyet diikat ke belakang, digantung dan dipaksa duduk berjam-jam di jalan. Agar monyet terus berlatih, seringkali pemilik sengaja tidak memberikan makan. Salah seorang pelatih monyet ini mengaku separuh monyet yang dilatihnya mati karena tidak kuat.
Monyet yang telah pintar kemudian akan dijual atau disewakan oleh pemilik kepada pelaku topeng monyet.
Karena adanya penyiksaan inilah maka banyak organisasi yang menyerukan penghapusan topeng monyet baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu diantara Jakarta Animal Aid Network (JAAN).
Tindak kekerasan dan penyiksaan terhadap monyet tersebut bukan tidak mungkin mengancam kelestarian satwa atau berpontensi meningkatkan kepunahan satwa di Indonesia.
Ancaman dibalik aktrasi topeng monyet
Aktrasi topeng monyet tak hanya mengancam kelestarian satwa tapi juga bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia. Sebuah artikel yang dilansir Wikipedia mengungkapkan, pertunjukan topeng monyet dapat menimbulkan bahaya akibat kontak fisik antara kera dengan penonton – misalnya monyet mencakar penonton. Beberapa kontak dapat beresiko tergigit, tercakar, dll.
Menurut dokter hewan dari Balai Kesehatan Hewan dan Ikan (BKHI), Ragunan, Jakarta Selatan drh. Aswin para orangtua perlu khawatir penyakit yang ditularkan dari monyet ke anak-anak karena itu berbahaya.
"Jarang sekali pemilik monyet yang memeriksakan monyetnya ke dokter hewan, itu yang terjadi di Indonesia. Mereka tidak peduli kesehatan monyetnya. kita tidak tahu penyakit apa yang sedang dialami si monyet tersebut, kalau memang monyet sakit itu mudah sekali menular ke anak-anak karena daya imun mereka (anak-anak) masih rendah," ujar drh. Aswin saat diwawancarai Liputan6.com, Kamis (24/10/2013).
Menurut Arwin yang perlu diperhatikan yakni penyakit Hepatitis, "Untuk menghindarinya ya orangtua jangan 'nanggap' topeng monyet, yang paling dikhawatirkan hepatitis dan rabies," ujar Aswin.
Hepatitis tingkat kecepatan penularannya 4 kali lebih cepat dibandingkan dengan penyakit HIV. Dan berbahayanya lagi, menurut perkiraan para ahli sudah ada sekitar 2 miliar manusia yang terinfeksi penyakit hepatitis.
Penularannya terdiri dari berbagai macam cara mulai dari aliran darah, cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan juga air liur. Dan hewan yang banyak menularkan penyakit hepatitis ialah satwa primata (sebangsa kera). Cara penularannya bisa dengan digigit atau lewat cakaran.
Karena itu, disarankan untuk berhati-hati ketika memelihara hewan primata karena kalau satwa tersebut mengidap hepatitis akan mudah sekali menularkannya kepada Anda yang memeliharanya. "Kalau anak menyentuh tangan monyet kemudian konsumsi makanan, ini yang perlu diwaspadai dan orangtua harus lebih peduli dengan kesehatan anak," ungkap Aswin.
Pendapat Peneliti luar negeri tentang topeng monyet.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lisa Jones Engel dan kawan-kawan dari Pusat Penelitian Primata, University of Washington, Amerika Serikat yang memeriksa darah dari 20 kera topeng monyet di Jakarta. Mereka menemukan bahwa sekitar setengah dari kera-kera yang diperiksa tersebut positif terkena simian foamy virus (SFV), retrovirus pada primata yang ditengarai tidak menularkan penyakit pada manusia.
Dua dari kera-kera yang diperiksa positif simian retrovirus (SRV), yang dapat menular ke manusia. Baik SRV maupun SFV adalah retrovirus, yang secara tipikal bergerak perlahan dalam tubuh inangnya, sehingga memerlukan waktu tahunan sebelum dokter mengetahui dampak virus tersebut.
Seekor kera yang diperiksa juga positif terkena virus simian T-cell lymphotropic, yang diyakini sebagai virus HTLV, nenek moyang virus primata yang menular pada manusia, yang kemudian diketahui penyebab leukemia. Seekor monyet positif terkena virus herpes B, diketahui sebagai CHV-1, yang jarang menjangkiti manusia. Tetapi, dari 40 kasus pada manusia, 80% rata-rata berakibat fatal.
Belajar pada banyak penelitian di kawasan Afrika, Engel juga mencurigai kemungkinan monyet penghibur jadi perantara HIV--penyebab AIDS pada manusia. Untuk tindakan preventif, cairan tubuh monyet jangan sampai terkena bagian tubuh yang terluka sewaktu monyet menggigit atau mencakar kulit.
Penghapusan Topeng Monyet (di Jakarta).
Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada bulan Oktober 2013 menargetkan Jakarta bebas topeng monyet pada 2014. Menurutnya, permainan topeng monyet telah menyakiti fisik hewan primata itu. Untuk meniadakan topeng monyet tersebut, Jokowi menyatakan bahwa Pemprov DKI akan membeli monyet-monyet tersebut dan akan memindahkannya ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Di TMR akan disediakan lahan seluas satu hektar khusus untuk menampung bintang liar. Adapun tukang topeng monyetnya akan diberi pembinaan.
Jadi, tak heran bila baru-baru ini Pemerintah DKI Jakarta gencar melakukan razia topeng monyet. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi penyakit yang akan ditularkan si monyet tersebut. Dilihat dari dasar hukumnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) No 302 yang mengatur tentang tindakan penyiksaan hewan. Selain itu, ada pula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 200 9 tentang Peternakan dan Kesehatan Pasal 66 Ayat 2g.
Dasar hukum lain adalah Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 83 Ayat 2, Perda No. 11 Tahun 1995 tentang Pengawasan Hewan Rentan Rabies serta Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Pasal 6 Ayat 1 dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Pasal 17 Ayat 2.
Kebijakan ini medapatkan kritikan dari berbagai pihak yang menyatakan gubernur lebih memperhatikan topeng monyet daripada anak jalanan, melupakan tugasnya menghadapi banjir dan macet dan topeng monyet adalah salah satu seni budaya Indonesia yang harus tetap dilestarikan. Walaupun demikian kebijakan tersebut tetap dijalankan oleh Pemprov DKI dan juga akan diikuti oleh daerah lain di Indonesia.
Satuan Polisi Pamong Praja DKI berhasil merazia 67 ekor monyet yang dipekerjakan untuk topeng monyet. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 ekor monyet terjangkit virus TBC, seekor di antaranya terjangkit virus hepatitis C dan D, serta seluruh monyet yang dirazia terjangkit cacingan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan bahwa penyakit TBC dan hepatitis monyet itu menular ke manusia, khususnya anak-anak sehingga yang terjangkit kedua virus itu harus dimusnahkan.
Penyusun : Yohanes Gitoyo.
Sumber :
Sumber :
Komentar
Posting Komentar