Geng Motor Menggila Polisi dan TNI Kewalahan.
Pengamat kriminal Adrianus Meliala menilai maraknya aksi geng motor terjadi karena kesalahan polisi sendiri dalam menanganinya. “Polisi terlalu reaktif. Padahal yang dibutuhkan adalah cara proaktif atau preventif, karena geng motor tidak muncul tiba-tiba,” ujarnya kemarin.
Dua pekan terakhir, "sekelompok anak muda bergerombol mengendarai sepeda motor"--kerap disebut geng motor--melakukan aksi yang meresahkan warga. Setidaknya tiga tewas (dua orang di Jakarta, satu di Makassar) dan belasan lainnya luka-luka akibat aksi brutal mereka.
Adrianus mengatakan terbentuknya geng motor karena serangkaian fenomena :
Rekaman CCTV Geng Motor Sebelum Beraksi
- berkumpul nongkrong di pinggir jalan,
- berlanjut balapan liar,
- berkonvoi,
- lalu mencari musuh
Karena geng motor kini sudah menjamur, menurut dia, polisi harus bekerja keras menindaknya. “Jangan ragu-ragu dan cepat kalah.”
Pada saat bersamaan, Adrianus melanjutkan, polisi bisa mengerahkan bina mitra masyarakat melakukan pendekatan terhadap anak-anak yang kerap "nongkrong" dan berpotensi membentuk geng motor. “Perlu personel khusus yang paham soal anak muda. Jangan menyamakan geng motor dengan kelompok preman atau kriminal."
Hal senada diungkapkan pengamat sosial Imam Prasodjo. Dia menilai maraknya geng motor karena lemahnya polisi dalam bertindak. Menurut dia, jika polisi ragu memberikan sanksi kepada pelaku, motornya bisa disita. “Tahan yang lama sekalian. Represif pada alat,” katanya.
Imam menilai ada empat cara yang bisa dilakukan polisi untuk menangani geng motor. Salah satunya identifikasi. Dengan cara ini, kata dia, polisi tidak akan sulit mengidentifikasi geng inti. “Kalau yang inti sudah diringkus, bawahan-bawahannya akan ikut semua.”
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan telah memerintahkan kepolisian dan Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia segera mencari dan menangkap para pelaku kriminal yang disebut-sebut sebagai geng motor. “Siapa pun mereka, apakah oknum TNI atau warga sipil, apabila terbukti, harus dibawa ke pengadilan," ucapnya.
Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, membantah tudingan tersebut. Menurut dia, polisi sudah melakukan antisipasi mencegah terjadinya aksi pengeroyokan oleh geng motor. “Polda dan TNI AL sudah melakukan operasi gabungan,” ujarnya kemarin. Menurut dia, operasi sebagai upaya agar tidak terjadi aksi balasan.
Aksi geng motor di Sumatera Utara
Rikwanto juga mengatakan polisi tidak bisa serta-merta melarang seseorang berkumpul. “Kalau mereka berkumpul dan tidak bertindak jahat, tidak akan kami tangkap."
Penulis : Istman MP, Prihandoko, Aditya Budiman, Sukma
Sumber : http://www.tempo.co/, Senin, 16 April 2012, 07:45 WIB
Komentar
Posting Komentar