Berkat Wahana Antariksa Juno, Misteri Bintik Merah Raksasa Jupiter Kini Mulai Tersingkap
Berkat Juno, Misteri Bintik Merah Raksasa Jupiter Kini Mulai TersingkapBintik Merah Raksasa atau Giant Red Spot pada Planet Jupiter telah diamati sejak tahun 1830 dan diperkirakan telah ada selama lebih dari 350 tahun.
Video : "Why Jupiter Has a Giant Red Spot,How the Universe Works?"
Planet Jupiter memiliki ciri khas berupa Bintik Merah Raksasa atau dikenal juga sebagai Great Red Spot. Bintik itu merupakan pusaran badai seperti siklon yang berada di selatan garis ekuator planet. Fitur unik tersebut telah diamati sejak tahun 1830 dan diperkirakan telah ada selama lebih dari 350 tahun.
Bintik Merah Raksasa Jupiter begitu misterius, sehingga mengundang minat para ilmuwan untuk menguak lebih banyak informasi tentangnya. Karena itulah, NASA mengirim pesawat antariksa Juno untuk meneliti Planet Jupiter dan Bintik Merahnya yang khas.
Bintik Merah Raksasa Jupiter memiliki lebar setara 1,3 kali lebar Bumi, dan akarnya 50 hingga 100 kali lebih dalam ketimbang lautan Bumi.
Sejauh ini, para ilmuwan telah mengetahui beberapa infomasi dasar tentang Bintik Merah Raksasa itu. Misalnya, berdasarkan data Juno pada 3 April 2017, bintik itu berukuran lebar 16.000 km atau setara dengan 1,3 kali lebar Bumi. Di masa modern, tampaknya pusaran badai tersebut kian menyusut.
Warnanya yang kemerahan kemungkinan merupakan senyawa kimia yang terpecah oleh sinar ultraviolet matahari di atmosfer bagian atas planet gas raksasa tersebut.
Salah satu pertanyaan mendasar tentang Bintik Merah Raksasa Jupiter adalah: seberapa dalam akarnya?
"Data terbaru yang diperoleh Juno mengindikasikan bahwa fitur terkenal itu memiliki akar yang menembus hingga 300 km ke dalam atmosfer Jupiter," ujar penyidik ??utama Juno Dr. Scott Bolton, dari Southwest Research Institute.
Juno menemukan bahwa akar Bintik Merah Raksasa Jupiter 50 hingga 100 kali lebih dalam dibanding lautan Bumi dan bagian dasarnya lebih hangat ketimbang di bagian atas.
"Angin terkait dengan perbedaan suhu, dan kehangatan di dasar bintik menjelaskan angin ganas yang kita lihat di puncak atmosfer," jelas rekan penyidik Juno, Profesor Andy Ingersoll dari Caltech.
Juno juga telah mendeteksi zona radiasi baru, tepat di atas atmosfer Jupiter, di dekat khatulistiwa. Zona tersebut meliputi ion hidrogen, oksigen dan sulfur aktif yang bergerak nyaris seperti kecepatan cahaya.
Para ilmuwan mengakui bahwa mereka tidak menyangka akan menemukan zona radiasi yang begitu dekat dengan planet.
"Kami menemukannya karena orbit unik Juno di sekeliling Jupter memungkinkannya untuk berada sangat dekat dengan puncak awan saat terbang dekat untuk mengumpulkan data. Secara harfiah, kami benar-benar terbang melewatinya," ujar kata Dr. Heidi Becker, kepala penyelidikan dan pemantauan radiasi Juno di Laboratorium Propulsi Jet NASA.
Bukan hanya itu, Juno juga menemukan tanda-tanda keberadaan kumpulan ion berat berenergi tinggi di tepi bagian dalam sabuk radiasi elektron relativistik Jupiter—wilayah yang didominasi oleh elektron yang bergerak mendekati kecepatan cahaya.
Tanda-tanda tersebut diamati selama perjumpaan lintang tinggi Juno dengan sabuk elektron, di daerah yang tidak pernah dieksplorasi oleh pesawat antariksa sebelumnya. Hingga kini, asal-usul dan jenis partikel-partikel ion tersebut masih menjadi misteri.
Penulis : Lutfi Fauziah.
Sumber: Sci-news.com, dikutip dari : http://nationalgeographic.co.id, 13 Desember2017, 23:45 WIB.
Komentar
Posting Komentar