NASA: Indonesia Bisa Rasakan Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016 !
Sebagian Asia Tenggara dapat merasakan gerhana matahari total pada tanggal 9 Maret 2016. Berdasarkan informasi dari NASA, gerhana matahari total ini akan berlangsung setidaknya satu menit pada setiap wilayah yang terdampak.
Gerhana total adalah waktu ketika bulan sepenuhnya menutupi permukaan matahari. Banyak orang membayangkan bagaimana matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus dan sangat dekat satu sama lain. Gerhana bulan total dapat terjadi ketika ketiga benda kosmik tersebut ada dalam satu garis lurus tetapi bukan berarti ketiganya memiliki ukuran yang sama. Misalnya, matahari berukuran 400 kali lebih besar dibandingkan bulan. Benda langit yang merupakan pusat tata surya itu juga sangat jauh jaraknya dari bumi, yakni sekitar 400 kali lebih jauh dari jarak antara bumi dan bulan.
Proses gerhana matahari total setidaknya menutupi wilayah sepanjang 8800 mil dan selebar 97 mil. Namun, penduduk bumi kemungkinan hanya merasakan dampaknya selama kurang lebih 1,5 hingga 4 menit per area. Ada rentang waktu selama tiga jam ketika belahan bumi bagian barat melihat awal dan wilayah timur melihat akhir dari gerhana total tersebut.
Informasi dari laman Tech Times pada Selasa (22/2/2016), menyebutkan gerhana bulan total merupakan kejadian langka. Saat itu, bulan akan tepat melewati matahari dan bumi. Kemudian, bulan akan sepenuhnya menutupi permukaan matahari sehingga suasana akan terasa gelap tanpa cahaya matahari.
"Anda akan melihat sesuatu dari sinar matahari ketika mencapai totalitas sehingga, Anda akan merasakan suasana yang seperti senja meski waktu menunjukkan siang hari," kata peneliti NASA Sarah Jaeggli.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, Gerhana Matahari Total (GMT) akan melintas di 11 provinsi di seluruh Indonesia. Gerhana matahari akan berlangsung pada 9 Maret 2016 antara pukul 06.00 hingga 08.00 waktu setempat.
Kepala Biro Humas BMKG, Wahju Adji, menjelaskan, Beberapa wilayah juga akan dijadikan lokasi pengamatan mengenai Gerhana Matahari Total. Diantaranya seperti di bengkulu, Palu dan Ternate. Sedangkan untuk pengamatan gravitasi akan dilaksanakan di Palu. Kota Palu merupakan kota yang paling terdampak dari Gerhana.
“Kejadian ini sangat istimewa karena wilayah daratan yang dilalui gerhana matahari total hanya Indonesia. Kejadian yang jarang terjadi ini akan melintasi 11 wilayah provinsi di Indonesia,” kata Wahju, Selasa (23/2).
Provinsi-provinsi yang akan dilintasi gerhana matahari tersebut, masing-masing Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Namun demikian, masyarakat yang berada di luar pulau-pulau tersebut juga masih bisa menikmati fenomena alam langka itu.
Dijelaskan, pada umumnya GMT akan terjadi pagi hari bersamaan dengan perayaan hari raya Nyepi. Di wilayah Indonesia barat, gerhana mulai pukul 06.20 WIB. Di wilayah Palembang dan mencapai puncaknya pukul 07.21. Wilayah Tanjung Pandan gerhana mulai pukul 06.21 dan mencapai puncaknya 07.23 WIB.
Sedangkan wilayah Palangkaraya mulai pukul 06.23 dan mencapai puncaknya 07.30 WIB dan di wilayah Balikpapan gerhana mulai pukul 07.25 dan mencapai puncaknya 08.34. Sementara di wilayah Bengkulu (Muko-Muko), gerhana akan mencapai puncaknya pukul 07.19 WIB.
Sementara untuk wilayah Tengah, yaitu Palu mulai gerhana pukul 07.27 WITA dan mencapai puncaknya pukul 08.38 WITA. Hal ini berbeda dengan bagian Indonesia Timur, yaitu Ternate, gerhana mulai pukul 08.36 WIT dan mencapai puncaknya 09.52 WIT.
