Membongkar Misteri: Bagaimana HIV Dapat Menyebabkan AIDS

Symptoms and spread of HIV and AIDS

INFEKSI HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi salah satu virus dari dua jenis virus yang secara progresif merupakan sel-sel darah putih. Kerusakan sel-sel darah putih atau limfosit menyebabkan AIDS (Aquired Immunodeficiency Snydrome) dan penyakit lainnya sebagai dari gangguan kekebalan tubuh.


Pada Awal tahun 1980, para peneliti menemukan peningkatan mendadak dari 2 jenis penyakit di kalangan kaum homoseksual di Amerika. Kedua penyakit itu adalah Sarkome Kaposi (sejenis kanker yang jarang terjadi) dan Pneumonia Pnemokista (sejenis Peumonia yang hanya terjadie pada penderita gangguan sistem kekebalan). Kegagalan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan timbulnya 2 jenis penyakit yang jarang ditemui ini sekarang dikenal dengan AIDS . AIDS merupakan tahap akhir penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV yang dapat infeksi pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Gejala HIV AIDS tidak begitu saja langsung timbul. Namun ia akan timbul jika sudah bertahun-tahun .

HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.

AIDS  disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistejm kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.


Penyebab HIV


Terdapat 2 jenis virus penyebab AIDS,V yaitu HIV-1, HIV-2, HIV yang banyak ditemukan di daerah Barat, Eropa, Afriaka Tengah, Selatan, dan Timur. Sedangkan HIV-2 banyak di temukan di Afrika Barat.



1. Ciri dari Virus HIV


HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.

Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA. Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.

Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol, dan env), HIV memiliki enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).


Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa HIV membentuk semacam “pabrik-pabrik biologi” kecil di dalam sel-sel pelindung tubuh CD-4 T, menghasilkan jutaan tiruan yang pada akhirnya mengarah pada kehancuran destruktif sistem imunitas.

Sampai saat ini, para peneliti belum memahami bagaimana virus itu dapat begitu agresif. Ternyata HIV, yang hanya menyerang sejumlah kecil sel T pada awalnya, menghancurkan sekitar 95 persen sel-sel imunitas melalui sebuah proses yang dikenal sebagai “efek penonton”.


2.   Cara – cara penularan HIV/AIDS

HIV dapat diisolasi dari daerah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi vagina atau serviks, urine, ASI, adn air liur. Penularan terjadi paling efisien melalui darah dan semen. HIV juga dapat ditularkan melalui air susu dan sekresi vagina atau serviks. Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah dan kontak seksual dan kontak ibu – bayinya. Setelah virus ditularkan akan terjadi akan terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.


Cara penularan :

Penularan HIV akan terjadi bila terjadi kontak atau percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV antara lain melalui :
  • Berhubungan seksual dengan orang dengan HIV positif, baik secara heteroseksual (lain jenis) maupun homoseksual (sesama jenis) tanpa menggunakan kondom. Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina); atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.  Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
  • Hubungan seks oral dan melalui anus. Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah.
  • Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV. lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna Narkotika Suntikan. 
  • Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya yang tercemar HIV seperti alat tindik, tattoo, akupuntur dan lain-lain. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah
  •  Pemindahan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya saat persalinan atau penularan lewat air susu ibu ke bayinya.

  • Lewat Air Susu Ibu, Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
  • Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu. Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).

Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai kondom, melalui transfusi darah, melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum suntik, pisau cukur, tatto, dll). Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya.dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman. 


Orang – orang yang berisiko tinggi  tertular HIV.
Dari uraian di atas maka terdapat orang – orang yang berisiko tinggi  tertular HIV yaitu :
  1. Wanita atau laki-laki yang berganti-ganti pasangan berhubungan seksual beserta pasangannya 
  2. Pekerja Seks Komersil dan pelanggannya 
  3. Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti hubungan seks melalui dubur (anal sex) 
  4. Penyalahguna Narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama.


Sedangkan hal-hal berikut ini tidak menularkan HIV, 
  1. Bersenggolan dengan pengidap HIV 
  2. Berjabat tangan 
  3. Bersentuhan dengan pakaian atau barang-barang lainnyabekas penderita HIV 
  4. Penderita HIV yang bersin-bersin, batuk ataupun membuang ingus di depan kita 
  5. Bepelukan 
  6. Berciuman biasa, bukan deep kiss/ yang menyebabkan lecet 
  7.  Melalui makanan dan minuman, atau makan bersama dengan pengidap HIV 
  8. Sama-sama berenang di kolam renang 
  9.  Pemakaian WC, wastafel atau kamar mandi bersama-sama 
  10.  Gigitan nyamuk atau serangga lainnya


Cara mencegah HIV AIDS.
  1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah
  2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
  3. Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)
  4. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi donor darah
  5. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
  6. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
  7. Jauhi narkoba.

