Belajar dari Munarman, Mari Mengenali Bahasa Klakson Ketika di Jalan.
Peristiwa nahas menimpa juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman. Ia dikeroyok karena membunyikan klakson kala situasi lalu lintas sedang macet di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu sore, 25 November 2012. Munarman kemudian mengadukan peristiwa pengeroyokan itu ke Polres Jakarta Selatan.
Masyarakat bisa belajar dari kejadian ini, yaitu tentang agaimana membunyikan klakson tanpa membuat orang lain kesal?
Pengamat tata kota dan transportasi Yayat Supriyatna mengatakan bunyi klakson ternyata memiliki arti. "Ada cara supaya bunyi klakson sesuai situasi dan kondisi," Yayat berujar, Senin, 26 November 2012.
Apa saja arti bahasa klakson itu?
1. Mengingatkan
Klakson dibunyikan ketika kendaraan mengingatkan pengendara lain. Misalnya, kendaraan akan menyalip pengendara lain tersebut. Atau bisa juga mengingatkan pengguna jalan lain bahwa ia akan melewati jalur tersebut, menyeberang, berbelok, dan lain-lain.
2. Memperingatkan
Klakson dibunyikan untuk memperingatkan, misalnya, ketika pengendara lain jaraknya terlalu dekat dengan kendaraan yang ia kemudikan. Atau ketika kendaraan di depan hendak mundur, klakson dibunyikan untuk memperingatkan bahwa jaraknya terlalu mepet. Bisa juga untuk memperingatkan agar pengguna jalan lain tidak menyeberang sebelum ia lewat.
1. Mengingatkan
Klakson dibunyikan ketika kendaraan mengingatkan pengendara lain. Misalnya, kendaraan akan menyalip pengendara lain tersebut. Atau bisa juga mengingatkan pengguna jalan lain bahwa ia akan melewati jalur tersebut, menyeberang, berbelok, dan lain-lain.
2. Memperingatkan
Klakson dibunyikan untuk memperingatkan, misalnya, ketika pengendara lain jaraknya terlalu dekat dengan kendaraan yang ia kemudikan. Atau ketika kendaraan di depan hendak mundur, klakson dibunyikan untuk memperingatkan bahwa jaraknya terlalu mepet. Bisa juga untuk memperingatkan agar pengguna jalan lain tidak menyeberang sebelum ia lewat.
3. Memerintah
Klakson dibunyikan untuk memerintah sesuatu, misalnya, ketika berada di lampu lalu lintas. Lampu merah sudah berubah hijau, tapi kendaraan yang berada di depan tak kunjung jalan. Biasanya mobil yang berada di belakangnya akan membunyikan klakson untuk meminta mobil di depannya segera maju.
4. Tak sabar, gusar, atau marah
Biasanya klakson dibunyikan ketika pengendara dalam keadaan emosi, tidak sabar, dan terjebak kemacetan. Mungkin saking geregetan, pengendara pun membunyikan klakson bertubi-tubi. Menurut Yayat, dalam kondisi situasi tertentu, bahasa klakson ini bisa disalahartikan. Meski si penekan klakson tak bermaksud untuk menyampaikan pesan tertentu, pengendara lain bisa menerima artinya berbeda.
Persoalannya adalah tak semua orang memahami undang-undang dan etika berlalu lintas. Itu sebabnya, kata Yayat, ada orang-orang yang menyalahgunakan penggunaan klakson. "Ketika lampu lalu lintas hijau, orang sering membunyikan klakson menggila," ujarnya. Membunyikan klakson sangat dianjurkan terutama pada situasi situasi tertentu seperti:
1. Saat Hendak Overtaking (Menyalip)
Menyalip sudah menjadi pemandangan biasa di riding harian. Namun, tidak ada ruginya saat akan melakukan manuver, pengendara mengklakson terlebih dahulu kendaraan yang ada di depannya. “Mengingatkan kendaraan yang ada di depan kita, jauh lebih penting dari pada asal serobot saja, terutama kendaraan roda empat. Soalnya pengemudi di mobil atau truk dan sejenisnya biasanya kurang menyadari kalau di kanan atau kirinya ada pengendara motor yang mau menyalip. Bisa karena pengendara mobil tadi kurang konsentrasi, asik mendengarkan musik, ngobrol dengan teman disampingnya dan macam-macam lagi” terang Wa Heri.
