( Jika ) BBM ( Jadi ) Naik Harga Saatnya Kita Sosialisasikan Econo Riding !
Artikel ini pernah kami upload di akhir bulan Pebruari 2012, namun mungkin perlu kita baca ulang, untuk menambah nafas kita seandainya BBM jadi naik.
Econo riding alias berkendara yang ekonomis sama juga dengan safety riding. Pastinya jangan beranggapan econo riding langsung disamakan naik motor yang irit. Kalau mau irit, motor enggak usah dipakai. Simpan aja di rumah. Pasti pengeluaran irit karena enggak pernah keluar duit buat bensin.
Econo riding alias berkendara yang ekonomis sama juga dengan safety riding. Pastinya jangan beranggapan econo riding langsung disamakan naik motor yang irit. Kalau mau irit, motor enggak usah dipakai. Simpan aja di rumah. Pasti pengeluaran irit karena enggak pernah keluar duit buat bensin.
Econo riding dekat sama teknik berkendara yang disesuaikan dengan segala kondisi, seperti keadaan jalanan yang dilalui, menjaga putaran mesin, sampai pengereman. Ibarat berjalan menyesuaikan kondisi badan dan juga jalur yang ditempuh. Akhirnya, selamat sampai tujuan.
Memang, econo riding punya kesan naik motor yang supaya irit bensin. Tapi, hemat bahan bakar hanya efeknya saja. “Semua dasar econo riding berkaitan dekat sama safety riding,” kata Made Surya, instruktur Safety Riding dari PT Astra Honda Motor (AHM).
Teknik econo riding yang paling awal bisa dengan mengatur irama bukaan gas. Throtle gas enggak bisa main asal putar. Ini menyangkut suplai bahan bakar ke ruang bakar. “Buka gas harus lembut dan menutupnya dengan cepat. Teknik sangat berpengaruh sekali dengan konsumsi bahan bakar,” pasti Surya yang berkantor di kawasan Jakarta Utara.
Mengatur bukaan gas berbanding lurus dengan putaran mesin. Putaran mesin yang benar seirama dengan posisi percepatan. Jangan kebiasaan pindah gigi setelah putaran mesin teriak.
Paling tepat sebelum mesin menjerit segera pindah gigi supaya suplai bahan bakar dan udara sesuai kebutuhan ruang bakar.
Lewat bukaan gas, sobat bisa mengatur percepatan. Percepatan menyesuaikan posisi perseneling. Jangan sampai kecepatan rendah, tapi posisi gigi tinggi. Paling benar kecepatan maksimal harus diikuti posisi gigi tertinggi.
Kecepatan maksimum yang pas bermain di putaran menengah. Mesin enggak dibiarkan teriak berlama-lama untuk mengejar kecepatan tertinggi. Apalagi, kalau motor hanya biasa digunakan di kawasan jalan raya kota yang ramai kendaraan atau macet.
Bukan cuma bukaan gas, pengereman juga harus diatur. Rugi sekali terbiasa dengan late braking alias ngerem telat. Kecuali di saat kondisi mendadak, kayak ada orang mendadak nyebrang di depan hidung tunggangan kita. Atur pengereman secara bertahap sambil pindahkan gigi dari tertinggi ke rendah sambil posisi gas ditutup.
“Tapi paling penting, emosi si pengendara juga harus tetap dijaga. Maksudnya emosi enggak terpancing kendaraan lain yang juga bisa bikin fokus dengan motor yang kita pakai terganggu,” wanti Surya.
Penulis : Niko, Teks Editor : Nurfil
Sumber : http://motorplus.otomotifnet.com/
Komentar
Posting Komentar