All About BJ Habibie.
" Sumpahku
Ibu pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perjalanan
Janji Pusaka dan Sakti
Tanah Tumpah darahku makmur dan suci
…..
Hancur badan!
Tetap berjalan!
Jiwa Besar dan Suci
Membawa aku PADAMU ! "
Ibu pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perjalanan
Janji Pusaka dan Sakti
Tanah Tumpah darahku makmur dan suci
…..
Hancur badan!
Tetap berjalan!
Jiwa Besar dan Suci
Membawa aku PADAMU ! "
Sumpah Bakti Habibie Kepada Ibu Pertiwi : INDONESIA
Hari ini sedang diputar film "Habibie & Ainun", kisah masa muda "Manusia Super" dari Indonesia : BJ Habibie. Kisah romantis masa muda Habibie tersebut tertuang dalam sebuah film yang dibintangi oleh Reza Rahadian beraksi di layar kaca sebagai Habibie, sementara Bunga Citra Lestari (BCL) memainkan peran sang istri, Hasri Ainun Besari. Film itu diadaptasi dari novel berjudul sama yang terbit tahun 2010. Sebagaimana bukunya, film "Habibie & Ainun" menuturkan perjuangan pasangan muda itu mewujudkan mimpinya di Jerman, lalu kembali ke Indonesia, dan menjadi pasangan nomor satu di negeri ini, sampai maut memisahkan mereka. Film bernuansa romantisme keluarga ini akan mulai tayang di bioskop-bioskop pada 20 Desember 2012.
B.J. Habibie dan Ainun Besari versi film
B.J. Habibie dan Ainun Besari versi "bukan film"
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa Muda Penuh Warna.
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Propinsi Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.
Habibie tumbuh di kota itu dan bergaul selayaknya anak-anak seusianya. Kemudian pada usia SMA, Habibie muda (dimana ia waktu itu dipanggil dengan sapaan Rudi) memilih hijrah ke kota Bandung dengan pertimbangan pendidikan yang lebih baik. Oleh karenanya Habibie bersekolah di SMA Kristen di jalan Dago. Di sekolah ini juga ia bertemu dengan Ainun Besari, yang kelak akan menjadi istri Habibie.
Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan kuliah pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang ITB) jurusan Teknik Mesin tahun 1954. Belum genap satu tahun kuliah di situ, tahun 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, dengan sokongan dana yang terbatas dari Ibunya dikarenakan Ayahnya telah meninggal sejak 1950.
Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan kuliah pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang ITB) jurusan Teknik Mesin tahun 1954. Belum genap satu tahun kuliah di situ, tahun 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, dengan sokongan dana yang terbatas dari Ibunya dikarenakan Ayahnya telah meninggal sejak 1950.
Tibalah sekarang waktunya dia tinggal di Jerman.Kehidupannya saat itu
benar-benar sederhana. Habibie terus-menerus bekerja keras dan belajar
sehingga kehidupannya berkutat dengan hal it uterus, sehingga ia
memiliki waktu yang minim untuk sekedar bersosialita dengan rekan
sebayanya. Kemudian dikarenakan mobilitasnya yang tinggi maka suatu
ketika pada usianya yang ke-21 tahun ia jatuh sakit. Dan saat itu saking
parahnya harapan hidupnya benar-benar tipis. Di saat itulah ada
kejadian yang mengharukan, dimana Habibie saat itu menangis dan kemudian
menuliskan sebuah sumpah pada notes-nya yang ia simpan sampai sekarang.
Sumpah yang isinya adalah Habibie ingin dipanggil untuk membela dan
berbakti pada bangsa dan negara , Sumpah beliau ini dapat anda baca pada
awal tulisan artikel ini. Pada akhirnya ia dapat bangkit dari sakit keras tersebut dan kembali bekerja keras yang memang sesuai dengan karakter beliau. Semangatnya yang tinggi ini akhirnya mengantarkan Habibie berturut-turut menamatkan jenjang studinya dari S1, S2, sampai S3 dengan tesis S3-nya tentang konstruksi ringan pesawat terbang.
