Mitos-mitos Kreativitas
ARTIKEL PSIKOLOGI
Di kalangan pakar manajemen, barangkali tidak ada orang yang seintensif Teresa Amabile dalam mempelajari kreativitas manusia. Selama hampir 30 tahun, guru besar Harvard Business School ini melakukan berbagai riset untuk mengkaji bagaimana inovasi-inovasi dalam bisnis bisa dikembangkan.
Dibandingkan isu kepemimpinan, strategi, atau pemasaran, misalnya, kreativitas memang kurang memperoleh perhatian. Karena itu, beberapa temuannya terlihat menonjol. Misalnya saja, ia menyebutkan ada sejumlah mitos yang melingkupi isu kreativitas. Mitos-mitos ini diyakini kebenarannya oleh banyak orang. Nah, dari risetnya, Amabile mengatakan bahwa banyak hal yang diyakini orang sebagai kebenaran hanyalah mitos belaka.
Mitos pertama, kata Amabile, adalah anggapan bahwa kreativitas itu lahir dari tipe-tipe orang kreatif tertentu. Di perusahaan, mereka biasanya ada di departemen pemasaran, promosi, atau desain (yang seringkali juga ditambahi dengan atribut kreatif). Sedangkan orang-orang akuntansi dianggap kurang kreatif karena pekerjaannya sangat standar.
Dari studinya, Amabile menemukan bahwa siapapun dengan kecerdasan normal mampu melakukan pekerjaan kreatif. Kreativitas ini bergantung kepada sejumlah hal, seperti pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, kemampuan berpikir dengan cara baru. Siapapun yang terbuka terhadap gagasan baru, ia mungkin bersikap dan berpikir kreatif.
Mitos kedua, Uang juga sering dianggap sebagai motivator yang mendorong lahirnya kreativitas. Amabile menyimpulkan dari studinya bahwa uang bukanlah segalanya. Banyak orang yang melahirkan gagasan kreatif ini lebih menghargai lingkungan di mana kreativitas didukung, dihargai, dan diakui. Banyak orang yang ingin memperoleh kesempatan untuk terlibat secara mendalam dengan pekerjaan mereka dan membuat kemajuan nyata bagi perusahaan.
Mitos ketiga, Orang menganggap bahwa bekerja di bawah tekanan deadline akan melahirkan kreativitas. Ini juga mitos. Justru, kata Amabile, orang menjadi kurang kreatif manakala mereka berpacu dengan waktu. Kreativitasnya bukan hanya turun pada hari deadline itu, tapi berlangsung hingga dua hari berikutnya.
Kreativitas itu memerlukan periode inkubasi. Orang membutuhkan waktu untuk mendalami masalah, memikirkan berbagai kemungkinan, melihat persoalan dari beragam sudut, dan mendorong agar gagasan keluar. Jadi, muskil bahwa sebuah gagasan kreatif akan muncul ketika seseorang berada di bawah tekanan waktu. Orang-orang bisa menjadi kreatif saat berada di bawah todongan senjata, tetapi hanya bila mereka mampu fokus pada pekerjaan.
Mitos keempat, Ada pula pemahaman bahwa ketakutan dan kesedihan mendorong kreativitas. Sebagian literatur psikologi menyatakan bahwa insinden depresi yang lebih tinggi ditemukan pada penulis dan seniman kreatif. Namun, Amabile tidak menemukan hal ini di dalam populasi yang ia pelajari bersama tim risetnya.
Temuan Amabile itu bisa membantu kita mengonstruksi kembali pemahaman mengenai kreativitas dan bagaimana menerapkannya dalam aktivitas kerja dan bisnis kita. Mitos terakhir mengenai kompetisi internal itu memperkuat kecenderungan kolaboratif yang kini dianggap berkontribusi besar bagi inovasi dalam bisnis. Siapapun bisa mencobanya di lingkungan kerja masing-masing.