Dijelaskan Wahju, peristiwa itu sendiri terjadi setiap 350 tahun sekali dan akan menjadikan daya tarik tersendiri karena GMT akan menjadi peristiwa yang sangat langka. BMKG sendiri sangat menyarankan bagi masyarakat untuk melihat kejadian langka tersebut dengan cara yang aman.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan, gerhana matahari total 2016 adalah peristiwa langka. Bahkan bisa dikatakan pengalaman 'sekali seumur hidup'.
Fakta menarik lain terkait gerhana matahari total juga diungkapkan astronom Indonesia tersebut dalam wawancara khusus kepada Liputan6.com, Rabu (13/1/2016). Berikut ini ulasannya.
1. Hanya Terjadi di Indonesia
Gerhana matahari yang akan terjadi pada 9 Maret 2016, bertepatan dengan ritual Nyepi umat Hindu di Bali, yang jatuh pada bulan baru.
"Istimewa karena hanya Indonesia yang dilalui gerhana matahari tersebut. Wilayah lainnya adalah di Samudra Pasifik," kata Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com.
Kala itu, bayangan Bulan meliputi area seluas 100-150 km, hanya di 11 provinsi. "Wilayah Indonesia lainnya akan mengalami gerhana sebagian."
Penduduk di 11 provinsi berpeluang melihat matahari yang gelap gulita. Apalagi kejadiannya pada pagi hari, ketika potensi mendung berkurang. Warga di wilayah Indonesia barat bisa menyaksikan fenomena tersebut pada pukul 07.30 WIB, sementara di wilayah tengah Nusantara pada pukul 08.35 Wita, dan wilayah timur pada pukul 09.50 WIT.
"Suasana saat itu mirip malam hari, tapi tidak terlalu gelap. Mirip senja, jelang malam. Ini adalah pengalaman yang mungkin sekali seumur hidup," tutur Kepala Lapan. Namun, faktor cuaca bakal memengaruhi pengamatan gerhana. Berdoa saja mendung tak menggantung di langit dan menutupi penampakan matahari.
2. Yang Pertama di RI pada Abad ke-21
Peristiwa gerhana matahari total bukan kali pertamanya terjadi di Indonesia. Fenomena itu pernah ada pada tahun 1983, 1988, dan 1995. Namun, Thomas Djamaluddin mengatakan, gerhana matahari total 2016 adalah yang pertama terjadi pada Abad ke-21 di Indonesia. Gerhana matahari berikutnya akan terjadi di Indonesia pada 2019 -- yakni gerhana matahari cincin. Sementara, gerhana matahari total berikutnya baru melintas di wilayah Nusantara pada 20 April 2023.
3. 300 Tahun Sekali
Gerhana matahari total adalah peristiwa langka. Tak diketahui periode pasti fenomena tersebut akan terjadi dan berulang di satu daerah. Hanya ada hitungan pola 18-19 tahun, sesuai dengan periode Saros atau siklus gerhana. Namun, jalurnya berbeda.
"Berdasarkan perhitungan kasar, gerhana matahari total hanya akan terjadi sekitar 300 tahun sekali di satu daerah," kata Thomas Djamaluddin.
Wilayah Sumatera Selatan dan Bangka termasuk yang sungguh beruntung.
"Kejadian terakhir pada 1988 dan berulang pada 2016, jadi hanya 28 tahun. Masih beruntung. Di daerah lain 300 tahun."
4. Menguji Teori Einstein
Gerhana matahari total yang akan terjadi di Indonesia pada 9 Maret 2016 juga menjadi perhatian ilmuwan dunia. Thomas Djamaluddin mengatakan, para ilmuwan Lapan akan berkolaborasi dengan para ahli asing, termasuk dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Menurut Thomas, fenomena gerhana matahari total adalah kesempatan bagi para peneliti untuk melakukan sejumlah riset: terkait fisika matahari maupun fisika umum. Pun kajian dampak dan keantariksaan.
"Juga sering dijadikan pembuktian teori relativitas Einstein. Bahwa suatu benda bisa membelokkan cahaya," tambah dia.
