Inilah Modus Peledakan Bom di Sarinah : "'Bom Pertama Itu Pancingan, Ketika Kumpul Diledakkan Lagi"
Warga DKI Jakarta, dikejutkan dengan peristiwa bom yang meledak di Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis pagi, 14 Januari 2016, sekitar pukul 10.40 WIB. Sebuah pos polisi hancur bersama dengan sebuah warung kopi asal Amerika, Starbucks. Sedikitnya tujuh orang tewas dan 24 lain mengalami luka-luka dalam kejadian ini.
Beragam spekulasi pun berkembang dengan cepatnya. Beberapa menyebut jika bom ini meledak sebelum waktunya berkat pengintaian polisi. Namun beberapa lagi menilai ini hanyalah sebuah permulaan teror sesungguhnya. Yang jelas, para pelaku bom harus diakui sudah begitu leluasanya lolos di jantung Jakarta.
Dan tentunya, sukses menarik sorotan media, publik bahkan hingga negara lain untuk menyoroti betapa mencekamnya Jakarta akibat ledakan bom yang berjarak hanya satu kilometer dari Istana Presiden.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris Saud Usman pun tak menampik aksi mencari panggung para pelaku teroris tersebut. Ia mengistilahkan bahwa aksi itu sebagai bentuk 'konser' ala teroris.
"Saya sering katakan, mereka sering sampaikan punya niat. Tinggal ada kesempatan atau tidak. Akan ada 'konser', kan itu sudah niat," ujar Saud Usman di Istana Negara.
Skenario Bom Sarinah.
Aksi bom dan penembakan di kawasan Sarinah di Jalan MH Thamrin, hingga kini masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Namun bila merujuk ke sejumlah bukti berupa foto, video dan pernyataan saksi mata, diyakini ledakan ini memang diskenariokan.
Namun, apakah ini sesuai skenario yang direncanakan para pelaku, belum bisa dipastikan.
Bila merujuk ke kesaksian sejumlah saksi mata, ledakan awal diduga terjadi di depan Burger King atau persis di samping Starbucks. Ledakan itu cukup kuat sehingga membuat pecah sejumlah kaca dan merusak sejumlah peralatan di dalam Starbucks.
"Peristiwa terjadi diawali dengan serangan di Starbucks Coffee yaitu masuknya satu pelaku dan menggunakan bom bunuh diri," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian.
Pengunjung pun panik dan berhamburan ke luar. Namun di depan, ada seorang pria yang sudah menunggu dengan senjata api. Ia menembaki warga yang ke luar. "Mereka menembak dua warga negara asing. Satu asal Kanada dan meninggal, satu lagi masih hidup," kata Tito.
Di sisi lain, di tengah kepanikan itu terdengar juga ledakan di pos polisi yang berada di tengah ruas jalan MH Thamrin. Saat itu, terdapat tiga orang korban sekaligus. Satu merupakan pelaku bom bunuh diri, satu orang polisi selamat dan satu lainnya warga sipil yang kemudian akhirnya tewas akibat terkena pecahan.
Sejalan dengan itu, ledakan keras itu pun memancing warga yang berada di tengah ruas jalan MH Thamrin. Mereka pun berkerumun menyaksikan tiga korban yang tergeletak di pos polisi.
Tanpa diduga, di tengah kerumunan, muncul seorang pemuda berkaos hitam dengan ransel mengeluarkan senjata. Ia pun menembaki polisi lalu lintas yang saat itu sedang berjaga mengamankan lokasi.
Tak ayal, kepanikan pun muncul lagi. Warga berhamburan, beberapa anggota polisi yang berada di dekat pelaku ikut berlarian karena ditembaki.
Baku tembak pun kembali pecah. Si pria yang tak diketahui identitasnya tersebut, berjalan menuju ke arah parkiran Starbucks, menyusul rekannya yang sudah dari tadi bersembunyi di balik mobil.
Hingga akhirnya keduanya bertahan di balik mobil. Baku tembak pun kembali pecah, terutama saat rombongan kepolisian dari Polda Metro tiba di lokasi. Pelaku pengeboman sempat melemparkan bom ke mobil polisi, namun tidak membuat dampak berarti.