Penulis : Dian
Sumber : http://blog.tempointeraktif.com/portal/mitos-mitos-kreativitas-2/, 18 Februari 2011, diakses 23 Februari 2011, 06:05WIB
Dibandingkan isu kepemimpinan, strategi, atau pemasaran, misalnya, kreativitas memang kurang memperoleh perhatian. Karena itu, beberapa temuannya terlihat menonjol. Misalnya saja, ia menyebutkan ada sejumlah mitos yang melingkupi isu kreativitas. Mitos-mitos ini diyakini kebenarannya oleh banyak orang. Nah, dari risetnya, Amabile mengatakan bahwa banyak hal yang diyakini orang sebagai kebenaran hanyalah mitos belaka.
Mitos pertama, kata Amabile, adalah anggapan bahwa kreativitas itu lahir dari tipe-tipe orang kreatif tertentu. Di perusahaan, mereka biasanya ada di departemen pemasaran, promosi, atau desain (yang seringkali juga ditambahi dengan atribut kreatif). Sedangkan orang-orang akuntansi dianggap kurang kreatif karena pekerjaannya sangat standar.
Dari studinya, Amabile menemukan bahwa siapapun dengan kecerdasan normal mampu melakukan pekerjaan kreatif. Kreativitas ini bergantung kepada sejumlah hal, seperti pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, kemampuan berpikir dengan cara baru. Siapapun yang terbuka terhadap gagasan baru, ia mungkin bersikap dan berpikir kreatif.
Mitos kedua, Uang juga sering dianggap sebagai motivator yang mendorong lahirnya kreativitas. Amabile menyimpulkan dari studinya bahwa uang bukanlah segalanya. Banyak orang yang melahirkan gagasan kreatif ini lebih menghargai lingkungan di mana kreativitas didukung, dihargai, dan diakui. Banyak orang yang ingin memperoleh kesempatan untuk terlibat secara mendalam dengan pekerjaan mereka dan membuat kemajuan nyata bagi perusahaan.
Mitos ketiga, Orang menganggap bahwa bekerja di bawah tekanan deadline akan melahirkan kreativitas. Ini juga mitos. Justru, kata Amabile, orang menjadi kurang kreatif manakala mereka berpacu dengan waktu. Kreativitasnya bukan hanya turun pada hari deadline itu, tapi berlangsung hingga dua hari berikutnya.
Kreativitas itu memerlukan periode inkubasi. Orang membutuhkan waktu untuk mendalami masalah, memikirkan berbagai kemungkinan, melihat persoalan dari beragam sudut, dan mendorong agar gagasan keluar. Jadi, muskil bahwa sebuah gagasan kreatif akan muncul ketika seseorang berada di bawah tekanan waktu. Orang-orang bisa menjadi kreatif saat berada di bawah todongan senjata, tetapi hanya bila mereka mampu fokus pada pekerjaan.
Mitos keempat, Ada pula pemahaman bahwa ketakutan dan kesedihan mendorong kreativitas. Sebagian literatur psikologi menyatakan bahwa insinden depresi yang lebih tinggi ditemukan pada penulis dan seniman kreatif. Namun, Amabile tidak menemukan hal ini di dalam populasi yang ia pelajari bersama tim risetnya.
Google image
Mitos kelima, Mitos lainnya, kata Amabile, ialah anggapan bahwa kompetisi internal mempercepat inovasi. Ia menemukan bahwa tim yang paling kreatif ternyata tim yang memiliki keyakinan untuk berbagi gagasan dan memperdebatkannya. Orang akan berhenti berbagi gagasan bila mereka berlomba memperebutkan pengakuan. Jelas, ini destruktif sebab orang cenderung menyimpan informasi untuk dirinya sendiri ketimbang bersama-sama memecahkan persoalan.Temuan Amabile itu bisa membantu kita mengonstruksi kembali pemahaman mengenai kreativitas dan bagaimana menerapkannya dalam aktivitas kerja dan bisnis kita. Mitos terakhir mengenai kompetisi internal itu memperkuat kecenderungan kolaboratif yang kini dianggap berkontribusi besar bagi inovasi dalam bisnis. Siapapun bisa mencobanya di lingkungan kerja masing-masing.
Penulis : Dian
Sumber : http://blog.tempointeraktif.com/portal/mitos-mitos-kreativitas-2/, 18 Februari 2011, diakses 23 Februari 2011, 06:05WIB
Komentar
Posting Komentar