Indonesia Juga "Berpotensi" Dihantam Asteroid, Namun Peluangnya Lebih Kecil ! !


Seperti Rusia yang mengalami bencana akibat ledakan meteor yang berasal dari asteroid pada Jumat (15/2/2013), Indonesia juga menjadi negara yang rawan dihantam oleh asteroid. Karenanya, kewaspadaan diperlukan.

Pakar astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, "Pada dasarnya potensi kejatuhan asteroid di berbagai belahan dunia memiliki probabilitas hampir sama, karena orbit asteroid tidak memiliki frekuensi tertentu."

Dihubungi Kompas.com, Minggu (17/2/2013), Thomas mengatakan, apabila lintasan orbit asteroid berpapasan dengan Bumi di satu lokasi tertentu, maka dapat diperkirakan asteroid itu kemungkinan akan jatuh di lokasi tersebut.

Sejarah membuktikan bahwa Indonesia pun rawan. Thomas menguraikan, berdasarkan catatan sejarah, Indonesia pernah dua kali menjadi lokasi tumbukan asteroid, antara lain di wilayah Maluku dan Sulawesi Selatan.

Kejadian pertama, pada tahun 1980-an, berdasarkan laporan Majalah Astronomi, sebuah asteroid jatuh di perairan Maluku. Asteroid ini sempat terdeteksi sistem satelit sebelum akhirnya menghantam bumi," katanya.


"Kejatuhan asteroid yang kedua terjadi belum lama ini, pada tahun 2008 di lepas pantai Bone, Sulawesi Selatan. Ukurannya 10 meter, dampak yang diakibatkannya pun tidak separah di Rusia. Namun saat kejadian, jejak asapnya sempat terlihat oleh penduduk di Pantai Bone,” tambahnya.

Karena rawan dihantam benda antariksa, Indonesia pun perlu meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pengawasan. Indonesia tak cuma rawan dihantam asteroid dan sejenisnya, tetapi juga rawan kejatuhan sampah luar angkasa. Namun demikian, Indonesia memiliki beberapa keberuntungan karena letak dan kondisi geografisnya.

Astronom Institut Teknologi Bandung (ITB), Hakim L. Malasan, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/2/2013) mengatakan, Indonesia beruntung karena memiliki geografis berbentuk kepulauan serta terletak di khatulistiwa.

Asteroid atau benda luar angkasa terdiri atas besi. Letak Indonesia di khatulistiwa menguntungkan dilihat dari teori medan magnetik.


“Besi merupakan salah satu material penyusun meteor atau asteroid, dan Bumi memiliki medan magnetik yang kuat di daerah lintang tinggi atau kutub (dibandingkan khatulistiwa). Mungkin itu sebabnya mengapa peristiwa kejatuhan meteor atau asteroid cenderung terjadi di lintang tinggi. Namun hal ini masih berupa hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya,” kata Hakim.

Keberuntungan lain adalah kondisi Indonesia yang berupa kepulauan. Kondisi ini meminimalisasi korban akibat hantaman asteroid atau benda langit lain. Asteroid kemungkinan besar akan jatuh di wilayah lautan daripada daratan.

Meski memiliki keberuntungan tersebut, hakim mengungkapkan bahwa Indonesia tetapn harus waspada. Ancaman tidak hanya datang dari asteroid.

Trayektori lintasan Asteroid 2012 DA14

"Bukan berarti Indonesia menjadi tidak waspada, karena posisi Indonesia pun sangat rawan untuk kejatuhan sampah luar angkasa. Peristiwa ledakan meteor di Rusia ini merupakan peringatan bagi kita untuk meningkatkan kewaspadaan kita akan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut di Indonesia," terangnya.

Penulis : Fifi Dwi Pratiwi
Editor :yunan
Sumber : http://sains.kompas.com/, Minggu, 17 Februari 2013, 15:50 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Prosedur dan Persyaratan Pengajuan Kredit Bank.

Jika Naga Hidup di Dunia Nyata, Bagaimana Cara Mereka Semburkan Api?

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Inilah : Satyrichthys welchi, Ikan Asal Aceh Yang Bentuknya Seperti Pesawat Tempur Siluman !

10 Video Dokumenter (Asli) Pada Jaman Penjajahan Belanda, Jepang dan Perang Kemerdekaan Indonesia : 1945 - 1949.