6 Langkah Melindungi Anak Anda Dari Narkoba
Belakangan ini banyak kita dengar kasus penyalahgunaan obat-obataan atau narkoba menimpa orang dewasa muda, bahkan anak-anak. Hal ini tentu menjadi masalah serius, mengingat masa depan sebuah bangsa ada di tangan mereka.
Dalam hal ini, peran orang tua memiliki andil besar khususnya dalam melindungi anak-anak mereka dari ancaman barang berbahaya tersebut. Atas dasar itulah, berikut ini dipaparkan beberapa tips bagi para orangtua untuk membantu melindungi anak mereka dari paparan obat terlarang, atau bahkan berhenti menggunakannya :
1. Hadapi masalah dengan cepat
Dalam hal ini, peran orang tua memiliki andil besar khususnya dalam melindungi anak-anak mereka dari ancaman barang berbahaya tersebut. Atas dasar itulah, berikut ini dipaparkan beberapa tips bagi para orangtua untuk membantu melindungi anak mereka dari paparan obat terlarang, atau bahkan berhenti menggunakannya :
1. Hadapi masalah dengan cepat
Jika anak Anda tertangkap basah menggunakan obat terlarang, atau bahkan masih dalam batas mencurigai, para ahli merekomendasikan agar orang tua segera bertindak. Beberapa orang berhenti menggunakan narkoba setelah masa remaja mereka. Tetapi penelitian menunjukkan, orang yang mencoba narkoba pada usia lebih muda, berisiko lebih besar menjadi seorang pecandu.
"Jika seorang remaja sudah mulai merokok atau minum alkohol, mereka lebih berisiko untuk menjadi pengguna narkoba ketimbang mereka yang baru mulai merokok dan minum setelah usia 20 tahun," kata Roxanne Kibben, wakil presiden Phoenix House Foundation, sebuah organisasi nirlaba berpusat di Amerika Serikat yang menyediakan layanan pengobatan penyalahgunaan narkoba di 10 negara.
Sebuah survei nasional pada tahun 2010 menemukan bahwa 12,8 persen orang yang pertama kali mencoba ganja pada usia 14 tahun atau lebih muda cenderung menjadi pemakai narkoba. Tapi mereka yang mencoba ganja pada usia 18 tahun atau lebih memiliki risiko lebih kecil, yakni 2,6 persen. .
2. Bicarakan sedini mungkin
"Jika seorang remaja sudah mulai merokok atau minum alkohol, mereka lebih berisiko untuk menjadi pengguna narkoba ketimbang mereka yang baru mulai merokok dan minum setelah usia 20 tahun," kata Roxanne Kibben, wakil presiden Phoenix House Foundation, sebuah organisasi nirlaba berpusat di Amerika Serikat yang menyediakan layanan pengobatan penyalahgunaan narkoba di 10 negara.
Sebuah survei nasional pada tahun 2010 menemukan bahwa 12,8 persen orang yang pertama kali mencoba ganja pada usia 14 tahun atau lebih muda cenderung menjadi pemakai narkoba. Tapi mereka yang mencoba ganja pada usia 18 tahun atau lebih memiliki risiko lebih kecil, yakni 2,6 persen. .
2. Bicarakan sedini mungkin
Para ahli di Phoenix House Foundation merekomendasikan agar orang tua segera berbicara dengan anak mereka sebelum mereka memiliki kesempatan menggunakan obat terlarang atau alkohol. Upaya ini dapat dilakukan jauh hari sebelum anak memasuki sekolah menengah atas.
Sementara itu, Tammy Granger dari Caron Treatment Centers menyarankan para orang tua untuk mulai berbicara tentang bahaya narkoba kepada anak-anak sejak usia 8-10 tahun, untuk mencegah masuknya informasi yang salah dari rekan-rekan mereka.
"Saya pikir sangat penting untuk anak-anak mendapatkan beberapa informasi faktual terkait narkoba," kata Granger.
3. Tetapkan batas yang jelas
Sementara itu, Tammy Granger dari Caron Treatment Centers menyarankan para orang tua untuk mulai berbicara tentang bahaya narkoba kepada anak-anak sejak usia 8-10 tahun, untuk mencegah masuknya informasi yang salah dari rekan-rekan mereka.
"Saya pikir sangat penting untuk anak-anak mendapatkan beberapa informasi faktual terkait narkoba," kata Granger.
3. Tetapkan batas yang jelas
Sebuah survei nasional terkait penggunaan obat dan kesehatan tahun 2010 di Amerika menunjukkan, sebanyak 89,6 persen remaja usia 12-17 tahun melaporkan bahwa orangtua mereka menolak keras penggunaan ganja, meski hanya mencoba sekali atau dua kali.
Namun, para ahli mengatakan, banyak orang tua merasa ragu untuk mulai berbicara tentang narkoba secara rinci jika anak mereka belum terekspos.
