Mengenal “The Mother of Satan” (TATP), Racikan Bahan Kimia Bom Sederhana Namun Sangat Dasyat.


Beberapa hari ini, Indonesia digemparkan dengan serangan terorisme. Diawali dengan pengeboman 3 gereja di Surabaya, ledakan bom di Rusunawa Sidoarjo, beberapa kota di tanah air seperti digilir untuk diteror. Teroris pengebom sejumlah gereja, dan rusunawa di Sidoarjo, menggunakan bom jenis TATP (triaceton triperoxide) yang dijuluki 'The Mother of Satan'. Polisi menyatakan TATP merupakan jenis bom yang mudah dibuat, namun sangat sensitif dan tidak stabil. Bom ini termasuk dalam kategori high explosive.




Artikel terkait :

Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir. TATP ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86°C, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. Velocity of detonate (VoD) TATP mencapai 5.300 m/s.

"Nama lainnya adalah mother of satan atau peroxyaceton," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian, saat menjelaskan soal teror bom di Mal Alam Sutera, 29 Oktober 2015 lalu. Saat itu Tito masih menjabat Kapolda Metro Jaya.



Bahan kimia bom jenis TATP (Tri-Acetone Tri-Peroxide), atau sering disebut juga sebagai Acetone peroxide, Acetone peroxide yang secara spesifik disebut triacetone triperoxide, ditemukan pada tahun 1895 oleh ilmuwan Jerman bernama Richard Wolffenstein. Dia adalah peneliti pertama yang mendapat paten untuk menggunakan peroxide sebagai bahan peledak (explosive compound).

Jika bom di Bekasi itu meledak, daya luncurnya mencapai 4.000 km/jam, atau lebih dari 1 km / detik!. Oleh karena itu pada saat penggerebekan, polisi sudah mengungsikan warga dengan radius 300 meter.

Karena jika bom meledak, semua yang berada dalam radius 300 meter akan luluh lantak, hancur lebur semua.


Sementara itu, daya ledak TATP melampaui TNT, yaitu sekitar 20% lebih dahsyat. Jadi, jika sebuah bom TNT diledakkan, maka bom TATP dengan berat yang sama akan meledak 20% lebih besar. Itu artinya bom TNT meledak hanya 80% dari bom TATP.

TATP bahan-bahannya mudah dicari. Bom jenis ini lebih mudah dibuat, dan susah untuk dideteksi oleh anjing pelacak atau detektor karena berbentuk butiran seperti kristal.

Hebatnya, TATP tidak memerlukan detonator untuk meledakkannya. Ini berbeda dengan TNT yang lebih ’konvensional’. Akibat efek dahsyat dan beberapa kelebihannya itu, maka hal inilah mengapa TATP disebut sebagai “Ibunya Setan” alias ‘Mother of Satan.’


TATP Dipakai Terroris dan Mmiliter Tidak Mau Menggunakannya.

Bom berbahan TATP yang dikemas dslsm panci di Bekasi

TATP salah satu bom yang mematikan. Karena sangat berbahaya, maka militer di sejumlah negara di dunia ini memilih menghindari untuk menggunakannya.

Dan diketahui bahwa TATP sering digunakan untuk aksi terorisme di Timur Tengah sejak era 1980-an, dan kini digunakan pula oleh sel-sel ISIS.

Selain di Timur Tengah, sejak itu TATP juga pernah digunakan berkali-kali untuk aksi teroris di berbagai negara diluar Timur Tengah.

Pada 1999 Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan laporan bahwa TATP merupakan ‘benda mematikan paling berbahaya’.

Lembaga itu juga telah memperingatkan bahwa Mother of Satan adalah salah satu senjata pemusnah massal.


Serangan Bom “The Mother of Satan di Indonesia.

Video : "Kapolri: Bom Surabaya Mirip Mother of Satan yang Dipakai ISIS"

Mal Alam Sutera memang pernah diserang oleh seseorang bernama Leopard Wisnu Kumala. Serangan tersebut terjadi tahun 2015. Saat itu, Leopard berhasil meledakkan 2 bom di Mal Alam Sutera pada 9 Juli dan 28 Oktober 2015, namun dia juga gagal meledakkan 2 bom lainnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun ada sejumlah korban luka.

Di Surabaya, 'Mother of Satan' pertama meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela pukul 06.30 WIB, Minggu (13/5). Bom itu diledakkan 2 putra teroris Dita Oeprianto (48), YF (18) dan FA (16) yang berboncengan mengendarai sepeda motor. Selain pelaku, ada 5 warga yang jadi korban jiwa.


Bom kedua meledak di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya yang terletak di Jl Diponegoro pukul 07.15 WIB di hari yang sama. Bom itu diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati (43) yang mengajak 2 putrinya yakni FS (12) dan FR (9). Mereka sebelumnya diantar oleh Dita dengan mobil. Tak ada warga yang jadi korban jiwa dari ledakkan ini.

Bom ketiga yakni diledakkan sendiri oleh Dita di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya pukul 07.53 WIB. Dita meledakkan bom dengan menabrakkan mobil ke gereja tersebut. Ada 6 warga yang jadi korban jiwa.

Selanjutnya adalah bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Bom itu meledak saat penindakan oleh Densus 88. 'Mother of Satan' ini jadi senjata makan tuan yang menewaskan 3 terduga teroris.