Habibie menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan
gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude. ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri tepatnya di Jerman. Setelah lulus ia mendapat tawaran dari beberapa perusahaan besar, sampai-sampai manajer Boeing (perusahaan raksasa pesawat terbang) datang sendiri bertemu Habibie dan mengajaknya bergabung. Akan tetapi Habibie menolak karena jika di perusahaan sebesar Boeing, ia tidak dapat belajar melihat masalah dari lingkup keseluruhan dan hanya dari satu sudut pandang. Hal ini ia pikirkan sebab Habibie bercita-cita mengetahui semua hal terkait seluk-beluk industry pesawat agar nanti bisa diaplikasikan ke Indonesia.
Keahliannya dalam bidang advance technology terutama konstruksi ringan membuat pamor Habibie melambung. Rekanannya begitu banyak, gaji dan fasilitas di Jerman memuaskan, penghargaan pun didapat.Hingga suatu ketika Presiden Filipina menemuinya.Presiden itu mengatakan bahwa Habibie adalah kebanggaan ASEAN dan dia berharap Habibie dapat membangun industry strategis di Filipina. Habibie pun menolak dengan alasan bahwa ia hanya akan kembali dari Jerman apabila diminta oleh negaranya yang ia cintai Indonesia.
Sumpah tentang mengabdi pada bangsa itu akhirnya mulai menemukan titik cerah ketika pada suatu waktu Direktur Pertamina yang saat itu dijabat Ibnu Sutowo meminta bertemu Habibie di kota Hamburg. Ibnu disitu berkata bahwa Habibie dipanggil Presiden Suharto datang ke Jakarta. Saat itu Ibnu sendiri mengatakan bahwa ia tidak mengetahui maksud pemanggilan Habibie.
Maka pergilah Habibie ke Jakarta dengan kebingungan.Habibie kemudian menghadap Suharto di rumahnya sendiri Jalan Cendana 8.Ternyata disitu Pak Harto menceritakan impiannya bahwa Indonesia suatu saat harus bisa sejajar dengan negara-negara maju seperti Jepang.
Singkat cerita Habibie ditugaskan oleh Presiden untuk mempersiapkan bangsa Indonesia tinggal landas memasuki abad baru 25 tahun lagi (saat bertemu terjadi tahun 1974) dengan mengembangkan industry manufaktur dan memanfaatkan teknologi canggih.
Dan salah satu produk teknologi canggih yang dapat membangkitkan kebanggaan dan optimisme akan bangsa Indonesia yang diminta oleh Suharto adalah pesawat terbang. Hal inilah yang memunculkan percakapan seperti berikut :
Maka pergilah Habibie ke Jakarta dengan kebingungan.Habibie kemudian menghadap Suharto di rumahnya sendiri Jalan Cendana 8.Ternyata disitu Pak Harto menceritakan impiannya bahwa Indonesia suatu saat harus bisa sejajar dengan negara-negara maju seperti Jepang.
Singkat cerita Habibie ditugaskan oleh Presiden untuk mempersiapkan bangsa Indonesia tinggal landas memasuki abad baru 25 tahun lagi (saat bertemu terjadi tahun 1974) dengan mengembangkan industry manufaktur dan memanfaatkan teknologi canggih.
Dan salah satu produk teknologi canggih yang dapat membangkitkan kebanggaan dan optimisme akan bangsa Indonesia yang diminta oleh Suharto adalah pesawat terbang. Hal inilah yang memunculkan percakapan seperti berikut :
“Kapan saya dapat melihat dan menyaksikan terbang perdana pesawat terbang rekayasa putra-putri Indonesia?” Tanya Presiden.
“Insya Allah sepuluh tahun lagi tanggal 28 Januari 1984 di ruang yang sama, akan saya sampaikan undangan kepada Presiden RI untuk melihat terbang perdana pesawat rekayasa bangsa Indonesia” jawab Habibie spontan.
“Insya Allah sepuluh tahun lagi tanggal 28 Januari 1984 di ruang yang sama, akan saya sampaikan undangan kepada Presiden RI untuk melihat terbang perdana pesawat rekayasa bangsa Indonesia” jawab Habibie spontan.