2. Mengingatkan Pengendara Nyeleneh Ber-HP ria
Ada-ada saja perilaku pengendara. Bagaimana tidak? Ber-HP ria seolah sudah menjadi lifestyle bagi pengendara motor. Apa memang tidak punya waktu lagi untuk sekedar merapat sebentar ke tempat aman untuk ber-HP ria? “Untuk yang satu ini, pengendara motor lain yang bijak dan mengerti pentingnya safety riding harus mengingatkan si pengendara motor yang ber-HP ria tersebut. Klakson saja beberapa saat, bahwa tindakannya itu tidak pantas dan membahayakan bukan hanya dirinya tetapi pengendara lain juga” gerah Wa Heri.
3. Memastikan Pengendara Lain Tidak Melintas
Sering tentunya menemui Lampu Hijau yang sudah limit alias sebentar lagi akan Merah. Pada saat itu terutama pengendara yang terburu-buru, dalilnya tentu saja ingin cepat melintas dari pada menunggu lama si Lamer.“Kondisi ini cukup berbahaya terutama di perempatan atau pertigaan yang rame padat. Saya sendiri jika dalam kondisi itu dan kita yakin masih ada cukup waktu untuk melintas serta dirasa aman, ya segera melintas seraya membunyikan klakson agar tidak ada pengendara “terburu-buru” lainnya yang sama-sama hendak melintas juga. Tapi jika memang ragu karena memang situasinya padat, lebih baik berhenti saja. Itu jauh lebih aman” jelas bikerspemilik Jupiter Z lansiran 2006 itu.
4. Bunyikan Klakson di Perlintasan Sepi
Materi nomor tiga di atas juga berlaku diperlintasan yang cenderung sepi apalagi saat malam hari. “Intinya adalah untuk memastikan tidak ada ada obyek lain seperti orang menyeberang atau kendaraan lain yang melintas secara tiba-tiba. Penting juga untuk melepaskan pandangan sejauh mungkin untuk menyerap informasi setiap obyek bergerak yang ada di depan” sambung Wa Heri lagi.
5. Bunyikan Klakson di Area Blind Spot
Blind Spot pada mobil.
Blind Spot pada sepeda motor.
Pagi dan sore hari di kota besar seperti Jakarta tidak pernah sepi dari macet. Tumpukan kendaraan di kanan kiri jalan sudah jadi hal yang lumrah. Nah, bagi pengendara motor, pastikan saat akan melintasi blind spot di himpitan antara mobil-mobil untuk membunyikan klakson sesering mungkin. “Ini masalah yang kelihatannya remeh tapi bener lho penting banget. Saat kita ada diantara himpitan mobi-mobil. Pastikan sesering mungkin membunyikan klakson. Manfaatnya mengingatkan pengendara mobil atau motor lain bahwa kita akan melintas. Sehingga pengendara motor lain dari arah selah-selah mobil tidak langsung “masuk” memotong jalanan yang akan kita lewati” himbau Wa Heri.
Ada pula orang yang menggunakan klakson karena status sosialnya. Misalnya, ketika si pengendara ini merasa status sosialnya tinggi sehingga ia membunyikan klakson tanpa menyesuaikan etika, tetapi justru bertubi-tubi dan selalu memerintah. Akibatnya, pengendara dan pengguna jalan lain merasa dirugikan. Jika kedua pihak sama-sama emosi, rentan terjadi konflik dan pertengkaran.
Setidaknya ada pelajaran yang bisa diambil dari kasus Munarman
Sumber :
Setidaknya ada pelajaran yang bisa diambil dari kasus Munarman
Sumber :
- http://forum.kompas.com/, Senin, 26 Nopember 2012, 05:21 PM
- http://zc-secret.blogspot.com/, Rabu, 29 Agustus 2012 , 14 39.
Komentar
Posting Komentar