66 TAHUN PENGABDIAN TNI ANGKATAN UDARA


Peringatan Hari Ulang Tahun TNI Angkatan Udara ke 66 diwarnai aksi Jupiter Aerobatic Team. JAT merupakan rangkaian manuver akrobatik udara dengan menggunakan pesawat latih tempur KT 1-B  yang diawaki para Instruktur Penerbang Lanud Adisutjipto.


Aksi enam pesawat latih pabrikan Korea Selatan ini membentuk sejumlah formasi udara Jupiter Roll (berputar 360 derajat), Arrow Head Loop (formasi anak panah), Hi G Turn, Clover Leaf (menanjak 90 derajat dan berputar 90 derajat), Tango Diamond Loop, Mirror (terbang terbalik), Manuver Heart, Roll Slide (menari di udara) dan sebagai atraksi pamungkas. Arrow Head Loop and Bomb Burst yakni pesawat menanjak manuver loop dan memecah layaknya pecahan bom.

Aksi berikutnya adalah formasi Kalin Kencana Flight yakni aksi penyelamatan udara dan pengawalan pesawat Boeing 737 dengan 2 pesawat F-16 Fighting Falcon  dan 4 pesawat Sukhoi SU27/30 Flanker dengan ketinggian 500 meter dan melaju dengan kecepatan 400km/jam pimpinan Letkol Pnb Bambang Gunarto.

Dalam demo operasi udara kali ini juga menampilkan aksi pengintaian udara oleh pesawat Boeing 737, CN 235. Sementara Hawk 100/200 melakukan armed force recce dan dua pesawat tempur milik RI F 16 Sukhoi melakukan penyerangan udara dengan menjatuhkan 16 bom seberat 8 ton


Setelah itu Pesawat C-130 membawa 66 peterjun TNI AU berada tepat di atas dropping zone dan tengah melakukan dropping. Satu demi satu peterjun telah keluar dari pesawat pada ketinggian 7500 feet diatas permukaan bumi. Teknik penerjun free fall ini digunakan oleh pasukan khas TNI AU untuk melakukan penyusupan ke daerah musuh baik dalam rangka penyusupan pasukan pengendali tempur maupun kendali depan operasi lintas udara (KDOL).

Pasukan elit TNI AU Paskhas Den Bravo juga ikut diturunkan dalam memeriahkan HUT TNI AU ke 66. Satu Batalyon tempur elit TNI AU itu melakukan aksi penyusupan  dan perebutan pangkalan udara milik musuh.



Sejarah TNI Angkatan Udara.

TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.


Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pemboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard, PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.

Bomber B-25 Mitchel milik AURI

Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, dan pemburu Lavochkin La-11. Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora.
MiG-21 F13

TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi dibawah dipimpin oleh KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani awal 1960-an.

Pada awal 1970, Kepala Angkatan Udara, Suwoto Sukandar, mengatakan bahwa situasi suku cadang berarti bahwa hanya 15 -20 persen dari pesawat itu layak terbang. Kekuatan MiG dibuat nya perpisahan penerbangan dengan flypast Jakarta pada 1970. Yang relatif baru MiG-19s dijual ke Pakistan. Pada bulan Oktober 1970, hanya satu Tu-16 masih terbang, tapi setelah kegagalan mesin dalam penerbangan, juga sudah grounded.

Angkatan Udara Indonesia.Indonesia segera pulih dengan menerima pesawat tempur eks Angkatan Udara Australia (RAAF) CAC Sabres - sebuah desain ulang-Australia dari F-86 Sabre - untuk menggantikan mereka MiG-21. The Sabre digunakan oleh TNI-AU sampai tahun 1982. Pada tahun 1973, Amerika Serikat memasok bantuan militer termasuk pelatih T-33 dan UH-34D helikopter dengan imbalan empat tua MiG-21 F13. Selama tiga tahun ke depan, Amerika Serikat memberikan 16 Rockwell OV-10 Bronco kontra-pemberontakan pesawat dan F-5E / F Tiger II, dengan imbalan yang Angkatan Udara Indonesia diserahkan mayoritas sisa MiG-21F13 , yang digunakan untuk membentuk skuadron Angkatan Udara AS Agresor. Para Angkatan Udara Indonesia juga mengambil bagian dalam invasi Indonesia tahun 1975 Timor Timur. Indonesia juga membeli BAE Hawk Mk 53 dari Inggris pada 1970-an.


Pada awal 1980-an, Angkatan Udara, mendapatkan (membeli) ex-Israel Angkatan Udara  A-4E Skyhawk . Angkatan Udara personil dikirim secara rahasia oleh rute yang berbeda dan akhirnya Indonesia menerima 32 pesawat.. Pada tahun 1982, Indonesia membeli 16 Northrop F-5E / F Tiger II dari Amerika Serikat untuk menggantikan mereka Sabres. Ini ditingkatkan di Belgia dari tahun 1995.

Selama 1986-1988, terjadi persaingan ketat untuk kontrak untuk menyediakan seorang pembom tempur baru, antara General Dynamics F-16 dan Dassault Mirage 2000, (terutama setelah Air Show Indonesia di 1986). Indonesia memesan 12 F-16A / B Fighting Falcon Block 15 OCU untuk memperkuat Angkatan Udara Indonesia di tahun 1989. Perintah tindak lanjut selama 9 F-16A Blok-15 OCU dibatalkan demi dari 24 Su-30 MKK, urutan ini juga dibatalkan karena Krisis Keuangan Asia 1997. Angkatan Udara Indonesia awalnya direncanakan untuk memperoleh 60 F-16 untuk menutupi dan membela 12 juta nya kilometer persegi wilayah. Sebanyak 10 F-16A dan F-16B masih dalam pelayanan dengan Angkatan Udara Indonesia:. 2 pesawat jatuh di dua kecelakaan berbeda. Namun, hanya beberapa ini masih diservis.


Angkatan Udara Indonesia memerintahkan delapan BAE Hawk Mk 109 dan 32 Mk 209 pada tahun 1993. Yang terakhir ini disampaikan pada Januari 1997.

Pada tahun 1999, Militer Indonesia melancarkan intervensi militer setelah referendum Timor Timur itu. Hasilnya adalah bahwa lebih dari 1.500 warga sipil tewas dan 70 persen infrastruktur Dili dihancurkan. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan Uni Eropa kedua yang dikenakan embargo senjata. Meskipun Uni Eropa memilih untuk tidak memperpanjang larangan pada tahun 2000, Amerika Serikat tidak mengangkat embargo sampai November 2005. Selama embargo ini, pemerintah Indonesia berpaling ke Rusia untuk memasok mereka dengan senjata termasuk pesawat tempur, helikopter, rudal, radar dan peralatan lainnya. Pada tahun 2002, Angkatan Udara Indonesia terus menggunakan seluruh aktiva terhadap separatis lokal, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Papua Merdeka (Organisasi Papua Merdeka, OPM). Dalam konflik dengan GAM di Aceh, Angkatan Udara Indonesia dimanfaatkan OV-10F untuk melawan pemberontakan tindakan bersama dengan BAe Hawk 53 dan 209 dengan sukses besar.

Pada tahun 2003, Angkatan Udara menerima dua Sukhoi Su-27 dan dua Sukhoi Su-30 dari Rusia. Para pejuang yang sebagian dibayar di minyak sawit Indonesia. Pembelian tersebut, bagaimanapun, tidak termasuk persenjataan apapun. Tanpa diketahui untuk sebagian besar, Tujuh KT-1b pelatih dasar Korea juga dibeli.

Pada tahun 2005 Angkatan Udara yang mengalami krisis logistik. F-16 dan A-4 Skyhawk, yang menyumbang 80% dari aset tempur udara, berada pada tingkat minimum atau nihil kesiapan tempur.  


Untuk menanggapi krisis, pada tahun 2006, Angkatan Udara Indonesia memesan tiga Sukhoi Su-27SKM dan tiga Sukhoi Su-30MK2 untuk melengkapi satu skuadron penuh. Hal itu juga diumumkan bahwa pesawat empat diperoleh pada tahun 2003 tidak aktif dan menunggu upgrade dari sistem komunikasi mereka, karena mereka tidak sesuai dengan sistem bahasa Indonesia digunakan. Pesawat tambahan akan dipesan dengan sistem sesuai dengan standar Indonesia dan internasional dan juga akan mencakup persenjataan baru untuk semua varian. Sebuah lanjut 12 KT-1b pelatih dasar Korea juga dipesan pada tahun 2006.

Pada Maret 2008, Bahasa Indonesia Angkatan Udara memesan 8 Embraer EMB-314 Tucano dari Brazil super untuk menggantikan nya Rockwell OV-10F Bronco.

Dalam kunjungan Presiden AS Barack Obama pada November 9-10, 2010 di Jakarta, TNI-AU Angkatan ditawari 24 mantan USAF F-16 Fighting Falcon Block 32 secara gratis.Pada bulan Oktober 2011, DPR memiliki menyetujui hibah. Jet tempur akan ditingkatkan mirip dengan varian Blok 50/52 dengan pembayaran. TNI-AU juga maju dalam pengaktifan kembali 10 unit seluruh F-16 Fighting Falcon Block 15 OCU, yang mengakibatkan reaktivasi TS -1606, TS-1609 dan TS-1612 baru-baru ini. Untuk mengganti Fokker F-27, TNI-AU juga akan menyelesaikan pilihan mereka apakah membeli 6 unit Italia Alenia C-27j Spartan atau 12 unit Spanyol CASA C- 295 dengan 6 unit akan dibagi ke yang lain instansi pemerintah Indonesia dan produksi bersama dengan PT. Dirgantara Indonesia. 

TNI-AU juga akan membeli varian baru dari Eurocopter EC-725, berencana untuk membeli 9 - 12 unit Lockheed C-130 J, untuk penggantian F-5E / F Tiger II 18 unit TNI AU menyeleksi  JF-17 Thunder buatan Cina-Pakistan, Sukhoi Su-35 Flanker buatan Rusia atau JAS-39 Gripen buatan Swedia.

Kendaraan udara tak berawak baru juga akan dibeli untuk memperkuat TNI-AU pengamatan udara di Pangkalan Angkatan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Pada kesempatan lain, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa TNI-AU secara bertahap akan membeli total 180 Su-27 dan Su-30 untuk melengkapi kebutuhan 10 skuadron.

Indonesia bekerja sama dengan Korea Selatan untuk bersama-sama mengembangkan dan mendapatkan pejuang KFX jet. Indonesia dibiayai 20 persen saham proyek dan akan menerima 50 pesawat tempur sementara Korea Selatan akan mendapatkan 200 jet. Juru bicara Kementerian Pertahanan menyatakan bahwa jet tempur akan lebih tinggi di kelas dari F-16 tetapi lebih rendah dari F-35. Proyek ini dimulai pada tahun 2009 dan prototipe pertama akan menggelar pada 2020. 

Pada bulan April 2011, menegaskan bahwa Indonesia akan membeli 16 jet supersonik pelatih KAI T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan untuk menggantikan pesawat latih BAE Hawk MK-53. Pada bulan Juni 2011, Indonesia ditandatangani kontrak akhir dari Tucano super sebagai pengganti OV-10 Bronco. empat pesawat tiba di Indonesia Maret 2012. Pada bulan Agustus 2011, Indonesia mengumumkan bahwa mereka akan memperoleh G120TP Grob untuk kebutuhan dasar pelatih yang kemungkinan akan menggantikan pesawat latih FFA AS-202 Bravo dan T-34 Mentor Beechcraft.

Pada tanggal 29 Desember 2011 Indonesia berkomitmen untuk membeli 6 Sukhoi Su-30MK2 jet tempur dalam kontrak pengadaan $ 470.000.000 ditandatangani oleh Departemen Pertahanan dan Rusia JSC Rosoboronexport, rencana akan dikirimkan tahun 2013 (saat ini heboh mark-up harga pembelian di DPR). 

Pada bulan Januari 2012, Pemerintah Australia dan Indonesia sedang memproses transfer 4 menggunakan pesawat Lockheed Martin C-130H Hercules Angkatan Udara Indonesia di tahun 2012 yang telah disetujui oleh AS sebagai produsen Hercules. Pada tahun 1960, Indonesia adalah pengguna asing pertama dari pesawat angkut berat taktis.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang disingkat KASAU yang pada saat ini dijabat oleh Marsekal Imam Sufaat. Saat ini TNI-AU memiliki dua komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar.



Inventaris Pesawat TNI Angkatan Udara Saat ini.
  • Penyerang (Attack) Su-30, Su-27, Hawk Mk. 209
  • Penempur (Fighter) Su-27, Su-30, F-16 , F-5

  • Pemburu (Interceptor) Su-27, F-16, F-5
  • Patroli (Patrol) Boeing 737-2X9 Surveiller, CN-235MPA, NC-295 AEW
  • Latih (Trainer) KT-1, Hawk Mk.53/Mk.109, T-34, TA-4H/J, AS/SA-202, SF.260
  • Angkut (Transport) C-130, CN-235, F-27, F-28, NC-295, NC-212, 737-2Q8
Sumber : 
  1. http://id.wikipedia.org/, Jumat, 6 April 2012, 09.59 WIB
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_Air_Force, Kamis,  6 April 2012, 09.59 WIB
  3. http://nasional.vivanews.com/ , Senin, 9 April 2012, 10:42 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?

Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Segala Hal Tentang Punokawan Wayang.

Makin Banyak Bayi Berkepala Peyang !!??