Sejarah kemudian mencatat bahwa janji Habibie benar-benar dapat ditepati dengan diterbangkannya CN-235 Tetuko hasil karya anak bangsa pada Desember 1984. Habibie mendirikan IPTN pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.
Mimpi Habibi selanjutnya setelah berhasil merakit Pesawat CN-235 adalah pesawat angkut komersial N-250. Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Pesawat N-250 adalah
pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT
Dirgantara Indonesia, PT DI, Indonesian Aerospace). Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992. N-250 rencananya akan dibuat empat pesawat prototipe (prototype aircraft - PA) yaitu PA-1, PA-2, PA-3, dan PA-4. Akan tetapi hanya dibuat 2 pesawat prototip saja menyusul diberhentikannya program pengembangan.
- PA-1 dengan sandi Gatotkaca, 50 penumpang, terbang perdana (first flight) selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995.
- PA-2 dengan sandi Krincing Wesi, N250-100, 68 penumpang terbang perdana (first flight) pada tanggal 19 Desember 1996.
Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia. Pada awal 2012 Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan. Selain itu Dirgantara Indonesia juga sedang berusaha menyelesaikan 3 pesawat CN235 pesanan TNI AL, dan 24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER.
Selain beberapa pesawat tersebut Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk membangun pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman KFX.
Selain beberapa pesawat tersebut Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk membangun pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman KFX.
Pekerjaan dan karier
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Pada tahun 1978 Habibie diminta Pak Harto untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan 3. Habibie menerimanya dan membuat arah kebijakan Ristek Indonesia lebih kepada pengembangan dan penerapan IPTEK yang meningkatkan proses nilai tambah dan dikaitkan dengan produktivitas SDM dan mikroekonomi. Oleh karenanya ia kemudian membentuk BPPT yang pada tahun 1984 berdiri dan langsung dipimpinnya, Dewan Riset Nasional, Puspiptek, dan Industri-industri strategis. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi
sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei
1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret
1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden
Soeharto.
Industri-industri strategis ini sejalan dengan keinginan untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan meningkatkan industry manufaktur dengan memanfaatkan teknologi canggih. Maka muncullah industry-industri tersebut seperti PINDAD di Bandung (industry senjata), INKA (kereta api) di Madiun, PAL di Surabaya (kapal laut), LEN di bidang telekomunikasi, BATAN di bidang nuklir, dan IPTN (sekarang PT DI) di Bandung yang bergerak pada produksi pesawat terbang.
Kemudian pada 10 Agustus 1995 jadilah hari bersejarah bagi Indonesia dengan kesuksesan N-250 Gatotkoco terbang perdana.Pesawat yang murni dibuat oleh tenaga dan pemikiran anak bangsa ini mendapat apresiasi yang tinggi dari public dalam maupun luar negeri.Hal luar biasa hasil karya Habibie ini sekaligus sebagai hadiah ulang tahun emas Republik Indonesia yang ke-50.Dan yang lebih membanggakan lagi adalah pesawat ini adalah yang tercanggih pada saat itu di kelasnya.Saat itu sebanyak 250 insan media dari berbagai negara meliput acara ini. Dan ketika pesawat berhasil terbang, Pak Harto sampai menangis melihat keberhasilan ini.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
Industri-industri strategis ini sejalan dengan keinginan untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan meningkatkan industry manufaktur dengan memanfaatkan teknologi canggih. Maka muncullah industry-industri tersebut seperti PINDAD di Bandung (industry senjata), INKA (kereta api) di Madiun, PAL di Surabaya (kapal laut), LEN di bidang telekomunikasi, BATAN di bidang nuklir, dan IPTN (sekarang PT DI) di Bandung yang bergerak pada produksi pesawat terbang.
