Ada Apa ? Sepekan ke Depan 21 Provinsi Berpotensi Dilanda Hujan lebat dan Angin Kencang Melanda 4 Wilayah Indonesia
Beberapa hari yang lalu angin kencang berhembus di sejumlah tempat. Fenomena alam ini dapat dirasakan di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Hembusan angin kencang pun tak mengenal waktu. Ada yang siang hari dan malam hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menjelaskan, kecepatan angin yang cukup tinggi dipicu oleh besarnya selisih tekanan udara antara dataran Asia dan Australia. Udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Kepala Hubungan Masyarakat BMKG, Hary Tirto Djatmiko, berkata bahwa tekanan udara permukaan laut yang terjadi di dataran tinggi Siberia sekitar 1030-1034 hektopascal, sedangkan tekanan udara di Australia mencapai 998 hektopascal.
Perbedaan 36 hektopascal tersebut cukup signifikan untuk memicu pergerakan massa udara Asia ke wilayah Indonesia.
Hal itu juga diperkuat dengan posisi tekanan terendah wilayah Australia yang berada di selatan NTT, tanpa disertai kemunculan daerah siklonik di selatan Banten.
Akibatnya, pergerakan angin dari Laut China Selatan menuju Bangka Belitung semakin kuat dan berbelok ke arah barat akibat rotasi bumi.
Selain itu, posisi gerak semu tahunan matahari juga turut berpengaruh. Saat ini gerak semu tahunan matahari berada di selatan ekuator.
"Bumi bagian selatan ekuator menjadi lebih panas dan tekanannya relatif lebih rendah dibandingkan bagian utara ekuator," kata Hary melalui keterangan tertulis, Jumat (26/1/2018).
Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di 21 Provinsi di Indonesia. Fenomena alam ini akan terjadi sejak Senin (29/1/2018) hingga Sabtu (3/2/2018).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena matahari berada di belahan bumi bagian selatan dengan temperatur yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan belahan bumi utara.
Oleh karena itu, saat posisi matahari berada di selatan bumi, tekanan udara di belahan bumi bagian utara seperti dataran Asia, Samudera Pasifik, dan Filipina akan memiliki aliran udara dingin yang lebih tinggi.
Prinsipnya, udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, sehingga saat udara dingin bergerak dari Asia dan Samudera Hindia ke arah Australia, sejumlah wilayah Indonesia akan terlewati aliran udara dingin, terutama di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan.
"Potensi hujan tersebut diakibatkan oleh pergerakan massa udara dingin dari daratan Asia. Bila ditinjau dari indeks seruakan udara dingin (cold surge), pergerakan massa udara terbilang aktif," kata Dwikorita di kompleks gedung BKMG, Jakarta, Senin (29/1/2019).
Dwikorita dan tim BMKG memperkirakan akan ada 21 Provinsi yang mengalami hujan lebat hingga sedang.
Mereka adalah provinsi Aceh, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Kemudian Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat.
Selain itu, BMKG juga memperkirakan akan terjadi hujan lebat disertai angin kencang yang memiliki kecepatan berkisar antara 25 knots (35 kilometer per jam) hingga 35 knots (70 km per jam).
Peristiwa ini kemungkinan terjadi di Laut Jawa, Samudra Hindia selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, perairan utara Jawa Tengah, perairan utara NTB hingga NTT, dan perairan utara Pulau Jawa.
Tak berhenti sampai di situ, gelombang laut juga akan mengalami peningkatan di sejumlah wilayah. Gelombang setinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT, perairan selatan Pulau Sumba hingga Pulau Sawu, Pulau Rote, Laut Timor, dan Laut Arafuru.
Lalu, tinggi gelombang mencapai 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Enggano, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Jawa, Perairan Kepulauan Sermata-Leti, Perairan Kepulauan Babar-Tanibar.
"Kami sampaikan sebagai peringatan dini (bagi) semua pihak di wilayah tersebut untuk antisipasi dan waspada. (Lalu) para nelayan dan pengangkutan logistik dari berbagai pelabuhan agar dapat mewaspadai dan menyiapkan segala yang dibutuhkan," papar Dwikorita.
Penulis : Lutfy Mairizal Putra
Editor : Gloria Setyvani Putri
Sumber : sains.kompas.com, 29 Januari 2018, 21:28 WIB
Komentar
Posting Komentar