Gunung Sewu, Wonosari, Jawa Tengah : "Dinobatkan" sebagai "Geopark" Kelas Dunia !
Gunung Sewu akhirnya dinobatkan menjadi Global Geopark oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO). Kabar baik tersebut diperoleh Kompas.com melalui posting Facebook peneliti Museum Geologi Bandung, Sinung Baskoro.
"Alhamdulillah, hari ini, 19 September 2015, Geopark GUNUNG SEWU yg berada di 3 provinsi, Jateng, DIY dan Jatim, telah resmi menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN) UNESCO, menyusul pendahulunya, Geopark BATUR di Bali," demikian status Sinung pada Sabtu malam.
Penobatan Gunung Sewu sebagai anggota Global Geoparks Network dilakukan di "The $th Asia-Pacific Geoparks Network San'iin Kaigan Symposium" yang berlangsung di Tottory City, Jepang. Penobatan ini menggembirakan setelah perjuangan geolog serta sejumlah pemerintah daerah dalam mengelola kawasan itu.
Gunung Sewu merupakan kawasan karst paling istimewa di Jawa. Kawasan itu berbentuk conical hills, terdiri dari sekitar 40.000 bukit karst. Panjang kawasan ini mencapai 85 kilometer dengan luasan endapan gampingnya mencapai 1.300 kilometer persegi.
Gunung Sewu menyimpan kekayaan geologi, salah satunya goa. Goa paling panjang di kawasan ini adalah Luweng Jaran di Pacitan dengan panjang mencapai 25 kilometer. Sementara goa paling dalam adalah Luweng Ngepoh dengan kedalaman mencapai 200 meter.
Gunung Sewu menyimpan kehidupan yang khas, seperti serangga, ikan, dan krustasea goa, sekaligus menghidupi wilayah sekitarnya. Sejumlah wilayah di kabupaten Gunung Kidul mendapatkan air dari sungai yang mengalir di dalam goa. Kotoran kelelawar goa pun bermanfaat untuk mendukung pertanian.
Penilaian kelayakan Gunung Sewu sebagai Global Geoparks Network dilakukan sejak Juli lalu. Sejumlah persyaratan harus dipenuhi, seperti sinergi dalam pengelolaan goa. Setelah dinobatkan, kini hal yang terpenting adalah memastikan keberlanjutan pengelolaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Sumber : sains.kompas.com, Minggu, 20 September 2015, 14:32 WIB.
Komentar
Posting Komentar