Hingga akhirnya keduanya sepertinya terdesak, dan memilih untuk meledakkan diri di samping mobil. Atau persis dekat dengan dua korban warga negara asing yang sudah ditembak sebelumnya.
Namun apakah ini skenario bom yang hendak dilancarkan kelompok teroris? Belum bisa dijawab pasti. Hanya saja dipastikan, kelompok kecil ini terkesan masih sporadis dan mengandalkan bom berdaya ledak kecil.
"Menurut pengalaman saya, itu low explosive," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan.
Pendapat Ali Fauzi Manzi, mantan narapidana terorisme.
Pengamat terorisme sekaligus mantan narapidana terorisme, Ali Fauzi Manzi, menilai serangan bom dan penembakan di Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, hanya uji keahlian oleh kelompok teror. Pelakunya juga dinilai masih amatir.
"Melihat pola dan caranya, pelaku masih belum profesional. Masih amatiran. Pelaku baru mendapatkan ilmu kemiliteran dan mencoba keahliannya," kata Ali Fauzi dihubungi melalui ponsel, Kamis, 14 Januari 2016.
Dia menjelaskan, ciri pelaku amatir ialah dari serangannya yang mendadak dan tidak menimbulkan dampak korban banyak. Ini berbeda dengan yang sudah profesional, yang memperhitungkan ledakan bom berskala besar dan jumlah korbannya yang banyak.
"Di kalangan pelaku bom teror, serangan seperti di Sarinah disebut serangan kilat. Itu juga diajarkan di pelatihan kemiliteran kelompok radikal," kata adik bomber Bali, mendiang Amrozi dan Ali Imron itu.
Kendati tidak tegas menyebut ISIS, Ali Fauzi menduga kuat serangan di Sarinah merupakan kerjaaan kelompok ISIS. Itu bisa dilihat dari pola serangan mereka yang mirip dengan serangan di Turki, Paris, dan Irak, yang diduga dilakukan oleh kelompok ISIS.
Serangan di Sarinah, lanjut Ali Fauzi, juga berkaitan dengan serangkaian penangkapan terduga teroris ISIS di beberapa daerah menjelang Natal dan Tahun Baru. "Tidak mungkin mereka menyerang saat Natal dan Tahun Baru, karena polisi menjaga ketat keamanan. Baru setelah lengah serangan dilakukan," ujarnya.
Semua pelaku teror tewas.
Para pelaku menurut laporan polisi tidak ada yang selamat. Lima orang tewas di tempat usai baku tembak dan ledakan bom bunuh diri. Tercatat, ada sekitar lima terduga teroris yang berusaha membuat kekacauan di ibu kota dengan melakukan bom bunuh diri dan menyerang anggota polisi secara membabi buta.
"Lima pelaku meninggal, lima polisi luka-luka, dan dua sipil meninggal," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Muhammad Iqbal.
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan, peristiwa diawali dengan ledakan bom di kedai kopi Starbucks. Kemudian beralih ke pos polisi di Sarinah.
Beragam spekulasi pun berkembang dengan cepatnya. Beberapa menyebut jika bom ini meledak sebelum waktunya berkat pengintaian polisi. Namun beberapa lagi menilai ini hanyalah sebuah permulaan teror sesungguhnya. Yang jelas, para pelaku bom harus diakui sudah begitu leluasanya lolos di jantung Jakarta.
Dan tentunya, sukses menarik sorotan media, publik bahkan hingga negara lain untuk menyoroti betapa mencekamnya Jakarta akibat ledakan bom yang berjarak hanya satu kilometer dari Istana Presiden.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris Saud Usman pun tak menampik aksi mencari panggung para pelaku teroris tersebut. Ia mengistilahkan bahwa aksi itu sebagai bentuk 'konser' ala teroris.
"Saya sering katakan, mereka sering sampaikan punya niat. Tinggal ada kesempatan atau tidak. Akan ada 'konser', kan itu sudah niat," ujar Saud Usman di Istana Negara.
Skenario Bom Sarinah.
Aksi bom dan penembakan di kawasan Sarinah di Jalan MH Thamrin, hingga kini masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Namun bila merujuk ke sejumlah bukti berupa foto, video dan pernyataan saksi mata, diyakini ledakan ini memang diskenariokan.