"Jadi, sudah jelas apa aturannya, dan apa yang akan terjadi jika mereka (anak-anak) melanggar aturan. Semua orang tua tampaknya memiliki aturan yang sama tentang narkoba," kata Kibben.
Jennifer Fan, dari pusat pencegahan penyalahgunaan zat di AS mengatakan, orang tua hendaknya tidak hanya memberikan nasihat berupa kata-kata, tetapi juga bertindak nyata untuk memberikan contoh.
4. Berpikir positif
Namun, para ahli mengatakan, banyak orang tua merasa ragu untuk mulai berbicara tentang narkoba secara rinci jika anak mereka belum terekspos.
"Jadi, sudah jelas apa aturannya, dan apa yang akan terjadi jika mereka (anak-anak) melanggar aturan. Semua orang tua tampaknya memiliki aturan yang sama tentang narkoba," kata Kibben.
Jennifer Fan, dari pusat pencegahan penyalahgunaan zat di AS mengatakan, orang tua hendaknya tidak hanya memberikan nasihat berupa kata-kata, tetapi juga bertindak nyata untuk memberikan contoh.
4. Berpikir positif
Mencegah penggunaan obat tidak selalu harus dalam bentuk peringatan menakutkan atau pemberian hukuman pada anak-anak. Granger mengatakan, melalui pemberian motivasi dapat pula menjadi alat proteksi untuk para remaja tidak terjerumus dalam penyalahgunaan obat. "Daripada fokus pada hal yang negatif, fokus pada positif," kata Granger.
5. Bangun ikatan emosional
5. Bangun ikatan emosional
Granger mengatakan, pencegahan penyalahgunaan obat-obatan tidak harus selalu berbicara tentang obat itu sendiri, tapi bisa dengan mengatasi faktor pemicu yang lain seperti misalnya stres.
"Kami memiliki program pencegahan yang tidak selalu berbicara tentang obat-obatan dan alkohol. Tapi tentang membangun ketahanan dan tekad pribadi," kata Granger.
Granger mengatakan anak-anak dengan masalah kesehatan mental, atau yang mengalami kesulitan mengelola emosi, memiliki risiko lebih tinggi menjadi pengguna narkoba dan alkohol. Membangun dukungan emosional dari keluarga sejak dini dapat membendung masalah yang terkait dengan penyalahgunaan obat pada remaja.
Para ahli dari Columbia University menemukan bahwa anak-anak yang memiliki kesempatan makan malam dengan keluarga mereka cenderung tidak terjerumus pada pengunaan obat-obatan atau minuman. Dalam risetnya, para peneliti melibatkan 1.000 remaja dan 452 orang tua, Mereka menemukan bahwa remaja yang memiliki kesempatan makan malam bersama keluarga kurang dari tiga kali seminggu, dua kali lebih mungkin untuk menggunakan tembakau atau ganja.
6. Memberikan contoh kasus yang nyata
"Kami memiliki program pencegahan yang tidak selalu berbicara tentang obat-obatan dan alkohol. Tapi tentang membangun ketahanan dan tekad pribadi," kata Granger.
Granger mengatakan anak-anak dengan masalah kesehatan mental, atau yang mengalami kesulitan mengelola emosi, memiliki risiko lebih tinggi menjadi pengguna narkoba dan alkohol. Membangun dukungan emosional dari keluarga sejak dini dapat membendung masalah yang terkait dengan penyalahgunaan obat pada remaja.
Para ahli dari Columbia University menemukan bahwa anak-anak yang memiliki kesempatan makan malam dengan keluarga mereka cenderung tidak terjerumus pada pengunaan obat-obatan atau minuman. Dalam risetnya, para peneliti melibatkan 1.000 remaja dan 452 orang tua, Mereka menemukan bahwa remaja yang memiliki kesempatan makan malam bersama keluarga kurang dari tiga kali seminggu, dua kali lebih mungkin untuk menggunakan tembakau atau ganja.
6. Memberikan contoh kasus yang nyata
Para ahli menyarankan agar orang tua jangan takut atau malu untuk memberikan contoh nyata terkait kasus penyalahgunaan narkoba. Anda dapat berbicara tentang kehidupan seseorang yang anak Anda kenal (tetangga), yang sedang mengalami masalah akibat menggunakan narkoba.
"Jelaskan dengan cara yang netral. Anda bisa mengatakan, ketika seseorang melakukan hal ini, maka mereka berada pada risiko," kata Kibben.
Penulis : Bramirus Mikail, Asep Candra
Sumber : http://health.kompas.com/, Selasa, 21 Februari 2012, 11:51 WIB
"Jelaskan dengan cara yang netral. Anda bisa mengatakan, ketika seseorang melakukan hal ini, maka mereka berada pada risiko," kata Kibben.
Penulis : Bramirus Mikail, Asep Candra
Sumber : http://health.kompas.com/, Selasa, 21 Februari 2012, 11:51 WIB
Komentar
Posting Komentar