Bolehkah Berolahraga Saat Sakit?


Melakukan olahraga saat sakit mungkin terdengar aneh. Banyak orang yang berkata bahwa orang yang sedang sakit tidak boleh berolahraga. Namun, bagaimana kalau ternyata berolahraga ketika sakit justru dapat meningkatkan sistem imun dan membantu mengusir penyakit dalam tubuh? Hal itu sebenarnya tergantung pada jenis penyakit yang diderita dan jenis olahraga yang dilakukan. 

Olahraga sering dikaitkan dengan tubuh yang lebih bugar dan sehat. Bahkan, orang peneliti percaya olahraga teratur bisa melndungi diri Anda dari flu dan demam. Bahkan penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga ringan selama 30 hingga 45 menit seperti jalan kaki, bersepeda, atau berlari bisa mengurangi lebih dari separuh risiko infeksi pernapasan. Dr Bruce Barrett, seorang profesor perawatan keluarga di University of Wisconsin School of Medicine and Public Health, menyebut bahwa secara umum, aktivitas fisik adalah arah bagus untuk melindungi diri dari penyakit. 

Pendapat senada juga diungkapkan oleh David Nieman, profesor dan direktur dari Human Performance Lab at Appalachian State University. 

"Sistem kekebalan tubuh Anda membutuhkan aktivitas untuk melakukan tugasnya dengan lebih baik," ungkap Nieman dikutip dari Time, Rabu (21/02/2018). 

"Setiap kali berolahraga, Anda meningkatkan sirkulasi sel kekebalan yang penting," imbuhnya. 



Kapan Anda boleh melakukan olahraga saat sakit?

Apakah olahraga disarankan pada orang yang sedang mengalami flu atau demam? 
Ternyata olahraga sangat tidak disarankan untuk orang yang sedang sakit. "Olahraga sangat bagus untuk pencegahan, tapi dapat menjadi pengobatan yang buruk," ujar Nieman. 

Meski begitu, sebuah penelitian dari Ball State University, AS menunjukkan bahwa olahraga ringan tidak berpengaruh pada durasi dan keparahan flu pada umumnya. 

"Jika muncul gejala menular seperti sinus, hidung tersumbat, hingga gangguan tenggorokan dan lainnya, olahraga tidak akan menyembuhkan tapi juga tidak memperparah," kata Nieman. 

Jika gejala terdapat di atas leher Anda, biasanya Anda boleh untuk melakukan olahraga meskipun dengan intensitas yang lebih rendah dari biasanya. Termasuk gejala seperti:
  •     Ingusan
  •     Hidung tersumbat
  •     Bersin
  •     Sakit tenggorokan
  •     Sakit kepala
Jika Anda memiliki energi yang cukup untuk mengacuhkan gejala itu, maka meningkatkan suhu tubuh Anda dengan berkeringat karena berolahraga dapat membantu tubuh untuk membunuh banyak virus. Bahkan, menurut penelitian, berolahraga ketika demam justru disarankan. Pada sebuah akhir percobaan selama 10 hari, orang yang berolahraga 40 menit setiap hari dengan menggunakan 70% denyut jantung maksimal merasa lebih baik, dibandingkan dengan orang yang tidak berolahraga, meskipun tingkat keparahan klinis dan durasi gejala mereka hampir identik.

Kunci untuk melakukan olahraga ketika sakit adalah untuk melakukannya dengan hati-hati. Berolahraga secara berlebihan akan menyebabkan stres pada tubuh Anda, sehingga dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Lakukanlah olahraga secukupnya jika Anda merasa tidak enak badan. Exercise and Sport Science Reviews, mengatakan bahwa latihan intens berkepanjangan menyebabkan imunosupresi, sedangkan latihan dengan intensitas sedang dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi risiko dan infeksi pernapasan akibat virus.

Artinya, tidak ada banyak bahaya untuk terus berolahraga ketika sakit. 


Kapan Anda tidak boleh melakukan olahraga ketika sakit?

Namun ceritanya akan berbeda jika Anda terserang flu parah atau infeksi sistemik lainnya. Olahraga merupakan ide yang buruk bagi penyakit yang cukup parah. 

Dokter umumnya akan menyarankan Anda untuk menghindari olahraga jika Anda memiliki gejala di bagian bawah leher Anda, seperti:
  •     Demam
  •     Batuk atau sesak di dada
  •     Kelelahan
  •     Nyeri otot
  •     Muntah, sakit perut dan/atau kram perut
Tidak peduli apapun gejala Anda, Anda harus sangat berhati-hati dan selalu memperhatikan tubuh Anda. Jika Anda tidak merasakan gejala tersebut, namun Anda hanya ingin beristirahat, maka itulah yang dibutuhkan tubuh Anda. Jika Anda memaksakan tubuh Anda untuk melakukan sesuatu di luar kehendak, maka penyakit Anda akan bertambah parah.

"Kembali ke sekitar 1940-an selama epidemi polio, beberapa peneliti menyadari bahwa atlet yang memainkan olahraga berat dari sepak bola yang turun ke lapangan memiliki polio makin parah," kata Nieman. 

Pengamatan ini kemudian menyebabkan studi lanjutan tentang bagaimana cara virus merespons olahraga, baik pada primata maupun manusia. Hasilnya, kata Nieman, tubuh yang terinfeksi flu berat dapat bereaksi sangat burut terhadap aktivitas fisik. 

"Banyak atlet berpendapat bahwa 'jika saya demam, saya harus mengeluarkan keringat untuk bisa sembuh)'," ujar Nieman. "Itu ide paling gila yang pernah ada," sambungnya. 

