Bambang Prajogo, Ciptakan Kapsul KB (Alat Kontrasepsi) bagi Pria
"Pil ini bisa menonaktifkan enzim pada sperma. Jadi, sperma tidak bisa menembus selaput sel telur," kata Bambang kepada VIVAnews, awal pekan ini.
Pria asal Sidoarjo ini menjelaskan bahwa sel sperma memiliki enzim yang bisa menembus selaput sel telur. Saat sel sperma bisa menerobos masuk dan menempel pada inti sel telur, sehingga terjadilah pembuahan yang berujung pada kehamilan. Proses ini akan terjadi apabila enzim di dalam sperma benar-benar aktif.
Tapi, dengan temuannya itu, zat kimia --dia memberi nama gendarussin-- yang terdapat obat yang berbentuk kapsul tersebut, akan menghentikan kinerja enzim itu.
"Jadi, sperma tidak bisa masuk ke selaput sel telur dan tidak ada pembuahan, sehingga pasangan tidak hamil," kata Bambang.
Penemuan yang diberi nama "Pil Gendarussa" tersebut bekerja nonhormonal, artinya, dia tidak mengganggu kerja hormon dalam tubuh. Namun, sementara ini, ada satu efek samping dari pil KB yang diklaim sebagai pil kontrasepsi pertama di dunia ini. Dampaknya cukup bertolak belakang dari kinerja pengunci enzim itu.
"Apabila mengonsumsi pil ini, libidonya meningkat," kata dia sambil tertawa.
Lanjutkan penelitian orang
Lelaki kelahiran 1953 ini berkisah tentang pengalamannya melakukan penelitian ini. Awalnya, dia bertemu dengan seorang peneliti yang kala itu melakukan survei di Papua.
Justicia gendarussa Burm. f
Saat itu, peneliti yang tidak dia sebutkan namanya meneliti khasiat ramuan tanaman bernama ilmiah Justicia gendarussa Burm. f., semacam tanaman perdu, yang diminum oleh para pria di pedalaman sana. "Saya diminta untuk melanjutkan penelitian itu," kata Bambang.
Menurut peneliti itu, adat istiadat berlaku di Pulau "Kepala Burung," yang berkaitan dengan penelitiannya.
"Jadi, menurut cerita, lelaki pedalaman Papua yang hendak menikah harus membayar mahar kawin kepada pihak wanita, yaitu bisa berupa babi. Karena harga babi di sana mahal dan kebetulan pria itu tidak punya uang, si pengantin pria tidak boleh menghamili pengantin wanita," ujarnya.
Dia menambahkan, lelaki pedalaman ini diminta untuk minum ramuan dari tanaman perdu tersebut setengah jam sebelum berhubungan badan. "Ternyata, sang istri tetap tidak hamil, meskipun berhubungan intim bersama suaminya berkali-kali," kata dia.
Karena percobaan itu masih bersifat empiris, Bambang mencoba meneliti untuk mendapatkan bukti ilmiahnya. Penelitian itu bermula pada 1987. Dosen pengajar Universitas Airlangga ini membentuk tim peneliti yang berjumlah puluhan orang.
Dosen ini juga bekerja sama dengan para ahli di bidang pertanian, farmasi, ahli kimia, biolog, dokter umum, dan dokter hewan. Tidak hanya peneliti dalam negeri yang turut serta dalam kegiatan ini, peneliti dari Swis dan Jepang juga ikut membantu Bambang.
Setelah delapan tahun berjuang, pengorbanan pria yang tergabung dalam Ikatan Apoteker Indonesia, itu tidak sia-sia.
"Pada 1995-an, ketahuan zat kimianya. Saya beri nama 'gendarussin,' sesuai dengan nama tumbuhannya. Ada dua belas senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut," kata lulusan Farmasi Unair itu.
"Yang baru kami ketahui itu ada lima macam zat yang kami beri nama gendarussin A, B, C, D, dan E. Sisanya, masih dalam penelitian. Kami tidak boleh berhenti sampai bahan itu benar-benar aman dikonsumsi," tuturnya.
Pria bergelar profesor itu menceritakan keluh kesahnya selama penelitian. Saat dirinya tengah melakukan aktivitas itu, banyak yang mencibirnya. Katanya, penelitian itu hanya buang-buang waktu. Padahal, dia ingin membuktikan khasiat itu dan menciptakan alat kontrasepsi jenis ini.
Selama ini, pil KB yang ada, hanya diperuntukkan bagi perempuan. Tidak tanggung-tanggung, penelitiannya pun cukup tinggi, yaitu miliaran rupiah. "Dari penelitian hingga hasilnya berbentuk pil ini, mungkin ada biaya sebesar Rp5 miliar," ungkap dia.
Penelitian yang berbuah manis.
Bambang telah melakukan uji klinis sebanyak tiga kali. Fase pertama, dia mengujikan kepada 36 pria berusia subur. Fase kedua, pria ini mengujikan obat tersebut pada 120 pasangan usia subur, dan terakhir, dia menguji kepada 350 pasangan pada kondisi yang sama.
"Ternyata, ketiga pengujian itu membuktikan bahwa istri tidak hamil meskipun berhubungan intim berkali-kali," ujarnya.
Kini, penelitian Bambang dilirik perusahaan farmasi nasional, yaitu PT Indofarma Tbk. BUMN farmasi ini siap memproduksi massal obat yang belum ada pesaingnya di pasar dunia ini. Tidak tanggung-tanggung, China dan Amerika juga merayu Bambang supaya mereka bisa memproduksi pil tersebut.
Kedua negara itu juga siap merogoh kocek sebesar US$5 miliar untuk berinvestasi di bidang ini. "Tapi, saya tolak karena inginnya mereka membeli dari Indofarma," kata dia.
Penelitiannya itu telah mendapatkan hak paten pada 2009, setelah delapan tahun mendaftar. Pihaknya berencana mendaftarkan obat temuannya kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
"Nanti (kalau diproduksi), Indofarma yang akan mendaftarkannya ke BPOM. Pihak industri obat yang bisa mendaftarkannya," kata dia.
Penulis : Antique, Arie Dwi Budiawati.
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id/, Kamis, 30 Mei 2013, 08:08
Komentar
Posting Komentar