Kiat Berolah Raga Lari Bagi


Artikel ini tidak berisi pengetahuan dasar lari bagi anda yang "belum bisa berlari", namun berisi saran jika anda "baru akan" atau "merencanakan" besok saya akan mulai berolah raga dengan lari pagi. Jadi hal-hal apa yang perlu di persiapkan atau dihindari untuk mencegah "kecapekan" akibat olah raga tersebut.

1. Kiat Berlari Bagi Pemula
Olahraga lari kini kembali naik daun. Olahraga yang murah, bisa dilakukan di mana saja, dan membakar lebih banyak kalori dibanding olahraga lain ini memang bisa membuat pelakunya lebih langsing dan bugar.

Bagi pemula, berlari perlu dilakukan secara bertahap. Bahkan jika sebelumnya Anda kurang aktif, disarankan untuk meningkatkan level fitnes Anda secara bertahap dan dimulai dengan berjalan kaki lalu joging dan beberapa waktu kemudian berlari yang kecepatannya lebih tinggi dari joging.

Olahraga lari hanya membutuhkan peralatan sedikit, yakni sepatu lari yang nyaman sehingga mengurangi risiko cedera. Sebaiknya Anda menggantinya setelah dipakai berlari 805 km.


Untuk mencegah cedera dan juga membuat olahraga ini lebih bisa dinikmati, mulailah dengan berlari pelan dan meningkatkan kecepatan dan jaraknya secara bertahap. Bila durasi tersebut dapat dilakukan dengan mudah selama beberapa waktu, baru ditambah sedikit-sedikit.

Awali setiap lari dengan pemanasan sedikitnya lima menit. Jenisnya termasuk jalan cepat, naik tangga, atau berlari di tempat.

Berlarilah dengan kondisi tangan dan bahu rileks serta sikut dibengkokkan. Upayakan agar postur tubuh tegak.

Pelari pemula disarankan untuk berlari sedikitnya dua kali dalam seminggu. Hal ini lebih baik dibandingkan berlari beberapa kali dalam seminggu lalu berhenti selama 3 minggu.

Agar tetap termotivasi, temukan atmosfer berlari yang paling nyaman untuk Anda. Baik itu di treadmil, berlari di sekitar kompleks, atau di taman. Berlari dengan teman juga bisa menambah motivasi. Bahkan Anda bisa bergabung dengan beberapa komunitas lari agar kegiatan ini semakin menyenangkan.
2. Jogging Sebaiknya Dengan Kaki Telanjang Atau  Memakai Alas Kaki ?


Mungkin Anda pernah mendengar nasihat yang menyebutkan melakukan joging bertelanjang kaki bisa mengurangi cedera sendi. Sebenarnya pendapat itu keliru.

Berlari atau joging tanpa alas kaki justru akan mempermudah cedera pada lutut dan pergelangan kaki. Terutama, bila dilakukan di landasan yang keras, misalnya aspal. Selain itu, juga akan membuat lengkung telapak kaki (foot arch) menjadi turun.

Dalam batas-batas tertentu, joging tanpa alas kaki memang dapat membantu meregangkan otot-otot telapak kaki, sekaligus memperkuatnya. Akibatnya, peredaran darah jadi lebih baik. Namun, bila dilakukan dalam waktu yang panjang, kebiasaan ini malam menjadi beban bagi keki. Apalagi bila pelakunya memiliki berat badan berlebih atau mengalami gangguan bentuk telapak kaki.

Di situlah pentingnya sepatu dalam membantu telapak kaki yang bermasalah, misalnya flatfoot, high arch foot, tip toe, dan lain-lain. Penggunaan sepatu dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat tekanan besar dan lama, akibat bertelanjang kaki.

Kesimpulannya, joging tanpa alas kaki tidak selalu berdampak baik bagi semua orang. Dan, sepatu tidak selamanya hanya untuk bergaya, seperti yang dikenal saat ini. Tapi, lebih penting lagi, punya fungsi perlindungan bagi kaki.
3. Tanpa Alas Kaki Lebi Sehat ?
Jika Anda sedang berfikir untuk mencari sepasang sepatu untuk lari? Sebaiknya batalkan saja! Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Harvard University menemukan bahwa lari tanpa alas kaki justru lebih sehat. Dari sebuah penelitian, diketahui seseorang yang menggunakan sepatu untuk lari, cenderung mengalami shock yang menimbulkan rasa nyeri di seluruh tubuhnya. Penelitian ini didasari atas survey yang dilakukan pada gaya lari para atlet baik yang menggunakan sepatu maupun tanpa alas kaki.


Selain itu juga, ditemukan bahwa para atlet yang lari menggunakan sepatu bisa mengalami “heel strike”, yaitu untuk setiap mil mereka berlari, mereka akan membanting tumit ke tanah 1.000 kali. Bantingan ini menciptakan tekanan yang cepat dan besar pada seluruh tubuh.

Namun untuk atlet yang tidak menggunakan sepatu cenderung mendaratkan kaki secara lentur. Hentakan kaki mereka lebih lembut dibandingkan yang menggunakan sepatu. Hal ini menjelaskan mengapa banyak para atlet lari tidak dianjurkan memakai alas kaki saat bertanding.



“Seseorang yang tidak menggunakan sepatu saat berlari biasanya mengalami tekanan yang berbeda dibandingkan yang menggunakan sepatu,” kata  Daniel Lieberman, profesor bidang evolusi biologi manusia di Harvard University, seperti vivanews kutip dari Daily Mail.

“Sebagian besar orang berpikir berlari tanpa alas kaki bisa berbahaya dan menyakitkan. Padahal, dengan berlari telanjang kaki justru membuat seseorang bisa berlari pada jalanan yang keras tanpa rasa sakit,” tambah Lieberman.

Hal terpenting saat berlari telanjang kaki, menurut Lieberman, adalah hati-hati dengan calluses (kapalan) yang timbul. Jika memang timbul kapalan, bersihkan dan atasi dengan krim untuk menghindari infeksi.

Sumber : 
1. Penulis : Lusia Kus Anna , Sumber : http://health.kompas.com/, Sabtu, 26 November 2011, 12:13 WIB
2. Penulis : dr.Michael Triangto, Sumber : http://health.kompas.com/, Rabu, 9 Februari 2011, 17:42 WIB
3. Penulis : Lutfi Rizal, Sumber : http://lutharticles.wordpress.com/, 11 November 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Prosedur dan Persyaratan Pengajuan Kredit Bank.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Inilah : Satyrichthys welchi, Ikan Asal Aceh Yang Bentuknya Seperti Pesawat Tempur Siluman !

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?