Tanda dan gejala  HIV.


Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun hingga mencapai masa yang disebut fullblown AIDS). Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukan gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 3 – 6 bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut window period (periode jendela) . Dalam masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walau pun belum bisa di deteksi melalui tes darah), ia sudah bisa menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi.

Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:

  1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
  2. Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
  3. Diare berkepanjangan (lebih dri satu bulan)

Gejala HIV AIDS    


Seorang dewasa (>12 tahun) dianggap Aids apabila menunjukan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.

  • Gejala Mayor

  1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan nourologist
  5. Demensia / HIV Ensefaopati

  • Gejala Minor

  1. Batuk menetap lebih dari satu bulan
  2. Dermatitis Generalisasi
  3. Adanya herpes zoester multi segmental dan herpes soester berulang
  4. Kandidlasis oropharingeal
  5. Herpes simpleks kronis progresif
  6. Limpadenopati generalisata
  7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
  8. Rentinitis virus Sitomegalo

  • Gejala –gejala yang ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV     

  1. Infeksi berulang
  2. Oral Thrush
  3. Parotitis kronis
  4. Generalized Lymphadenophati
  5. Hepatosplenomegali
  6. Demam yang pesisten atau menetap
  7. Disfungsi nourologis
  8. Horpes Zooster (stingles)
  9. HIV Dormatitis


  • Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa Batuk berkepanjagan (lebih dari satu bulan), Kelainan kulit dan iritasi (gatal), Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Fase Timbulnys Gejala HIV/AIDS.
  • Gejala awal : 0-6 bulan
Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.

Menderita penyakit seperti flu dalam seminggu atau sebulan disebut sebagai infeksi HIV akut. sistem kekebalan tubuh, sebagai bagian dari pertahanan tubuh, mengembangkan antibodi terhadap HIV. proses tersebut terlha dari antibodi yang disebut serokonversi. Gejala meliputi demam, sakit kepaka nyeri tubuh, sakit tenggorokan, kelenjar getah bening, ruam kulit, masalah sistem pencernaan. Gejala-gejala ini cenderung tidak diperhatikan atau disalah artikan sebagai penyakit lain yang kuga menunjukkan berbagai gejala yang sama. Tes HIV dilakukan sebelum serokonversi tidak membantu dalam mendeteksi virus. Pada beberapa wanita, serokonversi dapat terjadi dalam waktu satu bulan.

  • Gejala lanjutan : 6 bulan
Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak kadar Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS.

  • Gejala lanjutan : 1-2 tahun
1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi antibodi berlebihan. Antibodi yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan  Sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan sasaran baru yang harus diserang.
  • Gejala terakhir : 2 - 10 tahun
Setelah tingkat gejala di ataas dapat diturunkan dengan obat-obatan, penyakit ini masuk ke dalam fase asimptomatik. tidak ada gejala HIV yang diperlihatkan oleh wanita setelah 1 tahun. Tahap tanpa gejala dapat berlangsung selama sekitar 10 tahun. Dengan demikian, perempuan positif HIV tidak menunjukkan gejala HIV selama sekitar 10 tahun setelah terkena gejala seperti flu biasa. Tetapii meski demikian, virus tetap ada dalam tubuh mereka, mereka tidak sadara secara terus-menerus menularkan vrus kepada orang lain melalu hubungan badan tanpa pengaman dan juga melalui transfusi darah atau melalui berbagi jarum suntik. Jika seorang wanita hamil, anak-anak mereka ikut terkena HIV/AIDS. Setelah 5-6 tahun, wanita yang mengidap HIV positif mungkin terlihat pada penurunan berat bdaan, kehilangan nafsu makan, masalah sisem pencernaan, infeksi kulit, tetapi hal ini biasanya diabaikan atau disalah artikan.



This particular virus can only infect human beingsHIV Attacks your T-Cells and Uses them to make copies of itselfWhen HIV Destroys so many of your cells... = AIDS

3.  Proses masuknya virus HIV pada tubuh manusia dan perkembangan virus tersebut sampai menimbulkan AIDS



HIV dapat di isolasi dari darah, cairan sserebrospinalis, semen, air mata, sekresi vagina atau serviks, urine, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling efisien melalui darah dan semen. HIV juga dapat ditularkan melalui air susu dan sekresi vagina tau serviks. Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah dan kontak seksual dan kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan akan terjadi serangkain proses kemudian menyebabkan infeksi.