Mother of Satan bukan kali ini dipakai oleh teroris di Indonesia. Sebelumnya pada bom yang meledak di Kampung Melayu pun menggunakan jenis bom yang sama.

Bom di Kampung Melayu yang juga menggunakan 'Mother of Satan' meledak pada Rabu (24/5/2017). Sebanyak 3 anggota Polri dan 2 pelaku tewas akibat peristiwa ini.


Dari berbagai aksi tersebut, ada berbagai kesamaan. Selain berada dalam jaringan terorisme yang sama, persamaan lain adalah karena mereka menggunakan jenis bom yang sama, yaitu bom pipa berbahan Triacetontriperoxid atau TATP.


Seberapa berbahaya bom ini dan mengapa sampai disebut sebagai “The Mother of Satan”? Dilansir dari berbagai sumber, baca selengkapnya di sini!

1. Sangat sensitif namun mudah ditemukan di pasaran

TATP juga biasa dikenal dengan nama peroxyacetone dan yang lebih umum sebagai acetone peroxide. Dilansir dari globalsecurity.org, bahan peledak ini biasa digunakan oleh kelompok militan negara-negara timur tengah dan sering digunakan oleh ISIS. Kelompok mereka menyebut bahan peledak ini sebagai “The Mother of Satan”. Salah satu penyebabnya adalah karena efeknya yang sangat merusak, tidak mudah terdeteksi, daya sensitivitas tinggi dan sayangnya bahan tersebut mudah didapatkan di pasaran.

Berdasarkan konferensi pers yang dilakukan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian Senin lalu (14/5), TATP dalam kasus pemboman Surabaya dan Sidoarjo dikemas dalam bentuk bom pipa. Bom tersebut sangat berbahaya karena bisa menimbulkan ledakan tak menentu karena daya sensitivitasnya yang sangat tinggi. Perbedaan suhu dan guncangan sedikit saja bisa membuat bom itu meledak, tanpa memerlukan detonator. Tidak heran dalam pembuatannya, ada beberapa kasus “senjata makan tuan”.

"Daya ledaknya tinggi dan sangat sensitif, salah setting detonator, sedikit goncangan atau suhu panas bisa meledak sendiri. Makanya nama yang digunakan 'mother of satan' dalam bahasa mereka," jelas Tito.

2. Efek ledakan yang ditimbulkan oleh TATP bisa lebih besar daripada TNT (TriNitroTroluene)

Bahan peledak dibedakan atas daya ledaknya, yaitu tingkat tinggi dan rendah. Dilansir dari thefutureofthings.com, bahan peledak konvensional seperti TNT sering digunakan oleh angkatan militer banyak negara serta industri pertambangan. Baik TNT maupun TATP adalah golongan bahan peledak tingkat tinggi.

Namun yang mengerikan, TATP yang mudah didapatkan itu bisa memiliki daya ledak 80% sampai lebih dari 100% daya ledak TNT, tergantung pengemasan dan pemicunya. Berdasarkan penelitian yang berjudul “The Forensic Analysis of Triacetone Triperoxide (TATP) Precursors and Synthetic by-products”, daya ledak TATP sangat mungkin ditingkatkan.


Peredarannya Mulai Diawasi Polisi.



Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyatakan mulai mengawasi peredaran berbagai komponen bahan peledak triacetone triperoxide (TATP). Zat itu kerap digunakan buat meracik bom berdaya ledak tinggi, seperti yang dipakai di dalam serangan teroris di Surabaya pada 13 Mei dan Senin lalu.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan pengawasan terhadap hal ini dilakukan Polri lewat aturan yang telah dikeluarkan oleh Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam).

"Ada sudah (aturan) di Baintelkam di bagian pengawasan senjata api dan bahan peledak," kata Setyo saat memberikan keterangan pers di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Selasa (15/5).

Menurut Setyo, sistem pengawasan sudah berjalan selama ini dengan mewajibkan pembeli zat kimia tertentu untuk meninggalkan identitas. Namun, dia itu tidak merinci persyaratan itu harus diterapkan untuk pembelian zat jenis apa.

Setyo mengatakan, Polri mengawasi pembeli sejumlah zat kimia tertentu dalam skala besar yang harus meninggalkan identitas.

"Kalau beli di toko kimia itu pasti meninggalkan identitas. Jadi seperti beli aseton dalam skala besar, dia harus meninggalkan identitas," katanya.

Bom dari bahan acetone peroxide dikenal dengan sebutan 'the mother of satan'. Bahan itu kerap dipakai oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Bom jenis itu mudah dibuat karena hanya membutuhkan beberapa komponen yang mudah ditemukan di toko kimia, seperti cairan pembersih kuku, dan tidak membutuhkan pemicu khusus. Namun, bahan itu juga dikenal berbahaya karena sangat tidak stabil.

Sebab hanya dengan guncangan sedikit saja bisa membuatnya meletup. Sejumlah perakit bom jenis itu juga banyak meregang nyawa, termasuk terduga teroris Anton Ferdiantono beserta istri dan anak sulungnya yang meninggal dalam ledakan di Rusun Wonocolo.

Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak.

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Segala Hal Tentang Punokawan Wayang.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Makin Banyak Bayi Berkepala Peyang !!??