Edward Snowden Pahlawan atau Pengkhianat ?
Edward Snowden bisa jadi dianggap pengkhianat oleh negaranya, namun bagi warga dunia ia adalah pahlawan yang membukakan mata semua orang bahwa semua aktivitas internet kita semua, baik yang di enkripsi maupun tidak sama-sama bisa dipantau oleh NSA. Sebenarnya masyarakat awam tidak perlu terlalu khawatir terhadap NSA karena badan tidak memiliki cukup sumber daya dan kepentingan untuk mengurusi orang awam dan lebih memfokuskan pada kegiatan strategis seperti kontra terorisme atau memata-matai korporasi atau negara lain yang memiliki nilai strategis bagi negaranya. Konon, satu-satunya kepala negara yang tidak bisa disadap oleh NSA adalah Perdana Menteri India karena tidak memiliki telepon selular, apalagi email.
Yang menjadi kekhawatiran para pengamat sekuriti adalah cara NSA menjalankan aksinya menyadap dan mendekripsi data yang didapatkannya. Alih-alih menggunakan kecanggihan teknologi untuk menembus enkripsi yang ada dan jika hal ini memang bisa dilakukan, tentunya akan memberikan sumbangan bagi kemajuan teknik enkripsi yang ada. Sebaliknya NSA malah menggunakan kekuasaannya untuk menekan perusahaan-perusahaan penyedia layanan enkripsi yang mayoritas berada di Amerika Serikat untuk melemahkan perlindungan enkripsi mereka yang sebenarnya sudah kuat dan secara teoritis membutuhkan waktu jutaan tahun untuk didekripsi dengan komputer yang saat ini. Perusahaan-perusahaan ini ditekan untuk membuat celah keamanan pada enkripsi mereka sehingga ketika NSA mendapatkan data sadapan yang dienkripsi dengan metode tersebut, mereka dapat melakukan dekripsi dengan mengeksploitasi celah keamanan yang telah di tanam dengan sengaja. Bayangkan jika informasi celah keamanan ini jatuh ke tangan orang jahat, enkripsi yang selama ini menjadi andalan utama pengguna jasa internet dan penyedia layanan e-commerce akan menjadi tidak berguna dan semua data yang selama ini hampir tidak mungkin didekripsi menjadi terbuka hanya dengan melakukan eksploitasi pada celah keamanan yang sengaja ditanamkan oleh penyedia jasa enkripsi sendiri. Kemungkinan hal ini menjadi salah satu faktor utama pihak Google dan Yahoo bergegas meninggalkan enkripsi 1014 bit dan buru-buru beralih ke enkripsi 2048 bit di tahun 2014 untuk melindungi trafik data layanan mereka.
Selain dari aksi NSA yang kurang terpuji, dokumen yang dibocorkan oleh Snowden juga memberikan informasi bahwa Australia memata-matai presiden Indonesia, ibu negara dan 10 pejabat penting negara. Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum bahwa kedutaan besar adalah pusat kegiatan mata-mata bagi setiap negara. Dan pemerintah Indonesia kelihatannya cukup marah dan meminta Australia untuk menjelaskan insiden ini / meminta maaf.
Sebenarnya seberapa penting permintaan maaf dari pemerintah Australia ? Apakah dengan meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukan hal ini di kemudian hari akan menyelesaikan masalah ?
Pertama-tama, penulis merasa agak sulit untuk berharap bahwa ada negara yang berjanji untuk tidak memata-matai negara lain tetapi mereka memiliki dinas rahasia. Salah satu tugas utama dinas rahasia adalah memata-matai negara lain dan kalau negara berjanji untuk tidak memata-matai berarti ia harus membubarkan dinas rahasia dan semua badan terkait yang dimana hal tersebut tidak mungkin karena akan melemahkan negara tersebut dari aktivitas mata-mata musuh. Dapat dipastikan, sampai kapanpun, aktivitas saling memata-matai akan tetap berlangsung. Mau atau tidak mau. Karena itu sikap yang terbaik yang dapat diambil pemerintah Indonesia saat ini adalah mengikuti saran Ebiet G Ade, Introspeksi ke dalam. Apakah kebijakan yang kita lakukan selama ini bisa mencegah kita untuk di mata-matai atau malahan mempermudah aktivitas mata-mata.
Sebagai contoh, usaha Lenovo dan beberapa perusahaan lain untuk membeli Blackberry kandas bukan karena tidak cocok dengan harga yang diajukan oleh Blackberry tetapi karena tidak direstui oleh pemerintah Kanada, karena mereka takut jika perusahaan asing menguasai jaringan Blackberry yang melayani begitu banyak komunikasi pemerintah Kanada akan membahayakan kepentingan nasional. Hal ini harusnya membuka mata kita bahwa data center Blackberry ada di Kanada dan semua komunikasi dan pertukaran data yang dilakukan melalui jaringan Blackberry dapat dipastikan dapat diakses oleh Blackberry dan mereka mau tidak mau tunduk pada tekanan pemerintah tempat domisili perusahaannya.
Salah satu negara yang menyadari dan kelihatannya dengan sadar melakukan kebijakan dalam negeri yang cukup tepat untuk menghindari kebocoran data dan ketergantungan tinggi pada jaringan internet global yang notabene backbonenya mayoritas melalui Amerika Serikat adalah China. Layanan internet yang populer di dunia seperti Facebook, Twitter, Global, Line, Ebay dan Yahoo kurang mendapatkan tempat di China digantikan oleh layanan lokal sejenis seperti Qzone, Tencent Weibo, Sina Weibo, Pengyou dan RenRen. Bahkan dalam perjalanannya China mampu menelurkan banyak produk kelas dunia seperti WeChat yang banyak digunakan oleh penggemar messaging.
Yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya. Tiga penyedia layanan telekomunikasi terbesar Indonesia mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemodal asing. Kita bangga dikatakan sebagai salah satu pengguna terbesar Facebook dan Twitter, kita bangga sebagai bangsa konsumtif yang menjadi salah satu pasar terbesar Blackberry. Akses backbone internet Indonesia baik fiber optik maupun satelit umumnya harus melewati Singapura.
Namun, kita jangan berkecil hati. Meskipun pada umumnya negara maju mendominasi penguasaan teknologi, namun dengan keterbukaan internet ini banyak hal-hal mengejutkan yang bisa dilakukan oleh negara berkembang yang secara teoritis kalah dari sumberdaya dan akses pada teknologi.
Beberapa hal yang membuktikan hal ini adalah kemampuan China yang berhasil menjadi tuan di rumahnya sendiri. Di dunia militer, Iran yang secara teknologi kalah dari Amerika Serikat mampu mengambil alih pesawat drone Amerika berteknologi canggih yang melewati wilayah udaranya (yang secara resmi diklaim mengalami kerusakan oleh Amerika Serikat).
Indonesia memiliki sumberdaya yang handal namun yang menyedihkan adalah banyak sumberdaya terbaik Indonesia malahan kurang dihargai di negaranya dan malah harus mencari sesuap nasi di luar negeri. Kalau kita mau maju, cobalah untuk introspeksi ke dalam dan lakukan hal antisipasi strategis dari saat ini. Marah boleh, klakson 3 kali juga boleh, bakar bendera juga boleh asal tidak salah negara. Tetapi jangan hanya marah saja, yang lebih penting adalah lakukan tindakan strategis dan cerdik untuk menguasai kembali sektor-sektor kritis guna mendapatkan kontrol pada akses data. Jangan sampai polisi atau pemerintah Indonesia harus mengemis ke RIM hanya untuk mendapatkan data akses Blackberry dari koruptor dan kriminal.
Ingat, keledai tidak pernah terperosok pada lubang yang sama.
Sumber : http://www.vaksin.com/
Komentar
Posting Komentar