Nenek Moyangnya Bersisik, Kenapa Burung Modern Punya Bulu?
Berbagai macam burung modern punya bulu indah dengan banyak manfaat. Selain untuk melindungi tubuhnya, keindahan bulu juga berguna untuk memikat lawan jenis.
Namun, ternyata nenek moyang burung tak memiliki bulu, melainkan sisik. Hal ini menjadi teka-teki bagi para ilmuwan.
Untuk menjawabnya, mereka perlu mengetahui awal mula yang memungkinkan sisik burung dinosaurus berkembang menjadi bulu.
Para peneliti mengidentifikasi gen pembentuk bulu pada burung modern. Lalu, gen yang sama diaktifkan pada embrio buaya dan mengubah sisik buaya menjadi bulu.
Hal ini dimungkinkan, sebab aligator melepaskan lajur pembawa evolusi sekitar 8 juta tahun yang lalu. Dengan demikian, mempelajarinya dapat memberi petunjuk pada dinosaurus.
"Dalam evolusi manusia, pencapaian besar adalah otak, pada burung-burung itu adalah bulu-bulunya," kata penulis utama Cheng-Ming Choung, seorang profesor di Department of Pathology di University of Southern California, seperti dikutip Newsweek pada Sabtu (2/12/2017).
Riset berhasil. Ilmuwan menyimpulkan, perubahan level genetik-lah yang memungkinkan beberapa dinosaurus yang dulu bersisik kini berevolusi menjadi burung yang berbulu.
Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa semua dinosaurus memiliki bulu primitif. Namun, tak semua dinosaurus berevolusi untuk bisa berkembang menjadi burung.
Pascal Godefroit, Direktur Ilmu Pengetahuan Bumi dan Kehidupan di Royal Belgian Institute of Natural Sciences mengatakan, banyak dinosaurus merupakan bipedal dan memiliki kaki panjang dan punya lengan pendek.
"Tidak mungkin mereka terbang," kata Godefroit.
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Molecular Biology and Evolution pada 21 November 2017 ini, merupakan tahap awal proses perubahan tersebut.
"Anda bisa melihat kita bisa benar-benar memaksa mereka untuk membentuk tambahan (bulu), meski bukan bulu yang indah, mereka benar-benar berusaha memanjang," katanya kepada BBC.
Kini, tim tersebut berkolaborasi dengan ahli bedah plastik untuk melihat bagaimana penelitian mereka dapat diterapkan pada jaringan parut manusia. Jaringan parut seringkali mencegah struktur kulit berkembang di daerah tersebut setelah disembuhkan.
Temuan ini bisa menjadi kunci terapi regenerasi kulit yang membantu meminimalkan penampilan bekas luka.
Penulis : Lutfi Mairizal Putra
Sumber : Kompas.com - 05 Desember 2017, 19:36 WIB
Komentar
Posting Komentar