Inilah Rencana Kekuatan Alutsista TNI AU Hingga 2019.
Melalui rencana strategis (renstra) 2015-2019, TNI Angkatan Udara berencana membeli sejumlah alutsista. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna membeberkan sejumlah rencana tersebut.
"Renstra ini di berita jadi kemana-mana. Kita dari AU setelah melihat pagu indikatif, mengkaji, dengan pagu seperti ini apa alutsista yang mau kita beli, ganti, perbaiki, tambah," beber Agus tanpa merinci besaran anggaran kepada awak media di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (26/11/2015).
Agus memastikan, pesawat tempur yang dimiliki TNI AU saat ini, F-5, bakal diganti dengan teknologi terbaru. Prajurit matra udara, menegaskan telah memilih Sukhoi SU-35 sebagai pengganti.
"Hasil kajian ganti F-5, pesawat yang ada sekarang generasi empat F-16, SU-30, harus diatas itu, untuk peningkatan profesionalisme pengguna pesawat. Pengalaman Skyhawk tidak ada radarnya, F-16 ada radar dan kita upgrade itu meningkatkan profesinalisme tapi kita pilih SU-35," bebernya.
KASAU Marsekal Agus Supriatna menyatakan pemerintah telah sepakat memilih Sukhoi Su-35 buatan Rusia sebagai pesawat tempur pengganti F-5 Tiger yang telah uzur.
“Saya baca dokumen yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Bappenas. Yang sudah ditandatangani Menhan adalah Sukhoi Su-35,” kata Agus di Jakarta.
Mencari pengganti 16 pesawat F-5 Tiger yang dioperasikan Skuadron Udara 14 Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, memang menjadi salah satu target utama TNI AU saat ini.
Agus mengatakan, sebelum Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meneken kesepakatan pengadaan Sukhoi Su-35, TNI AU telah mengirimkan sepsifikasi teknologi pesawat yang mereka nilai pantas menggantikan F-5 Tiger.
F-16 Viper dan Sukhoi Su-35 disodorkan TNI AU untuk dipilih karena mereka tak ingin mengubah sistem pemeliharaan secara ekstrem. “Kalau Sukhoi Su-35 kan sama dengan Sukhoi Su-30 yang sudah kami operasikan saat ini,” kata Agus.
“Sebagai pengguna, TNI AU hanya mengirimkan tech spec pesawat yang kami inginkan untuk memenuhi tugas kami,” ujar Marsekal Agus.
Dari dua pilihan tersebut, TNI AU akhirnya memilih Su-35 yang dikenal dengan sebutan jet tempur siluman karena kecanggihan teknologinya yang tepat berada di bawah pesawat siluman generasi kelima.
Su-35 dapat menghilang dari radar, dilengkapi peralatan jamming untuk menurunkan kemampuan radar musuh, dan memiliki kecepatan supersonik sekitar 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara.
Meski demikian, Agus memperkirakan instansinya tak dapat membeli Su-35 sebanyak 16 unit seperti jumlah F-5 Tiger sebelumnya, karena menyesuaikan dengan anggaran yang disediakan pemerintah untuk TNI AU.
“Dengan menghitung anggaran yang ada, mungkin beli 12 pesawat Su-35 saja. Tapi saya minta isinya sudah lengkap,” kata Agus.
Rencana Belanja Alutsista TNI AU hingga 2019
Saat ini TNI AU mendapat alokasi anggaran US$3,1 miliar atau sekitar Rp41 triliun untuk modernisasi alat utama sistem senjatanya. Anggaran itu akan digunakan selama periode 2015-2019.
Selain itu, TNI AU juga tengah menimbang pembelian pesawat angkut prajurit. Saat ini, Agus menyebut pihaknya masih memilih antara Hercules tipe J dengan Antonov
"Berikutnya butuh juga beli pesawat angkut berat. Hercules yang sekarang tipe B sudah puluhan tahun. Ini kita kaji, antara Hercules tipe J berapa Antonov berapa," sambungnya.
Selanjutnya, yang justru memicu polemik, ialah pembelian helikopter angkut berat. Agus menegaskan, sesuai kajian TNI AU, heli tersebut harus memiliki kemampuan angku berat diatas empat ton.
"Berikutnya heli angkut berat yang diatas empat ton. Lalu kita dapat AW-101, kita bisa beli enam. Hasil kajian Skadron VVIP, kita pilih AW-101. Inginnya beli tiga tapi pagu indikatif bisa beli dua. Lalu ke Mabes TNI, ke Kemhan, kita dapat dari anggaran lain, jadi kita bisa dapat tiga," jelas mantan Kasum TNI itu.
Tak hanya itu, TNI AU juga bakal memodernisasi pesawat latih serta berbelanja radar dan persenjataan untuk pesawat tempur T-50. Dikatakan Agus, meski prajuritnya sudah memiliki pesawat itu, tanpa persenjataan tidak bisa disebut sebagai pesawat tempur.
"Pesawat latih, Grop, kita tambah. Pesawat T-50 masih belum bisa disebut pesawat tempur karena belum lengkap. Radar dan senjatanya tidak ada. Ini nanti yang akan kita pasang," pungkasnya.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
- news.okezone.com, Kamis, 26 November 2015 - 23:35 wib
- jakartagreater.com, Kamis, 26 November 2015.
Komentar
Posting Komentar