Namun, apakah ini sesuai skenario yang direncanakan para pelaku, belum bisa dipastikan.
Bila merujuk ke kesaksian sejumlah saksi mata, ledakan awal diduga terjadi di depan Burger King atau persis di samping Starbucks. Ledakan itu cukup kuat sehingga membuat pecah sejumlah kaca dan merusak sejumlah peralatan di dalam Starbucks.
"Peristiwa terjadi diawali dengan serangan di Starbucks Coffee yaitu masuknya satu pelaku dan menggunakan bom bunuh diri," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian.
Pengunjung pun panik dan berhamburan ke luar. Namun di depan, ada seorang pria yang sudah menunggu dengan senjata api. Ia menembaki warga yang ke luar. "Mereka menembak dua warga negara asing. Satu asal Kanada dan meninggal, satu lagi masih hidup," kata Tito.
Di sisi lain, di tengah kepanikan itu terdengar juga ledakan di pos polisi yang berada di tengah ruas jalan MH Thamrin. Saat itu, terdapat tiga orang korban sekaligus. Satu merupakan pelaku bom bunuh diri, satu orang polisi selamat dan satu lainnya warga sipil yang kemudian akhirnya tewas akibat terkena pecahan.
Sejalan dengan itu, ledakan keras itu pun memancing warga yang berada di tengah ruas jalan MH Thamrin. Mereka pun berkerumun menyaksikan tiga korban yang tergeletak di pos polisi.
Tanpa diduga, di tengah kerumunan, muncul seorang pemuda berkaos hitam dengan ransel mengeluarkan senjata. Ia pun menembaki polisi lalu lintas yang saat itu sedang berjaga mengamankan lokasi.
Tak ayal, kepanikan pun muncul lagi. Warga berhamburan, beberapa anggota polisi yang berada di dekat pelaku ikut berlarian karena ditembaki.
Baku tembak pun kembali pecah. Si pria yang tak diketahui identitasnya tersebut, berjalan menuju ke arah parkiran Starbucks, menyusul rekannya yang sudah dari tadi bersembunyi di balik mobil.
Hingga akhirnya keduanya bertahan di balik mobil. Baku tembak pun kembali pecah, terutama saat rombongan kepolisian dari Polda Metro tiba di lokasi. Pelaku pengeboman sempat melemparkan bom ke mobil polisi, namun tidak membuat dampak berarti.
Hingga akhirnya keduanya sepertinya terdesak, dan memilih untuk meledakkan diri di samping mobil. Atau persis dekat dengan dua korban warga negara asing yang sudah ditembak sebelumnya.
Namun apakah ini skenario bom yang hendak dilancarkan kelompok teroris? Belum bisa dijawab pasti. Hanya saja dipastikan, kelompok kecil ini terkesan masih sporadis dan mengandalkan bom berdaya ledak kecil.
"Menurut pengalaman saya, itu low explosive," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan.
Pendapat Ali Fauzi Manzi, mantan narapidana terorisme.
Pengamat terorisme sekaligus mantan narapidana terorisme, Ali Fauzi Manzi, menilai serangan bom dan penembakan di Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, hanya uji keahlian oleh kelompok teror. Pelakunya juga dinilai masih amatir.
"Melihat pola dan caranya, pelaku masih belum profesional. Masih amatiran. Pelaku baru mendapatkan ilmu kemiliteran dan mencoba keahliannya," kata Ali Fauzi dihubungi melalui ponsel, Kamis, 14 Januari 2016.
Dia menjelaskan, ciri pelaku amatir ialah dari serangannya yang mendadak dan tidak menimbulkan dampak korban banyak. Ini berbeda dengan yang sudah profesional, yang memperhitungkan ledakan bom berskala besar dan jumlah korbannya yang banyak.
"Di kalangan pelaku bom teror, serangan seperti di Sarinah disebut serangan kilat. Itu juga diajarkan di pelatihan kemiliteran kelompok radikal," kata adik bomber Bali, mendiang Amrozi dan Ali Imron itu.
Kendati tidak tegas menyebut ISIS, Ali Fauzi menduga kuat serangan di Sarinah merupakan kerjaaan kelompok ISIS. Itu bisa dilihat dari pola serangan mereka yang mirip dengan serangan di Turki, Paris, dan Irak, yang diduga dilakukan oleh kelompok ISIS.
