G-30S/PKI, Pemberontakan atau Perebutan Kekuasaan ?
Ilustrasi kelicikan PKI
Pagi hari tadi saya mendengar pengumuman di corong speaker masjid di tempat tinggal saya di Surabaya, bahwa hari ini tanggal 30 September 2014, kami wajib mengengibarkan bendera kesayangan saya : Sang Saka Merah Putih 1/2 tiang, mulai jam 06:00 sampai dengan jam 18:00 sore, sedangkan esok tanggal 1 Oktober 2014, kami wajib mengibarkan bendera 1 tiang penuh.
Setiap tanggal 30 September kita memperingati hari berkabung nasional mengenang sebuah peristiwa pembunuhan sejumlah pejabat TNI Angkatan Darat yang kita ketahui bersama dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia. Dalam gerakan yang dinamakan "Gerakan 30 September" atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober). Peristiwa yang terjadi pada dini hari selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965.
Setiap tanggal 30 September kita memperingati hari berkabung nasional mengenang sebuah peristiwa pembunuhan sejumlah pejabat TNI Angkatan Darat yang kita ketahui bersama dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia. Dalam gerakan yang dinamakan "Gerakan 30 September" atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober). Peristiwa yang terjadi pada dini hari selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965.
Pada era pemerintahan Presiden Suharto pada tanggal 30 September malam biasanya kita menyaksikan Film Pemberontakan G-30S/PKI ini di layar TVRI. Namun sejak era reformasi film ini tidak pernah diputar lagi, konon kata mereka ada "penyesatan sejarah" yang dilakukan oknum "Orde Baru" dalam film tersebut. Namun kita sebagai generasi muda mungkin perlu tahu dan menyaksikan film tersebut dan mencari kebenaran sejarah peristiwa bersejarah ini dalam berbagai referensi ilmiah si lembaga pendidikan anda.
Film "Pemberontakan G-30S/PKI" yang dibuatt oleh Arifin C Noer itu dibintangi oleh beberapa artis terkenal kala itu. Sebut saja Ade Irawan, Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Sofia WD. Dan film yang diproduksi tahun 1984 itu digolongkan dalam film berdurasi panjang dengan total waktu 220 menit dan dilatarbelakangi musik besutan Embie C Noer.
FILM DOKUMENTER Pengkhianatan G 30 S PKI
Pada hari kelam tersebut Pasukan Paspampres "Cakra Birawa" di bawah komando Letkol Untung bin Syamsuri mengambil paksa para perwira TNI Angkatan Darat Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
- Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/ Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
- Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
- Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, Ajudan Pribadi Jenderal TNI Abdul Harris Nasution
- Ade Irma Suryani Nasution, anak Jenderal TNI Abdul Harris Nasution
Pengambilan jenasah korban pembunuhan G-30S/PKI
Sumur Lubang Buaya
Pada tanggal 1 Oktober 1965, di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap :
- Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
- Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi.
Monumen Pancasila Sakti
Benarkah peristiwa ini murni pemberontakan atau perebutan kekuasaan antar petinggi TNI ? mari kita belajar bersama.
- Setelah penandatanganan Perjanjian Renville pada tahun 1948, hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya, Indonesia menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.
- Pada tanggal 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Jakarta setelah dua belas tahun di Uni Soviet. Politibiro PKI direkonstruksi, termasuk D.N. Aidit, M.H. Lukman dan Njoto. Pada 5 September 1948 dia memberikan pidato anjuran agar Indonesia merapat kepada Uni Soviet. Dan anjuran itu berujung pada peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur.
- Banyak unit bersenjata dari Partai Republik kembali dari zona konflik. Hal ini memberikan beberapa keyakinan sayap kanan Indonesia bahwa mereka akan mampu menandingi PKI secara militer. Unit gerilya dan milisi di bawah pengaruh PKI diperintahkan untuk membubarkan diri. Di Madiun kelompok militer PKI menolak untuk pergi bersama dengan perlucutan senjata para anggota yang dibunuh pada bulan September tahun yang sama.
- Pembunuhan itu memicu pemberontakan kekerasan. Hal Ini memberikan alasan untuk menekan PKI. Hal ini diklaim oleh sumber-sumber militer bahwa PKI telah mengumumkan proklamasi 'Republik Soviet Indonesia' pada tanggal 18 September dengan menyebut Musso sebagai presiden dan Amir Syarifuddin sebagai perdana menteri. Pada saat yang sama PKI mengecam pemberontakan dan meminta tenang. Pada 30 September Madiun diambil alih oleh TNI dari Divisi Siliwangi. Ribuan kader partai terbunuh dan 36 000 dipenjara. Di antara beberapa pemimpin yang dieksekusi termasuk Musso yang dibunuh pada 31 Oktober saat tertangkap di Desa Niten Kecamatan Sumorejo, Ponorogo. Diduga ketika Musso mencoba melarikan diri dari penjara. Aidit dan Lukman pergi ke pengasingan di Republik Rakyat Tiongkok. Namun, PKI tidak dilarang dan terus berfungsi. Rekonstruksi partai dimulai pada tahun 1949.
- Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30 tahun.
- Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan-pemogokan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas oleh kubu yang menentang PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.
DN Aidit berbicara pada pertemuan pemilu 1955
Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165.000 pada 1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959
- Pada Februari 1958 sebuah upaya kudeta yang dilakukan oleh kekuatan pro-AS antara militer dan politik sayap kanan. Para pemberontak, yang berbasis di Sumatera dan Sulawesi, memproklamasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia pada tanggal 15 Februari. Pemerintah Revolusioner yang terbentuk ini segera mulai menangkapi ribuan anggota PKI di daerah di bawah kendali mereka. PKI mendukung upaya Soekarno untuk memadamkan pemberontakan, termasuk pemberlakuan hukum darurat militer. Pemberontakan itu akhirnya dikalahkan.
- Pada bulan Agustus 1959 terjadi upaya atas nama militer untuk mencegah penyelenggaraan kongres PKI. Namun kongres digelar sesuai jadwal, dan ditangani oleh Sukarno sendiri. Pada tahun 1960 Sukarno meluncurkan slogan Nasakom, singkatan dari Nasionalisme, Agama, Komunisme. Dengan demikian peran PKI sebagai mitra junior dalam pemerintahan Sukarno resmi dilembagakan. PKI menyambut baik peluncuran konsep Nasakom, melihatnya dari segi front persatuan multikelas.
- PKI di Indonesia merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Sehingga dimungkinkan Indonesia hendak dijadikan "Uni Soviet ke-II", sehingga untuk misi ini Organisasi PKI mendapat dukungan penuh dari Uni Soviet dan RRC (silahkan baca buku sejarah/ referensi ilmiah sejarah).
- Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai memberikan 100.000 pucuk senjata chung secara "gratis dan tanpa syarat".
- Sebelum G-30S/PKI Organisasi PKI adalah Partai Politik terkuat, mempunyai akses langsung ke pusat kekuasaan yaitu Presiden Sukarno pada waktu itu, sehingga ia selalu berupaya memperlemah lawan politiknya dengan berbagai cara diantaranya TNI AD, Partai berbasis Agama (Masyumi) dan Nasionalis (termasuk PNI (Sekarang dikenal dengan nama Partai Demokrasi Indonesia)).
- Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara dengan slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya mereka.
- Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.
- Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
- Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965.
- Para korban pembunuhan adalah para perwira tinggi TNI AD yang sebelumya secara terang benderang menghalangi misi PKI membentuk Angkatan ke-lima.
- Pada sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno "disebut-sebut" memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono.
- Setelah "sukses" melakukan aksi "bunuh jendral", PKI langsung beraksi menguasai Kantor Telekomunikasi dan RRI dan Lanud Halim Perdana Kusuma dengan membawa serta Bung Karno (Presiden RI waktu itu). sebagai sandera atau tameng keamanan ??
- Para pemimpin PKI mengumumkan peristiwa pembunuhan tersebut pada tanggal 1 Oktober 1965, dan memproklamasikan kemenangannya terhadap para "Dewan Jendral" di Radio Republi k Indonesia.
- Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" = PKI yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat sehingga PKI wajib melenyapkan para Dewan Jendral tersebut.
- PKI telah memanfaatkan institusi negara Pasapampres Cakrabirawa untuk melancarkan proses kriminal meculik dan membunuh seorang Jendral TNI (rencana) dan Menteri/Panglima Angkatan Darat/ Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi, ini jelas peristiwa pemberontakan !
- Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara mendalam." (bergembira karena berhasil mengenyahkan lawan politik PKI ??)
- Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat Indonesia.
Let.Kol Untung dalam Mahmilub atas keterlibatannya dalam G30S/PKI
- Dalam Sidang Pengadilan Sipil maupun Militer para pelaku pemberontakan terbukti secara nyata bersalah sebagai pelaku (tersangka).
PANCASILA jiwa dan roh Bangsa Indonesia dahulu - sekarang - dan masa depan Indonesia !
Saya pribadi berpendapat bahwa peristiwa pembunuhan ini adalah sebuah "peristiwa pemberontakan terencana" yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia. dengan beberapa dasar pemikiran di atas, harapan saya, semoga sejarah adalah sejarah, jangan samapai sejarah terebut terlupa, atau dilupakan.
Tidak ada yang namanya pemutihan merahnya sejarah.
Apalagi untuk kepentingan pemutar balikan sejarah, hati-hati, hukum karma Tuhan !
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Referensi :
- http://en.wikipedia.org/wiki/Pengkhianatan_G30S/PKI
- http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
Komentar
Posting Komentar