  • Perletakan Virus

Virus HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis-ganda yang mengandung banyak tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari duua glikoproteiin: gp120 dan gp41. Gp mengacu kepada glikoprotein, dan angka mengacu kepada massa protein dalam ribuan dalton. GP120 adalah selubung permukaan eksternal duri, dan gp41 adalah bagian transmembran.
Terdapat suatu protein matriks yang disebut p17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsit yang disebut p24. Di dalam kapsit, p24, terdapat dua untai RNA identik dan molekul preformed reverse transcriptase , integrase, dan protease yang sudah terbentuk. HIV adalah suatu retrovirus, sehingga materi geneetik berda dalam bentuk RNA bukan DNA. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranscripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. Enzim-enzim lain yang menyertai RNA adalah intregase dan protease.

HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki reseptor membran CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai HIV adalah limfosit T penolong positif CD4, atau sel T4(limfosit CD4+)gp120 HIV berkaitan dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memerantai fusi membran virus ke membran sel. Baru- baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor permukaan sel, CCR5 atau CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berkaitan dengan resptor CD4+ (Doms, peiper, 1997). Koreseptor ini menyebabkan perubahan-perubahan konformasi sehingga gp41 hdapat masuk ke membran sel sasaran. Individu yang mewarisi dua salinan infektif gen reseptor CCR5( homozigot) resisten terhadap timbulnya AIDS, walaupun berulangkali terpajan HIV( sekitar 1% orang Amerika keturunan Caucasian ) individu yang heterozygot untuk gen defektif ini (18-20%) tidak terlindung dari AIDS, tetapi awitan penyakit agak melambat. Belum pernah ditemukan homozigot pada populasi Asia atau Afrika, yang mungkin dapat membantu menerangkan mengapa mereka lebih rentan terhadap infeksi HIV (O’brien,dean,1997). Sel-sel lain yang mungkin rentan terhadap infeksi HIV mencakup monosit dan makrofag. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai resevoar untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politrofik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia (Levy,1997),seperti sel natural killer (NK),limfositB, sel endotel,sel epitel,sel Langerhans,sel dendritik (yang terdapat di permukaan mukosa tubuh),sel mikroglia,dan berbagai jaringan tubuh.Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+,maka berlangsung serangkaia  proses kompleks yang,apabila berjalan lancar,menyebabkan terbentuknya partikel-partikel virus baru dari sel yang terinfeksi.Limfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehgingga menghasilkan banyak virus.Infeksi pada limfosit CD4+ juga dapat menimbulkan sipatogenisitas melaluiberagam mekanisme, termasuk  apoptosis ( kematian sel terprogram), anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut),atau pembentukan sinsitium(fusi sel).

  • Replikasi Virus



Setelah terjadi fusi sel-virus, RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, maka terjadi transkripisi terbalik (reverse transcription) dari   satu untai-tunggal RNA menjadi DNA salinan (Cdna) untai-ganda virus. Integrase HIV membantu insersi Cdna virus ke dalam inti sel pejamu. Apabila sudah terintegrasi ke dalam kromosom sel pejamu, maka dua untai DNA sekarang menjadi provirus. Provirus menghasilkan RNA messenger(mRNA), yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam sitoplasma. Protein-protein virus dihasilkan dari Mrna yang lengkap dan yang telah mengalami splicing (penggabungan) setelah RNA genom dibebaskan ke dalam sitoplasma. Tahap akhir produksi virus membutuhkan suatu enzim yang disebut HIV protease, yang memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kecil yang mengelilingi RNA virus, membentuk partikel virus menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi. Sewaktu menonjol dari sel pejamu, partikel-partikel virus tersebut akan terbungkus oleh sebagian dari membran sel yang terinfeksi. HIV yang baru terbentuk sekarang dapat menyerang sel-sel rentan lainnya di seluruh tubuh.

Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi klinis, bahkan saat hanya terjadi aktivitas virus yang minimal di dalam darah. HIV ditemukan dalam jumlah besar di dalam limfosit CD4+ dan makrofag di seluruh sistem limfoid pada semua tehap infeksi. Partikel-partikel virus juga telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikular, yang mungkin memindahkan infeksi ke sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid.

Walaupun selama masa latensi klinis tingkat viremia dan replikasi virus di sel-sel mononukleus darah perifer rendah, namun pada infeksi ini tidak ada latensi yang sejati. HIV secara terus menerus terakumulasi dan bereplikasi di organ-organ limfoid. Sebagian data menunjukkan bahwa terjadi replikasi  dalam jumlah besar dan pertukaran sel yang sangat cepat, dengan waktu-paruh virus dan sel penghasil virus di dalam plasma sekitar 2 hari. Aktivitas ini menunjukan bahwa terjadi pertempuran terus menerus antara virus dan sistem imun pasien.  


4.  Peran system imun terhadap masuknya virus HIV dalam tubuh manusia

Segera setelah terpajan HIV, individu akan melakukan perlawan imun yang intesif. Sel – sel B menghasilkan antibodi – antibodi spesifik terhadap berbagai protein virus. Ditemukan antibodi netralisasi terhadap regio – regio di gp 120 selubung virus danbagian eksternal gp41. Didalam darah dijumpai kelas antibodi imunoglubin G (IgG) maupun IgM, tetapi seiring dengan menurunnya tier IgG tetap tinggi sepanjang infeksi. Antibodi IgG adalah antibodi utama yang dalam uji HIV.Antibodi dalam HIV dapat muncul dalam 1 bulan setelah infeksi awal ada sebagian besar orang yang terinfeksi HIV dalam 6 bulan setelah pajanan. Namun, antibodi HIV tidak menetrilisasikan HIV atu menimbulkan perlindungna terhadap infeksi lebih lanjut.

Produksi imunoglubulin di atur oleh limpositT  CD4+. Limposit T CD4+ di aktifak oleh sel penyaji antigen (APC) untuk menghasilkan berbagai sitoken seperti interleukin-2 (IL-2),ang membantu meransang sel B untuk meenga mengmbelah dan berdiferensiasi menjadi sel plasma.Sel-sel plasma ini kemudian menghasilkan imunoglobulin yang spesifik untuk antigen yang meransang.sitokin IL-2 hanyalah salah satu dari banyak sitokin yang mempengaruhi respon imun baik humoral maupun seluler.walaupun tinglkat kontrol,ekspresi,dan potensi fungsi sitokin dalam fungsi HIV masih di teliti,namun sitokin jelas sangat penting dalam aktifitas intrasel. Contoh, penambahan sitokin IL-12 ( faktor stimulasi sel NK) tampakya melawan penurunana aktifitas dan fungsi sel NK seperti yang terjadi pada infeksi HIV.Sel NK adaah: selyang penting karena dalam kedaan normal sel-sel inin adalah yang mengenali dan menghancurkan sel yang terinfeksi oleh virus dengan mengeuarkan perforin yang serupa denganyang di hasilkan oleh Cd-8.

Riset terakhir menunjanng idependen antibodi yang di perantarai oleh komplemen g peran sitotoksik dan sel CD-8 dalam infeksi HIV. Peran sitotoksit sel CD-8 adalah mengikat sel yang terinfeksi oleh virus dan mengeluarkan perforin,yang menyebapkan kematian sel. Aktifitas sitotoksik sel Cd_8 sangat hebat pada awal infeksi HIV.Sel Cd-8 jugadapat menekan reflikasi HIV di dalam limpositCD4+.Penekanan ini terbukti bervariasif tidak saja diantara orang yang berbeda tetapi jugpada orang yang sam dengan perkembangan penyakit.aktifitas anti virus sel CD8 menurun dengan berkembang nya penyakit.dengan semakin beratnya penyakit,jumlah limposit CD4+ juga berkurang.

Fungsi leglator esensial limposit Cd4+dalam iminitas seluluer tidak terbantahkan. Leposit CD4+mengeluarkan berbagai simbahan dan sitokin yang memperlancar proses misalnya produksi imonoglobulin dan pengaktifan sel T tambahan dan makrofag.2 sitokin spesifik yang di hasilkan oleh limposit Cd4+-IL2 dan interfero gama berperan penting dalam imunitas seluler. Pda kondisi norma, limposit CD4+ mengeluarkan intraferon gama yang menarik makrofag dn mengintensifkan reaksi imun terhadap antigen apabila limposit CD4+ tidak berfungsi deidak terinfngan benar maka produksi interferon gama akan menuurun.IL2 penting untuk mempasilitasi tidaksaja produksi sel plasma tetapi juga pertumbuhan dan aktifitas anti virus sel CD8 dan populasi CD4+.

Walaupun mekanisme pastti sitopategeitas limposit CD4+ belum di ketahui, Nmaun dapat di ajukan argumen untuk berbagai hipotesis seperti apoptesis,anergi,pembentkan sensitium,dan lisis sel.Antibodi dependen,komplemen,mediater,sytotoxity ( ADDC,sitotoksisitas yang dependen antibodi dan di peantarai komplemen).Mungkin salah satu efek imun humoral yang membantu menyingkirkan limposit CD4+ yang terinfeksi HIV.antibodi terhadap kedua glikocotain,gt 120 dan gp 41,mengiduksi ADCC.sel- sel seperti sel Nkkemudian bertindak untuk mematikan el yang terinfeksi.

Apoptosis adalah salah satu teori yang di ajukan untuk menjelaskan berkurangnya secara mencoloklimposi CD4+ dalam darah sepanjang perjalanan penyakit HV.banyak limposit Cd4+ tampaknya melakukan ‘bunuh diri’ saat di ransang oleh suatu bahan pengktif atau da gangguan pada signal pengaktif.limposit Cd4+ juga mungkin tidak mampu membelah diri sehingga timbul fenomena yang di sebut anergi.teori lain mengatakan adanya peran pembentukan sensitium. Pada pembentukan sensitium,limposit CD4+ yang tidak terinfeksi berfungsi dengan sel- sel yang terinfeksi” the bystender effec” sehinggamengeliminasi banyak sel yang tidak terinfeksi,banyak sel yang tidak terinfeksi.akirnya,menurunnya jumlah limposit Cd4+ di sebapkan oleh terbentuknya virus yang baru melalui proses pembentukan tunas, kemudian menyebapkan rupturnya membran limposit Cd4+,yang secara efektif mematikan sel tersebut.

Adapun teori yasi sistem menjelaskan berkurangnya limposit Cd4+ gambaran utama pada infeksi HIV tetaplah deplesi sel_sel tersebut.deplesi limposit CD4+ bervariasi di antara pada pengidap infeksi HIV.Sebagian dari faktor yang mempengaruhi variasi ini adalah fungsi sistem imun pejamu,adanya faktor lain di pejamu misalnya,penyakit kongenital atau metabolik,devisisiensi gizi, patogen lain atau perbedaan virus.


Jalan menuju AIDS

Definisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.

Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
  • Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
  • Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif).

Menurut Suensen (1989) terdapt 5-10 juta HIV positif yang dalam waktu 5-7 tahun mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada tingkat pandemi HIV tanpa gejala jauh lebih banyak dari pada pendrita AIDS itu sendiri. Tetapi infeksi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnosa AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan meninggal.


Etiologi.

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.

Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

  • Masa inkubasi aids
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang  dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit.

Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”.

Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.


  • Perkembangan klinis
Saat HIV masuk ke dalam tubuh manusia, 3 – 6 bulan pertama disebut periode jendela, yaitu suatu periode waktu dimana pada awal seseorang terinfeksi HIV , akan tetapi bila dilakukan pemeriksaan terhadap darahnya hasilnya negatif, antibody terhadap HIV belum terdeteksi.  Pada saat ini orang tersebut sudah dapat menularkan HIV. Masa inkubasi HIV rata-rata adalah 5-10 tahun, yaitu masa dimana virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia sampai menunjukkan gejala penyakit.  

Kemudian setelah waktu 5-10 tahun berlalu kemudian muncul gejala penyakit, dan orang tersebut disebut menderita AIDS. Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.



1. Fase infeksi

 Tahapan Primer. Seseorang positif terkena HIV namun belum menunjukkan gejala, gejala hanya berupa gejala flu seperti pusing, agak demam, lemas dan lain-lain sehingga sering terabaikan. Biasanya terjadi setelah 2-4 minggu saat pertama kali virus masuk ke tubuh seseorang. 

AIDS adalah stadium akhir dalam suatu kelainan imunologik dan klinis kontinum yang dikenal ebagai “spektrum infaksi HIV”. Perjalanan penyakit dimulai saat terjadi penularan dan pasien terinfeksi. Setelah infeksi awal oleh HIV pasien mungkin tetap seronegatif selama beberapa bulan. Namun pasien ini bersifat menular selama periode ini dan dapat memindahkan virus ke orang lain. Fase ini disebut ‘window period’. Manisfestasi klinis pada orang yang terinfeksi dapat timbul sedini 1 sampai 4 minggu setelah panjanan.

2. Infeksi akut, terjadi pada tahap serokonversi dari status antibody negatif menjadi positif. Gejala mungkin berupa diare, malaise, demam, limfadenopati dan ruam makulopapular. Beberapa orang mengalami gejala yang lebih akut seperti meningitis dan pneumonitis. Selama periode ini, dapat terdeteksi HIV dengan kadar tinggi di darah perifer (levy, 1994). Kadar limfosit CD4 + turun dan kemudian kembali ke kadar sedikit dibaeah kadar semula untuk pasien yang bersangkutan.

3. Fase asimtomatik atau tanpa gejala. Seseorang sudah HIV positif akan tetapi belum menunjukkan gejala. Jumlah CD4 dalam darah terus berkurang. Kadang-kadang disertai keluhan pembengkakan kelenjar getah bening. Pada awal fase ini, kadar limfosit CD4+ umunya sudah kembali mendekati normal. Namun kadar limfosit CD4+ menurun secara bertahap seiring waktu. Selama fase ini baik virus maupun antibodi dapat ditemukan dalam darah. Virus itu sendiri tidak pernah masuk ke dalam periode laten walaupun fase infeksi klinisnya mungkin laten.
4.  Pada fase simtomatik  atau bergejala. Seseorang yang sudah terkena HIV  mengalami gejala ringan namun tidak mengancam seperti demam yang bertahan lebih dari 1 bulan, berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare selama lebih dari 1 bulan, berkeringat di malam hari, batuk lebih dari 1 bulan, kelelahan berkepanjangan. Kadang-kadang gejala dermatitis pada kulit, infeksi pada mulut, lidah sering dilapisi lapisan putih, herpes dan lain-lain. Gejala akan semakin parah seiring penurunan jumlah CD4. dari perjalanan penyakit, hitung sel CD4+ pasien biasanya turun di bawah 300 sel/ul (levy, 1991). Dijumpai gejala – gejala yang menunjukkan imunosupresi dan gejala ini berlanjut samapi pasien memperlihatkan penyakit – penyakit terkait AIDS.

5. Tahapan Akhir atau AIDS.  Seseorang sudah menunjukkan gejala AIDS penuh, yaitu adanya penyakit opotunistik, seperti infeksi paru (Pneumocystic jerovicii), kandidiasis, Sarkoma Kaposi, tuberculosis, berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, toksoplasma pada otak, dan lain-lain. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.


Patofisiologi  Virus HIV saat menyerang tubuh manusia.   
                                                                                                                           
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. 

Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

  • Komplikasi

Oral Lesi, Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

  • Neurologik

  1. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
  2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
  3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
  4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

  • Gastrointestinal

  1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma   Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
  2.  Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
  3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
  4. Respirasi, Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

  • Dermatologik, 

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis


Mekanisme kompensasi tubuh   

Aktifasi sel Th dalam keadaan normal terjadi pada awal terjadinya respons imunitas. Th dapat teraktifasi melalui dua sinyal, yaitu : pertama terikatnya reseptor Ag-TCR (T cell reseptor) dengan kompleks antigen-molekul MHC clas II yang dipresentasikan oleh makrofag sebagai antigen presenting cells (APCs) yang teraktifasi oleh antigen. Sinyal kedua berasal dari sitokin IL-1 yang dihasilkan oleh APC yang teraktifasi tadi. Kedua sinyal tadi akan merangsang Th mengekspresikan reseptor IL-2 dan produksi IL-2 dan sitokin lain yang dapat mengaktifasi makrofag, CTLs (sitotoksik T limfosit atau TC ) dan sel limfosit B. IL-2 juga akan berfungsi autoaktivasi terhadap sel Th semula dan sel Th lainnya yang belum amplifikasi respons yang diawali oleh kontak APCs dengan sel Th semula.Aktifasi sel Tc yang berfungsi untuk membunuh benda asing atau nonself-antigen, dan Tc dapat dibedakan dengan Th karena Tc mempunyai molekul CD8 dan akan mengenal antigen asing melalui molekul MHC class 1. Seperti sel Th, sel Tc juga teraktivasi melalui dua sinyal, yaitu sinyal pertama adalah interaksi reseptor Ag-TCR dengan kompleks epitop benda asing dan molekul MHC class 1. Sel tersebut bisa berupa sel tumor atau jaringan asing. Sinyal kedua adalah rangsangan dari sitokin IL-2 yang diproduksi oleh sel Th tersebut.Tangan ke tiga dari imunitas seluler dilakukan oleh sel NK ( natural killer), yaitu sel limfosit dengan granula kasar dengan pertanda CD16 dan CD56. Fungsinya secara nonspesifik menghancurkan langsung sel-sel asing, sel tumor atau sel terinfeksi virus. Atau juga dengan cara spesifik untuk sel-sel yang dilapisi oleh antibody dependent cell mediated cytotoxicity( ADCC )Aktifasi sel limfosit B memerlukan paling sedikit 3 sinyal, yaitu pertama oleh imunogen yang terikat oleh reseptor antigen, dan dua sinyal lainnya adalah limfokin BCDF ( B cell diferentiaton factor ) dan BCGF (  B cell growth factor ) yang diproduksi oleh sel Th yang teraktifasi. Dengan aktifasi sel limfosit B, maka akan terjadi pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit B, maka akan terjadi pertumbuhan dan gangguan jumlah maupun fungsi Th yang menyebabkan hampir keseluruhan respon imunitas tubuh tidak berlangsung normal.


Pemeriksaan diagnostik
  • Tes laboratorium, telah dikembangkan sejumlah tes diagnostik yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi HIV.
  • Serologis

  1. Tes antibody serum, Skrining HIV dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa.
  2. Tes blot western, mengkonfirmasi diagnosa HIV
  3. Sel T limfosit, Penurunan jumlah total.
  4. Sel T4 helper, Indikator sistem imun (jumlah <200 li="">
  5. T8 (sel supresor sitopatik), rasio terbalik (2:1) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.
  6. P24 (protein pembungkus HIV), Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasikan progresi infeksi.
  7. Kadar Ig, Meningkat, terutama IgA, IgG, IgM yang normal atau mendekati normal.
  8. Reaksi Rantai polimerase, mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
  9. Tes PHS, Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.

  • Rutin

  1. Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, spuctum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi: parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
  2. Neurologis, EEG, MRI, CT scan otak, EMG (pemeriksaan saraf).

  • Tes antibody

  1. Jika seseorang terinfeksi HIV, maka sistem imun akan bereaksi dengan memproduksi antibodi terhadap virus tersebut. Antibodi terbentuk dalam 3-12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6-12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibodi ternyata tidak fektif, kemampuan mendeteksi antibodi HIV dalam darah memungkinkan skrining produk darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu:
  2. Tes enzym – Linked Imunosorbent Assay (ELISA), Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody HIV disebut seropositif.
  3. Western Blot Assay, mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
  4. Indirect Immunoflouresence, pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
  5. Radio Immuno Precipitation Assay (RIPA), mendeteksi protein daripada antibody.



Pelacakan HIV                                                                                                                           

Penentuan langsung ada dan aktivitasnya HIV untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemeriksaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. Tapi kadar p24 pada penderita infeksi HIV sangat rendah, pasien dengan titer p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS. Pemeriksaan ini digunakan  dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral burden)


Penganganan OHDA


Terapi dan diet
1). Terapi

Saat ini infeksi HIV belum dapat disembuhkan, sehingga tujuan pengobatan infeksi HIV berfokus pada menurunkan kadar viral dengan kemoterapi dan meningkatkan respon imun. Terapi psikis dan emosional yang terinfeksi HIV I harus diakukan dibawah pengawasan bealth care providers, sebagai tambahan kerahasiaan pasien dengan HIV harus bersifat histolik yang mencakup segi social psikis dan fisik.

  • Penatalaksanaan Non Medis

Penanganan HIV secara komprehansif terdiri  dari pemeriksaan fisik secara berkala, edukasi, koselin, sosial support, makanan yang bergizi, penanganan mencegah infeksi yang berat. Monitor hasil lab, merujuk dan melaksanakan peraatan komperhensif.

  • Follow Up, 
Pasien yang sudah memberikan perbaikan gejala klinik mereka tidak memerlukan perawat dari  Rumah Sakit dan dapat pulang seperti pasien-pasien lain pada umumnya. Ketika pasien yang terinfeksi HIV tidak merujuk gejala mereka harus diperlukan sebagaimana layaknya manusia tetapi membutuhkan follow up klinis.
  • Konseling, 
KonselingHIV / AIDS adalah konseling yang secara khusus member perhatian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan HIV / AIDS, baik terhadap orang yang terinfeksi ataupun terhadap lingkungan yang terpengaruh.Tujuan dari konseling HIV / AIDS adalah memberi dukunagn social dan psikologis kapada ODHA dan keluarganya, serta  mengubah perilaku yang beresiko sehingga  dapat menurunkan penularan infeksi  HIV / AIDS. Setiap tes atau pemeriksan harus disertai konseling pra tes dan pasca tes, serta informed consent dan pada pelopor hasil pemeriksaan laboratorium untuk mempertimbangkan informasi klinis maupun epidemiologis.


Terapi HIV / AIDS

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu:
  • Pengendalian Infeksi Opurtunistik                                                                                 
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemullihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tndakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi peyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan  kritis.

  • Terapi AZT ( Azidotimidin )  
Disetujui FDA (1987) untuk pengobatan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dengan menghambat enzim pembalik transkrptase. AZT tersedia untuk pasien dengan HIV positif asimptomatik dan sel T4 > 500mm3.

  • Terapi Antiviral Baru                   
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah: Didanosine, Ribavirin, Diedoxycytidine, Recombinant CD 4 dapat larut.


Vaksin dan Rekonstruksi Virus, Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interfon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian di bidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.

Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human immune.


2)  Diet
Nutrisi  yang sehat dan seimbang harus selalu di berikan pada klien dengan HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV perawatan dan dukungan nutrisi bagi pasien berfungsi untuk :
  1. Mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan
  2. Mengganti kehilanngan vitamin dan mineral
  3. Meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi
  4. Memperpanjang periode dari infeksi sehingga berkembang menjadi penyakit AIDS
  5. Meningkatkan respon terhadap pengobatan mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk perawatan kesehatan
  6. Menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif sehingga memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluarga dan anak-anak mereka                                           

Bahan makanan yang dianjurkan di konsumsi pasien

  1. Tempe atau produksinya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi kebutuhan pasien dan mengandung bekterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare
  2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energy karena mengandung medium chain trigliserids (MCT) yang mudah di serap dan tidak menyebabkan diare.
  3. Wortel kaya kandungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai bahan pembentukan CD4.
  4. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung fitamin neurotropik 
  5. Buah alpukat mengandung banyak lemak yang tinggi dan dapat di konsumsi sebagai bahan makanan tambahan


Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
  1. Kerusakan Integritas kulit
  2. Koping tidak efektive
  3. Resiko Devicit volume cairan
  4. Bersihan jalan nafas idak efektif
  5. Nutrisi kurang dari kebutuhan
  6. Bersihan jalan nafas tidak efektif
  7. Harga diri rendah


Intervensi
  1. Monitor TTV tiap 4 jam sekali
  2. Beri posisi semi fowler pada pasien
  3. Ajarkan tekhnik relaksasi pada klien
  4. Kolaborasi pemberian O2 pada klien
  5. Kolaborasi pemberian obat batuk pada klien
  6.  Monitor tanda-tanda kekurangan nutrisi pada klien (turgor kulit, membrane mukosa, tonus otot, bising usus)
  7. Timbang BB klien setiap hari
  8. Beri makan klien sedikit-sedikit tapi sering
  9. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan tertutup
  10. Bantu klien melakukan oral hygine
  11. Anjurkan klien untuk mengurangi makanan yang tinggi serat
  12. Kolaborasi pemberian anti emetic
  13. Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan
  14. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (dulcolak) sesuai kebutuhan
  15. Monitor tanda-tanda peradangan dan penyebarannya
  16. Lakukan perawatan luka pada klien
  17. Berikan talk/powder tpikal untuk masalah gatal-gatal pasien
  18. Lakukan skin tes antibiotic pada pasien
  19. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian  terapi antifilaksis
  20. Monitor tingkat kecemasan klien
  21. Beri motivasi kepada klien
  22. Anjurkan klien untuk banyak berdoa dan berpasrah kepada Tuhan
  23. Anjurkan kepada keluara klien untuk selalu menyemangati dan member motivasi kepada klien
  24. Kolaborasi dengan psikiater untuk pemberian konseling pada pasien
  25. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penenang pada pasien


Obat-obatan HIV AIDS :
  1. NRTI  (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
  2. NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
  3. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor
Mohon perhatian artikel ini adalah rangkuman dari eberapa sumber, untuk lebih jelasnya silahkan baca sumber di bawah ini.

Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Mengapa "Wanita Cantik" Nikahi "Pria yang Kurang Menarik" ?

Inilah Kisah Lengkap Legenda Bharatayudha / Mahabharata.

Mengenal Rsi Byasa (IAS Vyāsa) Filsuf Kuno Terbesar di India, Penulis Kisah Mahabarata.

Mengenal Ludruk, Kesenian Khas Jawa Timur Yang Melegenda.

Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak.

Kurukshetra : Inilah Lokasi Tempat Terjadinya Pertempuran Besar "Mahabharata" atau "Barata Yudha", Apa Kabarnya Sekarang ?

20 Karakter Game Wanita Yang Cantik Dan Seksi Karya Computer-Generated Imagery (CGI).

Segala Hal Tentang Punokawan Wayang.

Menguak Rahasia Isi Ruangan Dalam Ka'bah, Bangunan Tersuci Umat Islam

Makin Banyak Bayi Berkepala Peyang !!??