Tes HIV Dianjurkan Sejak Usia 16 !
Para ahli kesehatan anak yang tergabung dalam The American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan anjuran agar tes HIV sebaiknya dilakukan sejak usia 16 hingga 18 tahun. Anjuran ini perlu diterapkan khususnya pada remaja yang tinggal di daerah dengan prevalensi HIV di atas 0,1 persen dari populasi.
Dalam panduan yang diterbitkan Senin (31/11/2011) itu, AAP juga merekomendasikan, para remaja yang pernah menjalani pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) untuk segera melakukan tes HIV.
Alat pendeteksi HIV
Berdasarkan panduan sebelumnya, pemeriksaan HIV untuk anak dan remaja hanya direkomendasikan bagi mereka yang aktif berhubungan seksual. Dalam panduan baru itu juga disarankan agar pemeriksaan rutin dilakukan melalui tes respon kilat yang hasilnya dapat diketahui setelah 20 menit pemeriksaan.
"Kami menemukan, ketika pemeriksaan dianjurkan pada mereka yang aktif secara seksual, kami tak mengarahkan remaja untuk benar-benar melakukan tes. Angka infeksi baru dalam populasi pun tidak kunjung menurun," ungkap Dr. Jaime Martinez, dokter anak pada Stroger Hospital of Cook County di Chicago, yang juga salah satu penyusun rekomendasi AAP.
Pada 2006, lebih dari 1,1 juta orang di AS tercatat positif HIV. Dari jumlah tersebut, menurut data CDC, 5% di antaranya anak dan remaja, usia 13 hinga 24 tahun. Angka tersebut tampaknya kecil, tetapi faktanya 70% infeksi baru HIV berasal dari berbagai kalangan usia yang tidak menyadari kalau dirinya positif HIV. Menurut perkiraan kasar para ahli, satu dari dua remaja yang terinfeksi HIV tidak menyadari kalau dirinya positif.
"Saya kira kelemahannya bukan pada skrining. Kami menemukan bahwa remaja yang melakukan tes menjadi waspada bahwa mereka terpengaruh. Mereka kemudian menjadi sadar terhadap perilaku seksual yang lebih aman," tambah Martinez.
Data yang dimiliki AAP juga menunjukkan, remaja yang melakukan tes HIV rutin cenderung terhindar dari ancaman virus HIV. Semakin awal seorang remaja dibuat sadar akan status kesehatannya, maka penanganan pun dapat dilakukan semakin dini. Selain itu, upaya ini juga dapat mencegah penularan virus lebih lanjut sekaligus menghambat perkembangan AIDS di masa depan.
AAP berharap, rekomendasi ini dapat diadopsi oleh tenaga kesehatan terutama dokter anak. Tetapi tentu tidak untuk menerapkannya, mengingat HIV adalah isu yang sensitif.
"Secara umum, para dokter takur dengan isu HIV. Banyak dokter anak berpandangan sempit terhadap pasiennya. Mereka juga merasa pasien tak punya waktu untuk melakukan tes. Selama dokter anak tidak melakukan pendekatan akan pentingnya tes HIV, hal ini tidak akan terwujud," ujar Martinez.
Setelah satu atau dua bulan virus HIV memasuki tubuh, 40-90 persen orang yang terinfeksi mengalami gejala yang mirip dengan gejala flu yang disebut acute retroviral syndrom (ARS). Meski begitu, gejala terinfeksi HIV bisa tak terdeteksi sampai bertahun-tahun kemudian.
"Pada tahap awal infeksi HIV biasanya justru tidak ada gejala. Oleh karena itu, jika kita masuk dalam kelompok berisiko, maka lebih baik memeriksakan diri," kata Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS Kaiser Permanente di Oakland, California.
Berikut adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang positif terinfeksi HIV.
"Pada tahap awal infeksi HIV biasanya justru tidak ada gejala. Oleh karena itu, jika kita masuk dalam kelompok berisiko, maka lebih baik memeriksakan diri," kata Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS Kaiser Permanente di Oakland, California.
Berikut adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang positif terinfeksi HIV.
- Demam
Salah satu gejala ARS adalah demam ringan dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celsius. Gejala demam ini sering diikuti dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
"Pada fase ini virus berpindah ke peredaran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, terjadi reaksi inflamasi oleh sistem imun tubuh," kata Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi dari New York School of Medicine.
"Pada fase ini virus berpindah ke peredaran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, terjadi reaksi inflamasi oleh sistem imun tubuh," kata Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi dari New York School of Medicine.
- Kelelahan
Respons inflamasi dalam tubuh juga bisa menyebabkan perasaan lelah dan kehabisan energi. Gejala ini bisa timbul pada awal atau beberapa tahun kemudian.
- Nyeri otot
Gejala ARS juga sering didiagnosis sebagai infeksi virus, influenza, mononucleosis, bahkan hepatitis dan sifilis. Hal ini tidak mengherankan karena banyak gejala yang mirip, termasuk nyeri pada otot dan persendian.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga lazim terjadi karena kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak terdapat di ketiak, paha, juga leher.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga lazim terjadi karena kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak terdapat di ketiak, paha, juga leher.
- Ruam kulit
Ruam pada kulit berupa bercak kemerahan bisa timbul pada awal atau tahap akhir terjadinya HIV/AIDS. Bila munculnya ruam ini tidak bisa dijelaskan dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, segera lakukan tes.
- Mual, muntah, dan diare
Menurut dr Malvestutto, 30-60 persen orang mengalami gejala singkat mual, muntah atau diare pada awal terjadinya infeksi HIV. Namun, gejala-gejala ini juga bisa muncul akibat terapi antiretroviral dan infeksi tahap lanjut.
- Berat badan turun
Penurunan berat badan (BB) merupakan tanda perburukan penyakit dan juga karena diare berat. "Jika penurunan BB sudah terjadi, berarti sistem imun sudah kehabisan tenaga. Namun, berkat terapi antiretroviral, gejala ini sudah jarang," kata Malvestutto.
Seseorang yang mengalami sindrom AIDS wasting biasanya kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan mereka, serta menderita diare atau kelelahan dan demam lebih dari 30 hari.
Seseorang yang mengalami sindrom AIDS wasting biasanya kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan mereka, serta menderita diare atau kelelahan dan demam lebih dari 30 hari.
- Batuk kering
Beberapa orang yang positif HIV juga mengalami batuk kering yang berlangsung berminggu-minggu dan terus memburuk.
- Radang paru
Batuk dan badan yang mengurus mungkin juga akibat infeksi serius yang disebabkan oleh kuman. Bila sistem imun kita dalam kondisi baik, maka kuman ini tak menyebabkan masalah.
"Ada banyak infeksi oportunis yang berbeda-beda pada orang dengan HIV. Salah satunya pneumonia AIDS, toksoplasma, herpes, dan juga infeksi jamur," katanya.
"Ada banyak infeksi oportunis yang berbeda-beda pada orang dengan HIV. Salah satunya pneumonia AIDS, toksoplasma, herpes, dan juga infeksi jamur," katanya.
- Berkeringat pada malam hari
Sebagian besar orang di awal tahap infeksi HIV berkeringat pada malam hari, yang tidak terkait dengan suhu ruangan. Gejala ini memburuk pada tahap lanjut dari infeksi.
- Perubahan pada kuku
Pasien dengan sistem kekebalan terganggu, seperti AIDS, lebih rentan terkena infeksi jamur. Infeksi ini juga menyebabkan perubahan pada kuku, seperti mudah patah, rapuh, dan juga perubahan pada warna.
- Infeksi jamur
Infeksi jamur yang sering dialami di tahap infeksi HIV lanjut adalah semacam sariawan di mulut yang disebabkan oleh jamur candida. Pasien yang mengalami sariawan parah ini kesulitan untuk menelan dan sulit disembuhkan.
- Kebas dan rasa kesemutan
Infeksi HIV pada tahap lanjut bisa menyebabkan rasa kebas dan sensasi geli pada tangan dan kaki. Gejala ini disebut juga peripheral neuropathy, yang juga muncul pada pasien diabetes yang tidak terkontrol. Gejala ini timbul karena saraf sudah rusak.
- Haid tak teratur
Sumber: http://health.kompas.com/, Selasa, 1 November 2011 | 10:13 WIB
Komentar
Posting Komentar