Siapkan Mental Anak Sebelum "Diajari Membaca"....


Banyak orang tua yang merasa bangga bila anaknya sudah bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) diusia dini. Bahkan sebelum anak mereka masuk ke Taman Kanak-kanak (TK).

Orang tua perlu mempersiapkan mental anak, sebelum mereka dikenalkan huruf dan angka," ujar Dr Michelle Barnes, dosen di Communication and Social Sciences Divisions Early Childhood Education Dept, Everett Community College, Washington, Amerika kepada SH, Sabtu (2/5).

“Pada dasarnya saya sebagai pendidik tidak menyarankan anak usia di bawah 5 tahun sudah bisa membaca dan berhitung.  Orang tua perlu mempersiapkan mental anak, sebelum mereka dikenalkan huruf dan angka,” ujar Dr Michelle Barnes, dosen di Communication and Social Sciences Divisions Early Childhood Education Dept, Everett Community College, Washington, Amerika kepada SH, Sabtu (2/5).

Menurutnya, ada tiga hal yang harus diperhatikan sebelum mengajarkan anak membaca dan menulis.  Ketiga hal tersebut adalah mental dalam hal ini terkait dengan emosi si anak, fisik dan sosial.

Dia menambahkan, di Amerika, para orang tua biasanya melakukan konsultasi dengan psikolog anak atau para pembimbing di bidang pendidikan sebelum mereka memperkenalkan huruf dan angka kepada anak mereka.

“Kami biasanya mempersiapkan orang tua dulu sebelum mereka mempersiapkan mental anak mereka untuk mulai belajar membaca, menulis dan erhitung,” ujar Michelle yang meraih gelar doktor bidang pendidikan di Northeastern University, Boston, Amerika.

Dia menagatakan, bila anak tidak disiapkan mentalnya terlebih dahulu, maka dia bisa membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya.  “Para peneliti dari Havard University juga telah melakukan penelitian tentang hal ini,” katanya.


Belajar sambil bermain


Setelah anak siap mental, barulah orang tua memperkenalkan huruf dan angka dengan cara bermain.         Menurutnya, bermain dapat membuat anak lebih rileks.  Dalam kondisi rileks inilah, anak dapat mengerti huruf atau angka yang diajarkan.

Permainan yang bisa digunakan untuk memperkenalkan huruf dan angka pada anak, bisa berupa simbol, lego, memory games, puzzle dan sebagainya.  Bermain puzzle, misalnya, secara tidak langsung, kita melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar.

Selain itu, anak dilatih berpikir secara matematis, memperkuat daya ingat dan melatih anak untuk dapat bekerjasama.  Puzzle juga bisa membantu anak untuk belajar mengeja.

Michelle sendiri pada Sabtu (2/5) memberikan pelatihan kepada para pengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).  Pelatihan tersebut terselenggara atas kerjasama  Everett Community College, Amerika Serikat dengan Universitas Ma Chung, Malang.

Penulis : Stevani Elisabeth
Sumber : sinarharapan.co, 05 Mei 2015 14:15

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Prosedur dan Persyaratan Pengajuan Kredit Bank.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Inilah : Satyrichthys welchi, Ikan Asal Aceh Yang Bentuknya Seperti Pesawat Tempur Siluman !

10 Video Dokumenter (Asli) Pada Jaman Penjajahan Belanda, Jepang dan Perang Kemerdekaan Indonesia : 1945 - 1949.