Megalolamna paradoxodon, Spesies Hiu Purba Sebesar Mobil Namun Gigitannya Lebih Kuat dari T-rex.
Peneliti mengungkap keberadaan predator purba yang pernah berenang di Samudera Atlantik dan Pasifik sekitar 20 juta tahun yang lalu.
Keberadaan predator purba yang masih merupakan kerabat megalodon - moyang hiu putih - itu terungkap lewat penemuan fosil gigi.
Spesies baru itu diberi nama Megalolamna paradoxodon. Nama "paradoxodon" mengacu pada fakta bahwa hiu muncul begitu tiba-tiba dalam catatan geologi setelah muncul secara terpisah dengan saudara terdekatnya, Otodus, sekitar 45 juta tahun yang lalu.
"Saat pertama melihat, gigi Megalolamna paradoxodon seperti gigi raksasa dari genus Lamna," kata Kenshu Shimada dari Universitas DePaul Chicago yang menemukan, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (4/10/2016).
"Meski begitu fosil gigi terlalu kuat untuk Lamna. Jadi kami memutuskan ini merupakan spesies baru yang tidak berhubungan dengan Lamna.Bahkan menunjukkan fitur gigi yang mengingatkan pada genus Otodus," imbuhnya.
Sejauh ini, baru 5 gigi sepanjang 5 cm yang telah ditemukan tersebar di beberapa daerah seperti California, North Carolina, Jepang, dan Peru.
Berdasarkan temuan fosil, peneliti memperkirakan, hiu jenis baru ini tumbuh hingga sekitar 3,7 meter tetapi berukuran lebih kecil dengan saudaranya megalodon yang tumbuh mencapai 18 meter.
Namun spesies ini masih cukup besar untuk memangsa ikan berukuran sedang. Giginya juga cukup kuat untuk mencengkeram dan mengiris mangsa.
"Fakta ini sungguh menarik. Hiu menyebar luas secara geografis sampai tak diketahui hingga saat ini, menunjukkan betapa minimnya pengetahuan kita mengetahui mengenai ekosistem laut purba," ujar Shimada.
Video : "A new species of extinct shark is discovered: Prehistoric predator is related to the 60ft Megalodon"
Hal menarik lain, hiu megalodon ini punya gigitan yang lebih kuat daripada T-rex dan memiliki kerabat. Yang misterius, ilmuwan sampai saat ini belum mengetahui sebab musabab kepunahan hiu ini. Penelitian ini telah di publikasikan dalam jurnal Historical Biology.
Penulis : Kontributor Sains, Monika Novena
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Sumber : sains.kompas.com, Jumat, 7 Oktober 2016, 20:29 WIB.
Komentar
Posting Komentar