Jadi, ketika gerhana matahari, saat sang surya ditutup, bintang-bintang di sekitar matahari sedikit bergeser. Saat gerhana matahari total, menurut Thomas, perubahan perilaku hewan juga diperkirakan akan terjadi, terutama pada binatang malam.
"Walau hanya beberapa menit saat gerhana matahari total terjadi, kondisi tiba-tiba gelap seolah malam akan membuat hewan terutama binatang malam bereaksi. Akan terjadi perubahan perilaku, nah itu juga menjadi penelitian," beber sang kepala Lapan.
Gerhana juga penting sebagai sarana edukasi publik. Salah satunya menjelaskan pada siswa tentang prosesnya.
5. 'Pembodohan Massal'
Peristiwa gerhana matahari total yang paling menghebohkan adalah pada 11 Juni 1983 yang jalur totalitasnya melintasi Jawa. Fenomena tersebut bahkan disiarkan langsung di TVRI -- stasiun televisi satu-satunya di Indonesia kala itu.
Pada masa itu, dalam masyarakat banyak beredar kabar bohong. "Atau semacam pembodohan massal, dengan mengatakan, 'awas, hati-hati gerhana bisa membutakan mata'," kata Thomas.
Bahkan, dia menambahkan, ada yang bertindak ekstrem sampai-sampai seluruh jendela ditutup. "Seakan matahari memancarkan radiasi berbahaya," kata dia.
Tak hanya di situ, di suatu daerah, mata hewan-hewan penghuni kebun binatang ditutup, agar mereka tak buta. Untuk itulah, Lapan meluncurkan hitung mundur 55 hari jelang gerhana matahari total pada 14 Januari 2015.
"Tujuannya, untuk sosialisasi bahwa gerhana adalah peristiwa yang menarik dan aman dilihat."
6. Bukan Fenomena Berbahaya
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menegaskan, gerhana matahari total adalah fenomena yang luar biasa. Bukan peristiwa penuh marabahaya.
"Padahal Matahari sama seperti yang kita lihat kok. Yang membahayakan itu, kalau kita tidak berhati-hati melihatnya," kata dia.
Alumni Kyoto University tersebut menambahkan, pada saat gerhana sebagian, secara refleks mata sudah merasa silau.
"Maka jangan dipaksakan atau berlomba melihat matahari secara langsung. Itu sangat berbahaya."
Pada saat gerhana total, tambah Thomas, justru paling bagus melihat langsung. Tanpa kaca mata, tak perlu pakai filter.
"Asal berhati-hati. Yang paling riskan adalah peralihan fase total ke fase sebagian, saat Bulan mulai bergeser, cahaya matahari yang walau baru muncul sedikit sudah sangat kuat. Padahal, pupil mata kita sedang membesar," jelas dia. Hal itu bisa merusak retina. Jadi, jangan terlalu asyik. Hati-hati.
Ingin menyaksikan live streaming peristiwa gerhana matahari 9 Maret 2016 ?
BMKG mengungkapkan, untuk melihat fenomena tersebut tidak berbahaya. Namun, akan menjadi berbahaya jika melihat langsung dengan durasi yang lama. Oleh sebab itu, bagi masyarakat yang tidak berada di lokasi GMT dan khawatir tidak bisa melihat dengan durasi yang lama, bisa menyaksikan secara langsung melalui livestreaming di situs BMKG :
NASA menyarankan mereka yang merasakan gerhana total untuk tidak melihat langsung fenomena tersebut dengan mata telanjang. Setidaknya, kata NASA, gunakan teleskop atau proyektor untuk melihat kejadian alam yang cukup langka itu. Lembaga antariksa Amerika Serikat itu mengingatkan, meskipun 99 persen matahari tertutup namun memandang langsung ke matahari dapat membahayakan mata Anda.
Adapun gerhana yang terjadi pada Maret nanti merupakan satu di antara lima fenomena gerhana yang diperkirakan terjadi sepanjang 2016. Ketiga gerhana bulan penumbra akan terjadi pada 23 Maret, 18 Agustus, dan 16 September. Sedangkan gerhana bulan tahunan diperkirakan akan terjadi pada 1 September.