Serangan di Sarinah, lanjut Ali Fauzi, juga berkaitan dengan serangkaian penangkapan terduga teroris ISIS di beberapa daerah menjelang Natal dan Tahun Baru. "Tidak mungkin mereka menyerang saat Natal dan Tahun Baru, karena polisi menjaga ketat keamanan. Baru setelah lengah serangan dilakukan," ujarnya.
Semua pelaku teror tewas.
"Lima pelaku meninggal, lima polisi luka-luka, dan dua sipil meninggal," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Muhammad Iqbal.
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan, peristiwa diawali dengan ledakan bom di kedai kopi Starbucks. Kemudian beralih ke pos polisi di Sarinah.
Kata Anton, ledakan pertama di Starbucks memang merupakan bagian skenario para pelaku teror. "Bom pertama itu pancingan. Ketika (orang) berkumpul akan diledakan lagi," kata Anton, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2016.
Maka tak heran, jika ledakan kedua terjadi di pos polisi dengan harapan bakal memakan banyak korban. Setelah itu, ada dua pelaku lainnya yang mulai menembaki polisi yang berada di kerumunan.
Anton mengatakan, bom yang meledak di Starbucks terdiri dari unsur paku, dan baut. "Dilihat dari kerusakan cukup parah. Namun kami belum memastikan apakah memang ada kesamaan dengan bom yang dulu. Kalau dibandingkan (bom) di JW Marriot ini lebih kecil, tapi mematikan," kata dia.
Inikah Rangkaiannya Aksi ISIS ?
Terlepas dari itu. Aksi brutal pelaku bom dan penembakan tersebut, cukup membuat pemerintah bergeming. Jantung Jakarta bak disentak listrik yang mengejutkan.
Semua terbelalak menyaksikan dengan mudahnya penjahat menenteng bom dan meledakkan diri di tengah kota. Sekalipun itu tak mengakibatkan korban seperti beberapa kejadian bom bunuh diri lain di luar negeri.
Namun, ini cukup membuat Indonesia menjadi sorotan. Berangkat dari beragam kejadian sebelum ledakan bom Sarinah, Kamis 14 Januari 2016. Sesungguhnya sinyal-sinyal kemunculan teror di Indonesia memang sudah bermunculan.
Ini ditunjukkan dengan penangkapan sejumlah terduga teroris oleh Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror sepanjang akhir 2015. Beberapa diantaranya bahkan disebut-sebut sudah menyiapkan diri sebagai 'pengantin' atau pelaku bom bunuh diri.
Berikut rangkaian kemungkinan kejadian itu:
1. November-Desember 2015
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror secara maraton menangkap sejumlah terduga teroris mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat. Diperkirakan ada belasan orang yang sudah diringkus.
2. 9 Januari 2016
Kepolisian gabungan menutup operasi perburuan teroris Poso yang dimpin oleh Santoso atau Abu Wardah. Berbulan-bulan perburuan dan telah meringkus 28 orang itu sepertinya belum membuahkan hasil maksimal.
Ratusan prajurit tak mampu menyeret Santoso baik hidup mau pun mati. Dan kini masih bergentayangan di Sulawesi.
3. 12 Januari 2016
Sebuah ledakan terjadi di Sultanahmet Square Istanbul Turki. Sebanyak 11 orang tewas, 15 orang lain luka. Pemerintah setempat menganggap kelompok ISIS bertanggungjawab atas ledakan tersebut.
4. 13 Januari 2016
Bom bunuh diri meledak di Pakistan, 14 orang dilaporkan tewas.
5. 14 Januari 2016
* Polisi Australia tutup opera house Sidney dan terminal Feri di Circular Quay untuk antisipasi serangan teror. Seluruh orang dievakuasi dari kawasan Opera House.
* Di Turki, ledakan bom mobil terjadi dan menewaskan lima orang.
* Ledakan bom bunuh diri di jalan MH Thamrin di kawasan Sarinah, tepatnya di sebuah pos polisi dan warung kopi Amerika Starbucks. Tujuh orang tewas terdiri dari lima pelaku, satu warga negara Indonesia dan satu warga negara Kanada. Sebanyak 15 orang lainnya dilaporkan luka-luka.
ISIS Ganti Strategi.
ISIS menyatakan bertanggung jawab atas kejadian kemarin siang. Polisi pun memastikan keterlibatan jaringan ini. Aparat masih terus mengejar kelompok yang di Asia Tenggara dipimpin Bahrun Naim itu.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan aksi terorisme yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat, pagi tadi, mengincar Kepolisian Republik Indonesia. Serangan tersebut, kata dia, bentuk pelampiasan dendam kelompok teroris kepada polisi, karena telah menangkap sejumlah rekannya.
“Polisi salah satu target dan itu dendam lama dari zamannya Jemaah Islamiah, karena banyak anggota mereka yang ditangkap oleh polisi,” kata Al Chaidar kepada VIVA.co.id, di Lhokseumawe, Kamis, 14 Januari 2016.
Chaidar mengungkapkan, para pelaku tersebut kini telah bergabung menjadi anggota kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Katanya, mereka teroris zaman Jemaah Islamiah, kini telah membaiat diri mereka pada pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi.
"Pelaku adalah jaringan ISIS," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian.
Menurut Tito, dari analisa gerakan pelaku pengeboman, seluruh pelaku adalah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Mereka mendapatkan perintah dari pimpinan ISIS di Suriah untuk melakukan gerakan tidak cuma di Irak dan Suriah.
"Ada perintah dari Amirnya untuk beroperasi di luar wilayah. Karena itu dibentuk cabang-cabang, termasuk di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand," kata Tito.
Tito meyakini, kini kelompok radikal tersebut sedang berupaya bersaing untuk memperebutkan pengaruh agar diakui sebagai pimpinan di Asia Tenggara. "Di Filipina sudah dideklarasikan. Karena itu, mereka merancang teror. Salah satunya di Jakarta," beber Tito.
ISIS yang selama ini sudah beberapa kali menebar ancamannya untuk Indonesia kini membuktikan diri. Jantung Jakarta meledak dengan mudahnya.
Lalu apakah ini menjadi akhir atau awal dari teror? Yang jelas selama ini Indonesia belum melihat bagaimana sesungguhnya gerakan ISIS di tanah air.
Letupan-letupan kecil yang ada di Poso yang digawangi oleh Santoso atau Abu Wardah, hingga kini belum padam. Begitupun gesekan di Papua yang berkaitan dengan Organisasi Papua Merdeka semuanya belum putus bagaimana penjelasannya.
Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso tak menampik situasi tersebut. Ia pun mengklaim sudah melakukan inventarisir terhadap kelompok ISIS, khususnya di Jakarta.
"Kita sudah inventarisir, di lingkungan BIN juga kita diskusikan tanda-tanda yang pernah mereka sebut di dalam monitoring kita," kata Sutiyoso.
Lalu bagaimana tanggapan Presiden Joko Widodo terkait ancaman di depan mata tersebut? Dalam pernyataannya, Jokowi yang menyempatkan diri meninjau langsung lokasi ledakan mengutuk aksi ini.
"Kita semuanya mengecam dan mengutuk teror yang mengganggu keamanan, ketenangan, dan menimbulkan keresahan masyarakat," kata Jokowi.
Pelaku Bom Sarinah Lebih dari Lima ?
Mabes Polri akan melakukan penyelidikan lebih mendalam guna mengungkap para pelaku ledakan bom bunuh diri di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016. Pendalaman tentu juga akan dilakukan melalui korban-korban, karena bisa saja pelaku menjadi korban. Apakah korban tewas ataupun luka-luka.
"Tidak menutup kemungkinan pelaku bisa jadi korban, karena awalnya pelaku bunuh diri di dalam, kita tidak tahu ini pengunjung atau pelaku. Biasanya setelah terjadi, kadang-kadang ada di TKP, sepertinya hasil karya mereka dan tidak tutup kemungkinan mereka ada sebagai korban," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen.Pol. Anton Charliyan.
Berdasarkan analisis intelijen IT human intelligent, dimungkinkan lebih dari lima orang pelaku teror dalam ledakan bom Sarinah. Siapa dalang dan pelaku aksi terorisme tersebut, hingga kini terus diburu.
