Pesawat N-245, Pesawat Baru Gagasan PT DI Bakal Mirip "KRL" !!!??
Pesawat komersial baru yang digagas PT Dirgantara Indonesia punya konsep berbeda dengan biasanya, yakni bukan mengandalkan ketangguhan teknologi seperti umumnya pesawat baru dibuat, melainkan mengandalkan kekuatannya untuk melayani penumpang.
Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengungkapkan, pesawat baru itu ditargetkan akan melayani rute-rute pendek, misalnya Tanjung Karang-Palembang, Jakarta- Cirebon, dan lainnya.
Pesawat yang diberi nama N-245 itu mungkin saja punya target tujuan akhir sama jauhnya dengan pesawat biasa, tetapi memiliki beberapa pemberhentian untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di titik tersebut. Istilahnya ialah multihop atau spoke to spoke.
Pesawat N-245 adalah salah satu pesawat penumpang sipil (airliner) yang sedang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini merupakan pengembangan dari CN-235. N-245 dikembangkan agar memiliki kapasitas penumpang yang lebih besar dibandingkan CN-235. Pengembangan pesawat N-245 tidak terlepas dari CN-235. CN-235 memiliki biaya operasional yang tinggi, sehingga dikembangkanlah CN-235 NG atau CN-235 Next Generation. CN-235 NG inilah yang kemudian disebut sebagai N-245. N-245 memiliki biaya operasional yang lebih rendah dan memiliki daya angkut yang lebih banyak daripada CN-235.
Ditemui di sela National Innovation Forum 2015 yang diadakan di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015), Budi mengungkapkan, N-245 bisa dibilang modifikasi karena beberapa rancangan bagian pesawatnya diambil dari CN-235.
“Sayapnya itu kita ambil dari desain CN-235 dan N-295. Sama. Sayap itu sudah bisa angkut beban 23 ton. Sudah proven. Untuk badannya kita sedang mikir ambil dari CN-235. Itu untuk bentuknya. Kalau panjang kan nanti bisa disambung,” jelas Budi.
Bagian yang dirancang baru adalah ekor. Menurut Budi, perancangan ulang bagian ekor diperlukan sebab ekor pesawat CN-235 atau pesawat lain tak bisa diaplikasikan karena terlalu berat.
Karena tidak merancang semua bagian dari awal, pengembangan N-245 bakal jauh lebih murah. “Kalau bikin pesawat dari nol, biayanya 1,5-2 miliar dollar AS. N-250 sekarang sudah hampir 2 miliar dollar AS. Untuk N-245 cuma 150 juta dollar AS sudah sampai prototipe,” kata Budi.
Pesawat N-245, merupakan "KRL"-nya Transportasi Udara ?
Ditemui di sela National Innovation Forum 2015 yang diadakan di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015), Budi mengungkapkan, N-245 bisa dibilang modifikasi karena beberapa rancangan bagian pesawatnya diambil dari CN-235.
“Sayapnya itu kita ambil dari desain CN-235 dan N-295. Sama. Sayap itu sudah bisa angkut beban 23 ton. Sudah proven. Untuk badannya kita sedang mikir ambil dari CN-235. Itu untuk bentuknya. Kalau panjang kan nanti bisa disambung,” jelas Budi.
Bagian yang dirancang baru adalah ekor. Menurut Budi, perancangan ulang bagian ekor diperlukan sebab ekor pesawat CN-235 atau pesawat lain tak bisa diaplikasikan karena terlalu berat.
Karena tidak merancang semua bagian dari awal, pengembangan N-245 bakal jauh lebih murah. “Kalau bikin pesawat dari nol, biayanya 1,5-2 miliar dollar AS. N-250 sekarang sudah hampir 2 miliar dollar AS. Untuk N-245 cuma 150 juta dollar AS sudah sampai prototipe,” kata Budi.
Saat ini, N-245 tengah memasuki tahap perencanaan. Ke depan, akan ada simulasi dan evaluasi secara ekonomi sebelum pengembangannya. Bila memang memungkinkan secara ekonomi, N-245 akan mulai dikembangkan tahun depan.
Pesawat N-245, merupakan "KRL"-nya Transportasi Udara ?
Pesawat direncanakan memiliki kapasitas angkut 50 penumpang. N-245 diharapkan mampu bersaing dengan pesawat jenis ATR 42 dan Q 300. Syukur jika N-245 juga bisa menggantikan pesawat seperti ATR 72 yang kini dipakai maskapai macam Garuda Indonesia untuk rute pendek.
Sebagai contoh ialah pesawat terbang dari Jakarta dengan target akhir Surabaya. Namun, pesawat tersebut berhenti di Cirebon dan Semarang untuk naik turun penumpang. "Jadi, seperti KRL," kata Budi saat ditemui di National Innovation Forum di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015).
Sebagai contoh ialah pesawat terbang dari Jakarta dengan target akhir Surabaya. Namun, pesawat tersebut berhenti di Cirebon dan Semarang untuk naik turun penumpang. "Jadi, seperti KRL," kata Budi saat ditemui di National Innovation Forum di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015).
Ya, mungkin sekarang sudah ada pesawat yang melayani jarak tertentu dengan pemberhentian di antaranya. Namum, rute N-245 bakalan lebih pendek, maksimal hanya 200 mil laut sekali terbang.
Budi mengatakan, N-245 awalnya bisa dikonsentrasikan ke rute pendek dengan minat penumpang kecil. Namun, pada masa depan, pesawat tersebut bisa dioperasikan lebih luas. Budi percaya, minat warga Indonesia untuk naik pesawat walaupun dengan jarak pendek bakal tumbuh.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar