Kisah Kepahlawanan Awak Kereta KRL Commuter Line Di Peristiwa Tabrakan Kereta Vs Truk Tanki di Bintaro.
Tabrakan hebat terjadi antara Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang dengan sebuah truk gandeng berisi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melintas di Jalan Bintaro Permai 3, Jakarta Selatan, pada Senin (9/12/2013) siang. Kereta Commuter Line yang dinahkodai oleh Darman Prasetyo akhirnya terguling 2 gerbong di depannya setelah berbenturan langsung dengan truk yang berisi 24 kiloliter BBM itu. 2 gerbong kereta di bagian depan hangus terbakar setelah truk tersebut meledak ketika tertabrak kereta.
Jenazah masinis Darman Prasetyo, Asisten masinis Agus Suroto, dan teknisi Sofyan Hadi.
Keluarga besar PT Kereta Api Indonesia berduka. Tiga rekan mereka tewas mengenaskan dalam kecelakaan yang terjadi Senin 9 Desember 2013. KRL Commuter Line jurusan Serpong-Jakarta yang mereka kendalikan menghantam truk tangki bermuatan bahan bakar premium.
Tapi, kematian Darman Prasetyo (masinis), Agus Suroto (asisten masinis) dan Sofyan Hadi (teknisi), tidak sia-sia. Nama mereka akan selalu diingat banyak orang karena keberanian, dedikasi dan tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas. Mereka merelakan nyawa, meski peluang untuk menyelamatkan diri terbuka lebar.
Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan berkaca-kaca saat melepas jenazah anak buahnya dari Stasiun Gambir ke daerah asal masing-masing. Dia 'angkat topi' untuk ketiga anak buahnya. Keberanian dan dedikasi ketiganya memberi contoh pada semua orang.
Kata Jonan, tidak semua orang punya dedikasi dan keberanian, hingga mengorbankan jiwanya sendiri. "Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana," ucap Jonan dengan mata berkaca-kaca.
Jonan memberikan apresiasi khusus kepada Sofyan Hadi. Anak buahnya yang baru dua bulan bekerja sebagai teknisi KRL, tapi sudah menunjukkan dedikasi yang tinggi.
Kisah itu dituturkan seorang penumpang selamat kepada Direktur Utama PT KAI Ignatius Jonan. Salah satu pasien mengatakan bahwa yang menyuruh mundur adalah teknisi kereta saudara Sofyan. Tadinya kita pikir masinisnya," kata Jonan di Jakarta, Selasa 10 Desember 2013 malam. Untuk memastikan siapa yang meminta para penumpang di gerbong pertama yang terdiri dari para perempuan itu, Jonan menunjukkan foto teknisi KRL kepada pasien tersebut. Dan ternyata benar, pasien itu membenarkan bahwa pria yang meminta penumpang mundur itu sama dengan yang ada dalam foto itu, yaitu Sofyan.
"Dia memberitahu, bahwa petugas teknisi minta seluruh penumpang mundur ke belakang, setelah memberitahu itu dia masuk lagi ke ruang masinis," ungkap Jonan. Jonan merasa heran mendengar cerita soal anggotanya tersebut. "Sahabat kita itu yang menutup pintu agar penumpang tetap selamat. Mungkin dia merasa sudah tahu akibatnya bakal parah sekali," tutur Jonan dengan mata berkaca-kaca.
Hal serupa juga sempat dituturkan Effendi (54), salah satu penumpang terluka masih teringat bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Dia menuturkan pada saat kejadian, dirinya berada di dalam gerbong yang sama dengan masinis. Lebih tepatnya dia berada di belakang pintu tempat Darman Prasetyo dan asistennya mengemudikan kereta. Bagaimana tidak, sebelum mulut kereta menabrak truk, asisten masinis sempat memberitahunya bahwa KRL sebentar lagi bakal menabrak. Seketika dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalangi laju KRL.
"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan "hati-hati bu, mau tabrakan", habis itu, terjadi lah tabrakan," kata Effendi yang ditemui ruang Kenanga, Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).
Tak ada respon yang berarti dari asisten masinis jelang peristiwa maut itu terjadi. Effendi mengatakan masinis dan asistennya tetap diam di ruangan dan terlihat pasrah. "Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. Mungkin mereka tidak mau penumpang lain panik," ucap Effendi.
Brak!!!, akhirnya kereta pun menabrak truk itu. Suasanya mencekam dialami Effendi pada saat itu. Effendi melihat kobaran api mengelilingi gerbong. Asap hitam pekat pun langsung mengelilingi ruangan dalam gerbong.
Sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi, Sofyan mengarahkan para penumpang di gerbong paling depan mundur ke belakang karena kereta akan menabrak truk tangki. Dalam hitungan detik waktu yang tersisa, Sofyan ke luar dari kabin masinis dan memerintahkan penumpang mundur sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang. Sementara, dua rekannya, Darman dan Agus berusaha memperlambat laju kereta. Sebisa mungkin menghindari tabrakan.
"Dia memberitahu, bahwa petugas teknisi minta seluruh penumpang mundur ke belakang, setelah memberitahu itu dia masuk lagi ke ruang masinis," ungkap Jonan. Jonan merasa heran mendengar cerita soal anggotanya tersebut. "Sahabat kita itu yang menutup pintu agar penumpang tetap selamat. Mungkin dia merasa sudah tahu akibatnya bakal parah sekali," tutur Jonan dengan mata berkaca-kaca.
Hal serupa juga sempat dituturkan Effendi (54), salah satu penumpang terluka masih teringat bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Dia menuturkan pada saat kejadian, dirinya berada di dalam gerbong yang sama dengan masinis. Lebih tepatnya dia berada di belakang pintu tempat Darman Prasetyo dan asistennya mengemudikan kereta. Bagaimana tidak, sebelum mulut kereta menabrak truk, asisten masinis sempat memberitahunya bahwa KRL sebentar lagi bakal menabrak. Seketika dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalangi laju KRL.
"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan "hati-hati bu, mau tabrakan", habis itu, terjadi lah tabrakan," kata Effendi yang ditemui ruang Kenanga, Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).
Tak ada respon yang berarti dari asisten masinis jelang peristiwa maut itu terjadi. Effendi mengatakan masinis dan asistennya tetap diam di ruangan dan terlihat pasrah. "Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. Mungkin mereka tidak mau penumpang lain panik," ucap Effendi.
Brak!!!, akhirnya kereta pun menabrak truk itu. Suasanya mencekam dialami Effendi pada saat itu. Effendi melihat kobaran api mengelilingi gerbong. Asap hitam pekat pun langsung mengelilingi ruangan dalam gerbong.
Saat itu penumpang sulit bergerak karena gerbong khusus wanita yang berada di bagian paling depan rangkaian sangat penuh dan mereka saling berdesakan. Sofyan terus memerintahkan mereka untuk mundur.
Sofyan kemudian melihat ada anak kecil di gerbong depan. Dia langsung membawa anak itu bergeser ke gerbong belakang. Sofyan sempat mundur sampai gerbong ketiga demi menyelamatkan anak yang tak dikenalnya itu.
Hebatnya, kata Jonan, Sofyan tidak mencoba menyelamatkan diri. "Sofyan bisa saja tidak kembali ke kabin depan setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi ke kabin membantu rekan-rekannya," ujar Jonan. Padahal, kalau mau, Sofyan bisa menyelamatkan diri, loncat dari gerbong tiga. Tapi, dia tidak melakukannya.
Julie Retna, salah satu penumpang selamat yang berada di gerbong khusus wanita paling depan, membenarkan hal tersebut. Menurut perempuan 54 tahun itu, ada kru kereta, yang belakangan diketahui adalah Sofyan, keluar dari kabin kemudi untuk memberitahu penumpang bahwa kereta akan tabrakan. "Kalau dia nggak masuk lagi pasti dia selamat," kata Julie. Warga kota Tangerang Selatan yang berada dekat dengan kabin masinis itu lantas mengintip ke pintu kabin yang terbuka. Dia tidak percaya yang dilihatnya, pemandangan mengerikan. Truk tangki bensin melintang di depan kereta yang ditumpanginya.
Tabrakan tak dapat terhindarkan. "Jegerr... ", ucap Julie, kereta 'adu banteng' dengan truk tangki milik Pertamina. Ledakan dahsyat terdengar. Penumpang berhamburan, berteriak, menyebut nama Tuhan. Mereka berusaha menyelamatkan diri.
Tapi, ketiga pahlawan itu tak berdaya. Mereka terjebak di tengah kobaran api. Jasad mereka ditemukan tim penyelamat saling bertumpukan di kabin masinis, hangus akibat terbakar.
Sebagai penghormatan PT KAI terhadap ketiga karyawannya, masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto dinaikkan pangkatnya dua tingkat. Sedangkan teknisi Sofyan Hadi yang berstatus karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
Mereka juga diberikan santunan yang diserahkan ke ahli waris masing-masing. "Bila ada keluarga mereka yang mau jadi karyawan PT KAI, bisa langsung masuk tanpa tes. Saya yang menjamin. Ini bentuk penghormatan kami," Jonan menegaskan.
Sumber :
- http://fokus.news.viva.co.id/, Rabu, 11 Desember 2013, 21:07 WIB.
- http://news.liputan6.com/, Selasa, 10 Desember 2013, 04:43 WIB.
Komentar
Posting Komentar