Melintasi 11 Propinsi di Indonesia.
Melintasi 11 Propinsi di Indonesia.
Kepala Biro Humas BMKG, Wahju Adji, menjelaskan, Beberapa wilayah juga akan dijadikan lokasi pengamatan mengenai Gerhana Matahari Total. Diantaranya seperti di bengkulu, Palu dan Ternate. Sedangkan untuk pengamatan gravitasi akan dilaksanakan di Palu. Kota Palu merupakan kota yang paling terdampak dari Gerhana.
“Kejadian ini sangat istimewa karena wilayah daratan yang dilalui gerhana matahari total hanya Indonesia. Kejadian yang jarang terjadi ini akan melintasi 11 wilayah provinsi di Indonesia,” kata Wahju, Selasa (23/2).
Provinsi-provinsi yang akan dilintasi gerhana matahari tersebut, masing-masing Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Namun demikian, masyarakat yang berada di luar pulau-pulau tersebut juga masih bisa menikmati fenomena alam langka itu.
Sedangkan wilayah Palangkaraya mulai pukul 06.23 dan mencapai puncaknya 07.30 WIB dan di wilayah Balikpapan gerhana mulai pukul 07.25 dan mencapai puncaknya 08.34. Sementara di wilayah Bengkulu (Muko-Muko), gerhana akan mencapai puncaknya pukul 07.19 WIB.
Sementara untuk wilayah Tengah, yaitu Palu mulai gerhana pukul 07.27 WITA dan mencapai puncaknya pukul 08.38 WITA. Hal ini berbeda dengan bagian Indonesia Timur, yaitu Ternate, gerhana mulai pukul 08.36 WIT dan mencapai puncaknya 09.52 WIT.
Dijelaskan Wahju, peristiwa itu sendiri terjadi setiap 350 tahun sekali dan akan menjadikan daya tarik tersendiri karena GMT akan menjadi peristiwa yang sangat langka. BMKG sendiri sangat menyarankan bagi masyarakat untuk melihat kejadian langka tersebut dengan cara yang aman.
Sementara, mereka yang tinggal di Asia Pasifik seperti Hawaii, Guam, dan beberapa area di Alaska akan merasakan gerhana sebagian. Fenomena ini setidaknya akan berlangsung beberapa jam sebelum dan setelah gerhana matahari total. Pun dengan area Bumi yang tertutup bayangan Bulan, pagi yang terang mendadak serupa senja. Meski hanya hitungan menit, sebelum gerhana bertolak dan memuncak di Samudra Pasifik.
6 Fakta menarik lain terkait gerhana matahari total Indonesia tanggal 9 Maret 2016.
6 Fakta menarik lain terkait gerhana matahari total Indonesia tanggal 9 Maret 2016.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin memberikan penjelasan saat wawancara khusus dengan Liputan6.com di Gedung LAPAN, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Fakta menarik lain terkait gerhana matahari total juga diungkapkan astronom Indonesia tersebut dalam wawancara khusus kepada Liputan6.com, Rabu (13/1/2016). Berikut ini ulasannya.
1. Hanya Terjadi di Indonesia
Gerhana matahari yang akan terjadi pada 9 Maret 2016, bertepatan dengan ritual Nyepi umat Hindu di Bali, yang jatuh pada bulan baru.
"Istimewa karena hanya Indonesia yang dilalui gerhana matahari tersebut. Wilayah lainnya adalah di Samudra Pasifik," kata Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com.
Kala itu, bayangan Bulan meliputi area seluas 100-150 km, hanya di 11 provinsi. "Wilayah Indonesia lainnya akan mengalami gerhana sebagian."
Penduduk di 11 provinsi berpeluang melihat matahari yang gelap gulita. Apalagi kejadiannya pada pagi hari, ketika potensi mendung berkurang. Warga di wilayah Indonesia barat bisa menyaksikan fenomena tersebut pada pukul 07.30 WIB, sementara di wilayah tengah Nusantara pada pukul 08.35 Wita, dan wilayah timur pada pukul 09.50 WIT.