Perburuan pelaku dilakukan dengan berbagai strategi, baik itu preventif atau represiv. Preventif tentu dilakukan dengan penyekatan ruang gerak pelaku dan razia-razia yang akan dilakukan.
"Inilah strategi, tapi mohon maaf tidak bisa disebutkan detail dan rinci karen bisa terbaca," katanya.
Penjagaan juga dilakukan secara penuh, tidak hanya rumah sakit, penjagaan juga dilakukan pada titik-titik lain. "Saya kira sebelum jaringan tertangkap atau terungkap ada pernyataan atau tidak kita tetap harus siaga satu," katanya.
Apakah ini terkait dengan ISIS, Anton Charliyan menegaskan, sejak awal atau sejak tiga bulan lalu sudah dilakukan pengawasan secara khusus. "Penangkapan di Jabar, Jateng, Jatim Bekasi, semua diawasi, kami selektif, tidak smua kelompok progresif," katanya. Selain itu, data dari aksi mereka juga sudah diteliti dan dipelajari.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Inikah Rangkaiannya Aksi ISIS ?
Terlepas dari itu. Aksi brutal pelaku bom dan penembakan tersebut, cukup membuat pemerintah bergeming. Jantung Jakarta bak disentak listrik yang mengejutkan.
Semua terbelalak menyaksikan dengan mudahnya penjahat menenteng bom dan meledakkan diri di tengah kota. Sekalipun itu tak mengakibatkan korban seperti beberapa kejadian bom bunuh diri lain di luar negeri.
Namun, ini cukup membuat Indonesia menjadi sorotan. Berangkat dari beragam kejadian sebelum ledakan bom Sarinah, Kamis 14 Januari 2016. Sesungguhnya sinyal-sinyal kemunculan teror di Indonesia memang sudah bermunculan.
Ini ditunjukkan dengan penangkapan sejumlah terduga teroris oleh Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror sepanjang akhir 2015. Beberapa diantaranya bahkan disebut-sebut sudah menyiapkan diri sebagai 'pengantin' atau pelaku bom bunuh diri.
Berikut rangkaian kemungkinan kejadian itu:
1. November-Desember 2015
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror secara maraton menangkap sejumlah terduga teroris mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat. Diperkirakan ada belasan orang yang sudah diringkus.
2. 9 Januari 2016
Kepolisian gabungan menutup operasi perburuan teroris Poso yang dimpin oleh Santoso atau Abu Wardah. Berbulan-bulan perburuan dan telah meringkus 28 orang itu sepertinya belum membuahkan hasil maksimal.
Ratusan prajurit tak mampu menyeret Santoso baik hidup mau pun mati. Dan kini masih bergentayangan di Sulawesi.
3. 12 Januari 2016
Sebuah ledakan terjadi di Sultanahmet Square Istanbul Turki. Sebanyak 11 orang tewas, 15 orang lain luka. Pemerintah setempat menganggap kelompok ISIS bertanggungjawab atas ledakan tersebut.
4. 13 Januari 2016
Bom bunuh diri meledak di Pakistan, 14 orang dilaporkan tewas.
5. 14 Januari 2016
* Polisi Australia tutup opera house Sidney dan terminal Feri di Circular Quay untuk antisipasi serangan teror. Seluruh orang dievakuasi dari kawasan Opera House.
* Di Turki, ledakan bom mobil terjadi dan menewaskan lima orang.
* Ledakan bom bunuh diri di jalan MH Thamrin di kawasan Sarinah, tepatnya di sebuah pos polisi dan warung kopi Amerika Starbucks. Tujuh orang tewas terdiri dari lima pelaku, satu warga negara Indonesia dan satu warga negara Kanada. Sebanyak 15 orang lainnya dilaporkan luka-luka.
ISIS Ganti Strategi.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan aksi terorisme yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat, pagi tadi, mengincar Kepolisian Republik Indonesia. Serangan tersebut, kata dia, bentuk pelampiasan dendam kelompok teroris kepada polisi, karena telah menangkap sejumlah rekannya.
“Polisi salah satu target dan itu dendam lama dari zamannya Jemaah Islamiah, karena banyak anggota mereka yang ditangkap oleh polisi,” kata Al Chaidar kepada VIVA.co.id, di Lhokseumawe, Kamis, 14 Januari 2016.
