Si Tua Fokker 27 (akan) Pensiun, EADS CASA C-295 Siap Gantikan.
Wakil Ketua Komisi I DPR bidang Pertahanan Tubagus Hasanudin mengungkapkan lima pesawat Fokker 27 milik TNI Angkatan Udara yang tersisa akan segera diganti dengan pesawat CN 295. Sebelum kecelakaan itu, rencananya TNI AU memang akan mengganti pesawat buatan tahun 1975 dengan pesawat baru.
"Ini sesuai dengan program, yang enam Fokker 27 diganti dengan 10 unit CN295 yang lebih muda," kata mantan Sekretaris Militer era Presiden Megawati Soekarnoputri ini di Gedung DPR, Jumat 22 Juni 2012.
TNI AU sebelumnya telah memiliki tujuh buah pesawat Fokker 27. Namun satu pesawat jatuh pada tahun 1999 sementara terakhir pesawat ini jatuh kemarin Kamis, 21 Juni 2012 di kompleks perumahan Halim Perdanakusuma, yang menewaskan 11 orang dan 12 lainnya luka-luka.
Penggantian pesawat Fokker dengan pesawat baru ini, kata Tubagus, karena pesawat Fokker sudah tua. Dari 10 unit yang ada, rencananya 3 unit pertama pesawat CN 295, akan tiba pada bulan Oktober mendatang.
Sayangnya, Tb Hasanuddin tak mengungkapkan berapa anggaran pengadaan pesawat itu. "Satu persatu saya tidak ingat anggarannya," kata dia.
Tb Hasanuddin mengakui memang sebagian besar pesawat tua yang ada masih laik terbang. Tetapi, kelaikan terbang itu karena memang pesawat itu masih cukup umur. "Kami juga sedang mengganti pesawat itu dengan pesawat lebih baru dan itu dalam proses," kata politisi PDI Perjuangan ini.
Pesawat CN 295, burung besi yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) resmi diluncurkan pada Rabu, 26 Oktober pekan lalu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk pembuatan pesawat CN 295 ini, PT DI melakukan kerjasama dengan Airbus Military. Peluncuran pesawat CN 295, diharapkan menjadi tonggak baru kebangkitan industri penerbangan Tanah Air dan juga lompatan untuk mengembangkan teknologi pesawat terbang di Indonesia.
Meski memiliki badan pesawat lebih panjang, namun diyakinkan pesawat tersebut tidak akan menimbulkan kesulitan ketika melakukan pendaratan. "Pesawat C-295 lebih panjang, namun dapat diterbangkan dari lapangan udara dengan panjang landasan 670 meter dan tidak beraspal," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan Bisnis PT DI Dita Ardoni Jafri kepada wartawan.
Dengan kemampuan lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, menurut Dita akan mendukung operasional pesawat itu di sejumlah lapangan udara berlandasan pendek di Indonesia maupun di negara-negara di Asia Fasifik.
Pesawat yang nantinya akan diproduksi di Indonesia itu, mampu membawa beban sampai 9 ton dengan kecepatan terbang normal 260 knot atau 480 kilometer per jam. Sebagai pesawat generasi baru dengan perangkat pendaratan retractable dan struktur bertekanan yang memungkinkan terbang pada ketinggian 25.000 kaki.
Terkait konsep arsitektur pesawat, juru bicara PTDI Rakhendi menuturkan pesawat itu berkonsep fleksible. Pesawat itu dilengkapi dengan Highly Integrated Avionics System yakni suatu sistem avionic modern terintegrasi berdasar pada Thales Topdeck Avionic Suite. "Pesawat ini bisa digunakan untuk peralatan sipil/militer, dan memiliki potensi pertumbuhan peralatan di masa depan serta sesuai dengan lingkungan dirgantara sipil dewasa ini," kata Rakhendi.
Sumber :
- Ismoko Widjaya, Nila Chrisna Yulika, http://nasional.vivanews.com/, Jumat, 22 Juni 2012, 16:40 WIB
- Julie Indahrini, http://www.forumkeadilan.com/, NO. 26 Tahun XX/31 Oktober - 6 Nopember 2011
Komentar
Posting Komentar