"Suasana saat itu mirip malam hari, tapi tidak terlalu gelap. Mirip senja, jelang malam. Ini adalah pengalaman yang mungkin sekali seumur hidup," tutur Kepala Lapan. Namun, faktor cuaca bakal memengaruhi pengamatan gerhana. Berdoa saja mendung tak menggantung di langit dan menutupi penampakan matahari.
2. Yang Pertama di RI pada Abad ke-21
Peristiwa gerhana matahari total bukan kali pertamanya terjadi di Indonesia. Fenomena itu pernah ada pada tahun 1983, 1988, dan 1995. Namun, Thomas Djamaluddin mengatakan, gerhana matahari total 2016 adalah yang pertama terjadi pada Abad ke-21 di Indonesia. Gerhana matahari berikutnya akan terjadi di Indonesia pada 2019 -- yakni gerhana matahari cincin. Sementara, gerhana matahari total berikutnya baru melintas di wilayah Nusantara pada 20 April 2023.
3. 300 Tahun Sekali
"Berdasarkan perhitungan kasar, gerhana matahari total hanya akan terjadi sekitar 300 tahun sekali di satu daerah," kata Thomas Djamaluddin.
Wilayah Sumatera Selatan dan Bangka termasuk yang sungguh beruntung.
"Kejadian terakhir pada 1988 dan berulang pada 2016, jadi hanya 28 tahun. Masih beruntung. Di daerah lain 300 tahun."
4. Menguji Teori Einstein
Menurut Thomas, fenomena gerhana matahari total adalah kesempatan bagi para peneliti untuk melakukan sejumlah riset: terkait fisika matahari maupun fisika umum. Pun kajian dampak dan keantariksaan.
"Juga sering dijadikan pembuktian teori relativitas Einstein. Bahwa suatu benda bisa membelokkan cahaya," tambah dia.
Jadi, ketika gerhana matahari, saat sang surya ditutup, bintang-bintang di sekitar matahari sedikit bergeser. Saat gerhana matahari total, menurut Thomas, perubahan perilaku hewan juga diperkirakan akan terjadi, terutama pada binatang malam.
"Walau hanya beberapa menit saat gerhana matahari total terjadi, kondisi tiba-tiba gelap seolah malam akan membuat hewan terutama binatang malam bereaksi. Akan terjadi perubahan perilaku, nah itu juga menjadi penelitian," beber sang kepala Lapan.
Gerhana juga penting sebagai sarana edukasi publik. Salah satunya menjelaskan pada siswa tentang prosesnya.
5. 'Pembodohan Massal'
Video : "Siaran Langsung TVRI: Gerhana Matahari di Indonesia 11 Juni 1983"
Tak hanya di situ, di suatu daerah, mata hewan-hewan penghuni kebun binatang ditutup, agar mereka tak buta. Untuk itulah, Lapan meluncurkan hitung mundur 55 hari jelang gerhana matahari total pada 14 Januari 2015.
"Tujuannya, untuk sosialisasi bahwa gerhana adalah peristiwa yang menarik dan aman dilihat."
6. Bukan Fenomena Berbahaya
"Padahal Matahari sama seperti yang kita lihat kok. Yang membahayakan itu, kalau kita tidak berhati-hati melihatnya," kata dia.
Alumni Kyoto University tersebut menambahkan, pada saat gerhana sebagian, secara refleks mata sudah merasa silau.
"Maka jangan dipaksakan atau berlomba melihat matahari secara langsung. Itu sangat berbahaya."
Pada saat gerhana total, tambah Thomas, justru paling bagus melihat langsung. Tanpa kaca mata, tak perlu pakai filter.
"Asal berhati-hati. Yang paling riskan adalah peralihan fase total ke fase sebagian, saat Bulan mulai bergeser, cahaya matahari yang walau baru muncul sedikit sudah sangat kuat. Padahal, pupil mata kita sedang membesar," jelas dia. Hal itu bisa merusak retina. Jadi, jangan terlalu asyik. Hati-hati.
Ingin menyaksikan live streaming peristiwa gerhana matahari 9 Maret 2016 ?
Disusun oleh : Yohanes Gitoyo.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar