Mengenal Kiprah Paus Benediktus XVI, Pemimpin Gereja Katolik Roma 19 April 2005-28 Pebruari 2013.
Joseph Alois Ratzinger,
Paus Gereja Katolik Roma tanggal 19 April 2005-28 Pebruari 2013.
Masa Kecil.
Dalam usia 16 tahun, bersama dengan rekan sekelasnya, ia masuk korps antipesawat terbang dan menjalani latihan militer di Kamp Infanteri Wehcrmacht November 1944. Rupanya ia tidak kerasan menjadi tentara. Tahun 1945 ia desersi dan kembali ke Traunstein. Di sana ia ditangkap dan ditawan oleh tentara Amerika. Juni 1945 ia dilepaskan dan kembali pulang ke rumah dengan menumpang truk pengangkut susu.
Tanggal 25 November 1981 ketika Vatikan memanggilnya untuk memanggul tugas yang lebih besar yaitu Ketua Kongregasi Ajaran Iman, posisi yang diembannya hingga ia terpilih menjadi paus pada 18 April 2005.
Ia menjadi Ketua Dewan Kardinal pada November 2002. Sebagai Ketua Dewan Kardinal, ia memanggil para Kardinal di seluruh dunia untuk menghadiri konklaf, sidang pemilihan paus, yang akhirnya memilih dirinya menjadi Uskup Roma, servus servorum Dei (hamba dari segala hamba Allah), penerus Santo Petrus, Wakil Kristus di dunia.
Karier dan pandangan
Dia telah merupakan salah satu tokoh terpenting di Vatikan dan rekan dekat Yohanes Paulus II sebelum menjadi Paus. Dia juga memimpin pemakaman Yohanes Paulus II dan konklaf tahun 2005 yang memilihnya. Pada sede vacante terakhir, dia adalah pejabat dengan posisi tertinggi dalam Gereja Katolik Roma.
Benediktus dianggap sebagai seorang tradisionalis — perlindungannya yang ketat terhadap prinsip-prinsip Kepausan. Dia adalah seorang pengkritik homoseksualitas, pernikahan kelamin sejenis, euthanasia, dan aborsi.
Sebagai Kardinal, ia menulis buku Truth and Tolerance yang mencela penggunaan toleransi sebagai alasan untuk menyimpangkan kebenaran. Benediktus XVI juga mengikuti Konsili Vatikan II dan secara konsisten terus menerus mempertahankan hasil Konsili tersebut termasuk Nostra Aetate, dokumen yang menekankan pada rasa saling menghormati dengan agama lain dan pernyataan hak kebebasan beragama. Selama Konsili ia dianggap berpandangan liberal.
Sebagai Ketua Dewan Kepausan untuk Doktrin Iman, Benediktus XVI menjelaskan posisi Gereja Katolik dengan agama lain dalam dokumen Dominus Iesus yang juga berbicara tentang dialog antar gereja.
Pada tanggal 29 Mei 2007, ia berencana akan memulihkan kantor khusus Vatikan yang menangani hubungan dengan umat Muslim, setahun setelah ia dikritik karena membubarkan kantor tersebut.
Tidak kenal kompromi
Sikapnya keras. Tidak kenal kompromi terhadap mereka yang memiliki pandangan berbeda dengan kebijakan Gereja. Ia adalah orang yang berada di belakang sikap keras Vatikan terhadap teologi pembebasan, pluralisme religius, dan pandangan-pandangan baru yang dianggap bertentangan dengan ajaran moral tradisional seperti masalah homoseksual dan imam (pastor) wanita.
Tentang teologi pembebasan yang muncul pada paruh kedua abad ke-20, pandangan teologis Ratzinger, yang waktu itu belum menempati posisi di Vatikan, tidak bisa disangkal sangat memengaruhi sikap Vatikan. Dari balik tembok kampusnya di Jerman, ia menyerukan, ajaran teologi yang tumbuh dan dikembangkan oleh sejumlah pastor dan teolog Amerika Latin ini bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai Gereja Katolik.
Teologi pembebasan yang memfokuskan ajarannya pada hak asasi manusia dan keadilan sosial mengombinasikan teologi Kristen dengan aktivisme politik. Sebagian ajaran itu memang sesuai dengan ajaran sosial Gereja. Namun, Vatikan menolaknya karena keberatan dengan ajaran yang menggabungkan teologi dengan gagasan kaum Marxis seperti soal pertentangan kelas.
Pada tahun 1979, Paus Johanes II dalam kunjungannya ke Meksiko menegaskan, "Konsepsi Kristus sebagai figur politik, seorang revolusioner, seorang pemberontak dari Nazareth, tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik."
Editor Majalah Jesuit, Pastor Thomas Reese, SJ, seperti dikutip The Christian Science Monitor, mengatakan, dipilihnya Ratzinger oleh 115 "pangeran Gereja" (kardinal) seperti menandakan bahwa para pimpinan Gereja Katolik ingin menjaga kontinuitas ajaran yang diwariskan oleh Paus Johanes Paulus II.
Menurut Reese, pimpinan Gereja seperti ingin mengatakan, "Kami tidak menginginkan perubahan di bidang ajaran atau kebijakan. Ini (keputusan memilih Ratzinger) adalah keputusan untuk melanjutkan sentralisasi Gereja, dan kontrol atas segala hal, tidak ada pernah ada perbedaan dan diskusi."
Menurut pengamat Vatikan John Allen yang menulis biografi "Cardinal Ratzinger: The Vatican’s Enforcer of the Faith", Ratzinger berubah haluan menjadi "kanan" sejak protes mahasiswa Marxis dan Atheis meluas melanda kawasan Eropa pada tahun 1968. Sejak itu ia berketetapan hati untuk mempertahankan ajaran iman melawan apa yang disebutnya dengan perkembangan sekularisme.
Dalam khotbahnya, saat memimpin misa yang menandai dibukanya konklaf, Senin (18/4/2013), Ratzinger mencoba mempertanggungjawabkan sikapnya selama ini. Menurutnya, Gereja harus menjadi acuan yang pasti di tengah pemikiran atau ajaran yang saling tarik menarik.
Dia mengemukakan, Gereja Katolik selama 20 tahun terakhir menghadapi berbagai ajaran baru. Berbagai pemikiran-pemikiran kecil seperti diombang-ambingkan oleh gelombang pemikiran besar.
"Manusia diombang-ambingkan dari pengaruh kolektivisme ke individualisme radikal, dari ateisme ke mistik religius yang seringkali ekstrem dan aneh, dari agnotisme ke sinkretisme. Bahkan, kita juga mengalami setiap hari muncul sekte-sekte baru. Dan, Gereja Katolik juga ikut tertempa berbagai arus pemikiran itu hingga muncul pandangan bahwa mereka yang memiliki iman Katolik yang kuat dicap sebagai fundamentalisme," jelas Ratzinger.
Paus Benediktus XVI, Paus Pertama yang memilik akun Twitter.
Pada 12 Desember 2012, Paus Benediktus mulai menggunakan media sosial Twitter untuk mengirimkan pesan dan menjawab berbagai pertanyaan seputar inti misa mingguan dan pesan-pesan khusus menyangkut peristiwa besar dunia, termasuk bencana alam. Paus akan menggunakan nama "@pontifex" di akun Twitter yang memiliki arti "pembangun jembatan" dan mengacu pada kata "Paus" . "Kawan-kawan terkasih, saya senang bisa berkomunikasi dengan Anda melalui Twitter. Terima kasih atas tanggapan Anda yang baik. Saya memberkati Anda semua dari lubuk hati saya," begitulah pesan pertamanya.
Setelah pesan pembukaan tersebut, Paus Benediktus mengirim dua pesan lanjutan. Kedua pesan itu berkaitan dengan promosi dari Year of Faith atau Tahun Keyakinan. "Bagaimana kita merayakan Tahun Keyakinan dengan lebih baik dalam kehidupan sehari-hari?" tanya Paus. Dia pun menjawab, "Dengan berbicara kepada Yesus dalam doa, mendengarkan yang disampaikanNYA dalam firman dan mencariNYA bagi yang membutuhkan."
Terpilih Sebagai Paus.
Ketika ia terpilih sebagai paus dalam konklaf atau sidang pemilihan paus di Kapel Sistina, Basilika Santo Petrus, Vatikan, Selasa (19/4/2005), tidak banyak yang terkejut. Tidak seperti pendahulunya, Johanes Paulus II, yang sebelum terpilih tidak dikenal orang, Kardinal Ratzinger begitu terkenal.
Menjelang berlangsungnya konklaf, nama Kardinal Ratzinger sudah disebut-sebut sebagai calon kuat paus baru. Ada anekdot seputar konklaf, mereka yang masuk sebagai paus akan keluar sebagai kardinal. Artinya, mereka yang disebut-sebut sebagai calon kuat acap kali tidak terpilih.
Dalam sejarah Gereja Katolik Roma, selalu sulit untuk menerka siapakah paus baru yang akan muncul sebagai hasil konklaf. Namun, saat itu sejarah telah memilih jalannya sendiri. Ratzinger yang masuk sebagai "paus" keluar dan muncul di balkon Basilika Santo Petrus sebagai paus.
Kardinal Ratzinger adalah orang kepercayaan Paus Johanes Paulus II. Lebih dari sekadar orang kepercayaan, ia kerap disebut sebagai arsitek kebijakan Gereja Katolik Roma menyangkut doktrin ajaran iman. Tidak berlebihan, sebab sejak tahun 1981, dalam struktur takhta suci, ia adalah Kepala Kongregasi Ajaran Iman, sebuah lembaga yang memiliki kewenangan dalam menentukan kesesuaian sesuatu dengan ajaran iman Katolik.
Paus terakhir yang bergelar nama kepausan Benediktus, Paus Benediktus XV, bertugas sebagai dari 1914 hingga 1922 pada masa Perang Dunia I.
Mengundurkan Diri.
Paus pertama yang mengundurkan diri adalah Paus Celestinus V pada tahun 1284 karena alasan kesehatan dan yang kedua adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415 karena alasan politis.
"Untuk alasan ini, dan dengan penuh kesadaran atas seriusnya hal ini, serta dengan kebebasan penuh, saya menyatakan bahwa saya meninggalkan jabatan sebagai Uskup Roma, penerus Santo Petrus," ucap Paus Benediktus dalam pernyataan resmi yang dikirim Vatikan, Senin (11/2/2013).
Pengunduran diri ini pertama kali disampaikan oleh Juru Bicara Vatican, Federico Lombardi."Paus mengumumkan bahwa dirinya akan meninggalkan kepemimpinannya pada 28 Februari pukul 20.00," kata Federico.
Paus Benediktus XVI mengumumkan, ia akan mengundurkan diri terhitung pada 28 Februari 2013 pukul 20.00. Paus mengatakan, karena faktor usia dirinya tak lagi memiliki kekuatan untuk menjalankan tugas-tugas kepausan. Usianya menjelang 86 tahun. Terhitung sejak tanggal 1 Maret 2013 Benediktus XVI menyatakan tidak akan menjabat sebagai paus lagi karena alasan kesehatan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan tanggal 11 Februari 2013 disebutkan bahwa ia "tidak lagi memiliki kekuatan untuk menjalankan tugas-tugas kepausan". Pengunduran diri dimungkinkan dalam kepausan, sebagaimana tercantum dalam Canon 332 Paragraf 2 dari Codex Hak-hak Kanonik.
Dibanding paus sebelumnya, kepemimpinan Paus Benediktus XVI memang sangat singkat, delapan tahun. Paus sebelumnya, Paus Johanes Paulus II, memimpin tahta Santo Petrus selama 27 tahun, sejak 16 Oktober 1978 hingga 2 April 2005.
Sumber :http://pustakadigitalkristiani.blogspot.com/, 12 Februari 2013.
Komentar
Posting Komentar