Kemudian pada 10 Agustus 1995 jadilah hari bersejarah bagi Indonesia dengan kesuksesan N-250 Gatotkoco terbang perdana.Pesawat yang murni dibuat oleh tenaga dan pemikiran anak bangsa ini mendapat apresiasi yang tinggi dari public dalam maupun luar negeri.Hal luar biasa hasil karya Habibie ini sekaligus sebagai hadiah ulang tahun emas Republik Indonesia yang ke-50.Dan yang lebih membanggakan lagi adalah pesawat ini adalah yang tercanggih pada saat itu di kelasnya.Saat itu sebanyak 250 insan media dari berbagai negara meliput acara ini. Dan ketika pesawat berhasil terbang, Pak Harto sampai menangis melihat keberhasilan ini.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
Bacharuddin Jusuf Habibie adalah
Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih
sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan
menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun
dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga
Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Pada
era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh
bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU
Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting
adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah
gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam
dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami
nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Setelah Sidang Pertanggungjawaban Habibie yang ditolak MPR pada akhir jabatan beliau sebagai Presiden RI, beliau mengatakan bahwa tidak akan mencalonkan diri lagi pada Pemilu dan akan meninggalkan dunia politik praktis. Setelah
ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di
Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden.
Akan tetapi karena kecintaanya yang mendalam pada proses demokrasi di Indonesia yang sedang berjalan, ia mendirikan The Habibie Center, sebuah Lembaga yang akan mengawal keberjalanan demokrasi negeri ini sehingga berjalan pada track yang semestinya. Organisasi non-profit ini adalah murni inisiatif dari Habibie sekeluarga, yaitu Habibie sendiri, Ainun istrinya, Ilham dan Thareq anaknya.Sampai sekarang sudah banyak sumbangsih yang diberikan oleh The Habibie Centre utamanya dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Akan tetapi karena kecintaanya yang mendalam pada proses demokrasi di Indonesia yang sedang berjalan, ia mendirikan The Habibie Center, sebuah Lembaga yang akan mengawal keberjalanan demokrasi negeri ini sehingga berjalan pada track yang semestinya. Organisasi non-profit ini adalah murni inisiatif dari Habibie sekeluarga, yaitu Habibie sendiri, Ainun istrinya, Ilham dan Thareq anaknya.Sampai sekarang sudah banyak sumbangsih yang diberikan oleh The Habibie Centre utamanya dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Manusia Segudang Prestasi
Pada tahun 1994, Habibie mendapatkan penghargaan Edward Warner Award, sebuah penghargaan bergengsi dari International Civil Aviation Organization yang saat itu berulang tahun yang ke 50. Dan penghargaan ini langsung diberikan oleh Sekretaris Jendral PBB saat itu, Boutros Boutros Ghali.
Dua tahun sebelumnya yakni pada 1992, Habibie juga mendapat penghargaan internasional Theodor von Karman Award yang diberikan oleh International Council of the Aeronautical Sciences.
Pada tahun 1994 juga ia ketika itu membuat The 6th International Conference on Scientific Signs in Quran and Sunnah yang diselenggarakan di Bandung. Konferensi itu memuat diskusi tentang keunggulan-keunggulan yang dicapai dunia Islam pada masa lampau maupun sekarang.Acara ini diikuti oleh para ilmuwan-ilmuwan Islam dari 84 organisasi Islam dari 60 negara. Hasil konferensi ini ialah didirikannya sebuah organisasi ilmuwan Islam yang dinamakan IIFTIHAR, singkatan dari International Islamic Forum for Science, Technology and Human Resouces Development.Dan Habibie diamanahkan untuk memimpin organisasi ini hingga sekarang.
Karya Habibie
- Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
- Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
- Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
- Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
- Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
- Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
- Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
- Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
- Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memoir tentang Ainun Habibie)
Untuk mengenal sosok BJ Habibie lebih jauh, silahkan menikmati video wawancara Peter Gontha dengan BJ Habibie pada acara Impact Q channel, Jakarta, Indonesia yand didokumentasikan pada pertengahan tahun 2007.
Sumber :
- http://www.antaranews.com/, Senin, 17 Desember 2012 21:19 WIB
- http://id.wikipedia.org/wiki/BJ_Habibie, 17 Desember 2012 06.49 UTC.
- http://laksitohdn.wordpress.com/, 12 Mei 2011 WIB.
- http://id.wikipedia.org/wiki/IPTN, 9 November 2012, 02.19 UTC.
Komentar
Posting Komentar