Ahli lain juga mengungkapkan pernyataan senada. "Jangan pernah berolahraga dengan flu atau demam," kata Mariane Fahlman, profesor pendidikan kesehatan di Wayne State University, AS. 

Fahlman telah meneliti bagaimana olahraga mempengaruhi fungsi kekebalan dari pelari dari berbagai negara. Dia mengatakan bahwa ketika seseorang menderita flu atau demam, sistem kekebalan tubuh akan bekerja keras melawan infeksi tersebut. 

Olahraga adalah bentuk stres fisik yang membuat tugas sistem kekebalan tubuh lebih sulit. Sejarah Membuktikan Pada 1990-an, para peneliti di Australia juga mengamati beberapa atlet yang terus berolahraga saat menderita flu. 

Mereka menemukan bahwa para atlet tersebut mengembangkan bentuk sindrom kelelahan kronis, yang dalam beberapa kasus diderita selama beberapa tahun. "Ini adalah sejarah kasus yang menyakitkan untuk dibaca," kata Nieman. "Kami tidak tahu persis apa yang terjadi, namun keyakinan saya adalah bahwa virus menyebar ke seluruh tubuh dalam bentuk subklinis dan melibatkan sistem kekebalah tubuh yang membuat individu merasa lelah," tambahnya. 

Nieman menyebut, penelitian tentang fenomena ini masih jauh dari kata meyakinkan. Meski begitu, dia yang selama ini telah bekerja dengan puluhan atlet meihat bentuk kelelahan berkepanjangan akibat virus ini. Bahkan setelah mereka dinyatakan "sembuh" dari penyakitnya, para atlet masih melaporkan rasa lemak dan lelah. Beberapa atlet juga mengaku belum mampu tampil selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. 

Ini Alasannya "Saya tahu bahwa tidak berolahraga sama sekali adalah kenyataan pahit bagi banyak orang," kata Nieman. "Tapi jika Anda menderita flu atau apapun yang menyebabkan demam, nyeri otot, atau lemas, inilah saatnya untuk tidak berolahraga sama sekali," sambungnya. Setelah sembuh Nieman juga menyebut bahwa kita perlu menunggu seminggu sebelum bisa berolahraga pasca-pemulihan. Selain itu, dia juga menyarankan untuk melakukan olahraga ringan terlebih dahulu setelah pulih dari sakit. 

Nieman menyarankan jika pada akhir minggu kedua pasca-demam, jika Anda merasa baik, olahraga lebih berat bisa dilakukan. "Jika Anda memiliki nyeri otot atau lemas, Anda harus berhenti sebelum mencoba olahraga berat," ujarnya. "Anda mungkin bisa membuat tubuh Anda merasa lebih baik, tapi ini salah," sambungnya. 

Menurutnya, seperti lengan atau kaki yang patah, tubuh yang lemah akibat flu juga membutuhkan waktu untuk beristirahat sepenuhnya. 



Bagaimana olahraga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh?

Olahraga mungkin memainkan peran pada respon imun bawaan dan imun adaptif. Inilah caranya:
  • Salah satu sesi olahraga berat yang berkepanjangan akan menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi. Misalnya, lari maraton dapat menekan sistem imun hingga 72 jam, dan inilah sebabnya banyak atlet sakit setelah berlomba.
  • Namun, satu sesi latihan yang berat tidak akan menyebabkan efek tekanan kekebalan yang sama. Hanya satu sesi latihan yang sedang benar-benar dapat meningkatkan kekebalan tubuh pada orang yang sehat.
  • Menariknya, latihan ketahanan yang berkelanjutan dapat merangsang kekebalan bawaan (tapi tidak dengan kekebalan adaptif). Sementara itu, olahraga ringan berkelanjutan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh adaptif.
Pada akhirnya, olahraga ringan dan latihan ketahanan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dari waktu ke waktu. Jadi, Anda dapat berlatih keras saat Anda sedang sehat, meskipun satu sesi latihan yang berat dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Sehingga, ketika Anda sakit, Anda dapat melakukan olahraga yang ringan.


Kaitan antara olahraga, stres, dan fungsi kekebalan tubuh.

Sekelompok ilmuwan mengumpulkan data tentang kebiasaan olahraga dan penyakit influenza, mereka menemukan bahwa:
  •     Orang-orang yang tidak pernah berolahraga akan sakit cukup sering.
  •     Orang yang berolahraga antara sebulan sekali dan tiga kali seminggu merupakan yang terbaik.
  •     Orang yang berolahraga berat lebih dari empat kali seminggu sakit paling sering.
Jadi, dalam istilah sederhana, orang yang terlalu malas dan terlalu sering berolahraga mengalami penurunan kekebalan. Namun, olahraga pada tingkat sedang dapat meningkatkan imunitas.


Kaitan antara olahraga berat dan infeksi

Peningkatan volume dan intensitas olahraga secara mendadak dapat membuat stres, dan memungkinkan virus atau bakteri untuk masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit. Pada Los Angeles Marathon tahun 1987, satu dari tujuh orang atlet jatuh sakit satu minggu setelah balapan. Dan mereka berlari lebih dari 68 km per minggu sebelum perlombaan, dan mereka memiliki dua kali lipat kemungkinan terkena penyakit dibandingkan pada mereka yang berlatih kurang dari 25 km per minggu. 

Sumber : 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?

Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Segala Hal Tentang Punokawan Wayang.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?