Chaidar mengungkapkan, para pelaku tersebut kini telah bergabung menjadi anggota kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Katanya, mereka teroris zaman Jemaah Islamiah, kini telah membaiat diri mereka pada pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi.
"Pelaku adalah jaringan ISIS," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian.
Menurut Tito, dari analisa gerakan pelaku pengeboman, seluruh pelaku adalah kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Mereka mendapatkan perintah dari pimpinan ISIS di Suriah untuk melakukan gerakan tidak cuma di Irak dan Suriah.
"Ada perintah dari Amirnya untuk beroperasi di luar wilayah. Karena itu dibentuk cabang-cabang, termasuk di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand," kata Tito.
Tito meyakini, kini kelompok radikal tersebut sedang berupaya bersaing untuk memperebutkan pengaruh agar diakui sebagai pimpinan di Asia Tenggara. "Di Filipina sudah dideklarasikan. Karena itu, mereka merancang teror. Salah satunya di Jakarta," beber Tito.
ISIS yang selama ini sudah beberapa kali menebar ancamannya untuk Indonesia kini membuktikan diri. Jantung Jakarta meledak dengan mudahnya.
Lalu apakah ini menjadi akhir atau awal dari teror? Yang jelas selama ini Indonesia belum melihat bagaimana sesungguhnya gerakan ISIS di tanah air.
Letupan-letupan kecil yang ada di Poso yang digawangi oleh Santoso atau Abu Wardah, hingga kini belum padam. Begitupun gesekan di Papua yang berkaitan dengan Organisasi Papua Merdeka semuanya belum putus bagaimana penjelasannya.
Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso tak menampik situasi tersebut. Ia pun mengklaim sudah melakukan inventarisir terhadap kelompok ISIS, khususnya di Jakarta.
"Kita sudah inventarisir, di lingkungan BIN juga kita diskusikan tanda-tanda yang pernah mereka sebut di dalam monitoring kita," kata Sutiyoso.
Lalu bagaimana tanggapan Presiden Joko Widodo terkait ancaman di depan mata tersebut? Dalam pernyataannya, Jokowi yang menyempatkan diri meninjau langsung lokasi ledakan mengutuk aksi ini.
"Kita semuanya mengecam dan mengutuk teror yang mengganggu keamanan, ketenangan, dan menimbulkan keresahan masyarakat," kata Jokowi.
Pelaku Bom Sarinah Lebih dari Lima ?
"Tidak menutup kemungkinan pelaku bisa jadi korban, karena awalnya pelaku bunuh diri di dalam, kita tidak tahu ini pengunjung atau pelaku. Biasanya setelah terjadi, kadang-kadang ada di TKP, sepertinya hasil karya mereka dan tidak tutup kemungkinan mereka ada sebagai korban," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen.Pol. Anton Charliyan.
Berdasarkan analisis intelijen IT human intelligent, dimungkinkan lebih dari lima orang pelaku teror dalam ledakan bom Sarinah. Siapa dalang dan pelaku aksi terorisme tersebut, hingga kini terus diburu.
Perburuan pelaku dilakukan dengan berbagai strategi, baik itu preventif atau represiv. Preventif tentu dilakukan dengan penyekatan ruang gerak pelaku dan razia-razia yang akan dilakukan.
"Inilah strategi, tapi mohon maaf tidak bisa disebutkan detail dan rinci karen bisa terbaca," katanya.
Penjagaan juga dilakukan secara penuh, tidak hanya rumah sakit, penjagaan juga dilakukan pada titik-titik lain. "Saya kira sebelum jaringan tertangkap atau terungkap ada pernyataan atau tidak kita tetap harus siaga satu," katanya.
Apakah ini terkait dengan ISIS, Anton Charliyan menegaskan, sejak awal atau sejak tiga bulan lalu sudah dilakukan pengawasan secara khusus. "Penangkapan di Jabar, Jateng, Jatim Bekasi, semua diawasi, kami selektif, tidak smua kelompok progresif," katanya. Selain itu, data dari aksi mereka juga sudah diteliti dan dipelajari.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Komentar
Posting Komentar